Pil Paracetamol Yang Merubah Hidupku.

Bab 17. Penaklukan Distrik 97

Satu bulan berlalu begitu saja. Saat ini seorang pemuda tampan sedang duduk di sebuah aula besar di sebuah kediaman megah. Itu adalah sebuah kediaman yang sangat megah yang baru saja dibangun sekitar satu minggu yang lalu.

Jika orang biasa yang membangunnya, pasti tidak akan bisa secepat itu. Akan tetapi karena yang membangunnya adalah para petarung legendaris, maka bangunan megah itu bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

Mari kembali fokus ke aula besar yang ada di kediaman itu.

Pemuda yang duduk di aula besar itu tidak lain adalah Rian. Dia duduk dengan tenang di sebuah meja bundar yang mana ada sekitar 8 kursi yang mengelilinginya. Sedangkan kursi yang ia duduki sendiri adalah kursi yang paling mencolok dengan warna emas, sedangkan yang lain berwarna perak.

Saat ini mereka sedang membicarakan hal yang sangat serius, yaitu tentang penaklukan dua distrik yang ada di Kota Daun Hijau, yaitu Distrik 97 dan Distrik 99.

Awalnya, apa yang dikatakan oleh Rian itu sangat mengejutkan semua orang. Jika mengingat kekuatan dari pendukung Distrik 86 sebelumnya, apa yang dilakukan oleh Rian ini sepertinya bisa dimaklumi oleh mereka semua.

Nampaknya saat ini Bumi berada dalam ancaman makhluk asing dengan kekuatan yang sangat dahsyat, bahkan di luar nalar para petarung legendaris paling terkuat sekalipun.

Ya, setelah pertarungan antara Rian dan Samuel, pandangan Baron maupun Luna berubah. Artinya, ada eksistensi yang kekuatannya melebihi ranah Abadi, ranah yang mereka anggap sudah sangat kuat dan berada di puncak eksistensi.

Suasana di ruangan itu terlihat sangat menegangkan. Semua orang terdiam dan lalu tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Menyadari hal itu, akhirnya Rian sedikit berdehem untuk memecahkan keheningan.

Lalu dia berkata,

“Berdasarkan informasi yang aku dapatkan dari sosok yang membantu orang-orang di Distrik 86, kelompok mereka ini sudah tersebar bukan hanya di Kota Daun Hijau, tapi di seluruh Ibu Kota Langit Biru, bahkan mungkin sudah tersebar di kota-kota lain.

Agar kalian semua tidak penasaran, aku akan menjelaskan secara singkat. Jika dijelaskan secara panjang lebar, hal ini akan sangat rumit dan membutuhkan banyak waktu.

Intinya, mereka semua adalah orang-orang asing yang berasal dari planet lain, bernama Planet Barboza. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa dahsyat, yang bahkan seorang petarung legendaris ranah Abadi yang kalian anggap sangat kuat, di mata mereka hanyalah seekor semut.

Yang aku lawan kemarin, bisa dikatakan kekuatannya adalah yang terlemah jika dibandingkan dengan orang-orang lainnya di dalam planet tersebut.

Sesuai hierarki di mana kekuatan adalah segalanya, jika mereka mengetahui di Planet Bumi banyak orang-orang yang lemah, sudah pasti mereka ingin menguasai Bumi.

Lalu nasib orang-orang yang lemah tentu saja akan diperlakukan sesuka hati. Namun yang paling umum, semua orang yang ada di planet ini akan diperjualbelikan sebagai budak. Sederhananya, akan dijadikan barang dagangan.”

Dan faktanya memang seperti itulah yang terjadi. Ia mendapat informasi ini dari ingatan dan pengalaman hidup ayah angkatnya, yaitu Julian Vortis, Sang Kaisar Sihir Cahaya.

Terlepas dari itu semua, tidak mungkin ia akan mengatakan jika kedatangan mereka ada hubungannya dengan kedatangan Julian yang menerobos celah ruang dan waktu, kemudian menyerahkan seluruh warisan kekuatannya kepada dirinya, sehingga semua orang asing itu merasakan aura Julian di dalam dirinya.

Dengan jejak seperti itu, mereka menemukan Planet Bumi dan mengejarnya kemari.

Jadi, jika ingin disalahkan, tentu saja harus menyalahkan mereka semua. Para bajingan-bajingan dari pasukan Reciver of Darkness yang mencari jalan keabadian dengan memburu ayahnya untuk mendapatkan jantungnya dan memurnikan tubuhnya.

Mana bisa Rian menerima alasan konyol seperti itu?

Kembali Ke Cerita.

Apa yang dikatakan oleh Rian sontak saja membuat wajah semua orang menjadi pucat.

Ancaman ini ternyata lebih serius daripada yang mereka kira. Dijajah oleh ras asing, dijadikan budak dan barang dagangan yang diperjualbelikan. Nasib mereka tidak berbeda dengan hewan ternak.

Rian menatap sekeliling. Saat melihat wajah pucat mereka semua, ia hanya tersenyum tipis.

Secara alami, dirinya sudah menduga reaksi seperti ini akan terjadi. Akhirnya, demi menenangkan mereka, ia kembali berkata,

“Tenanglah. Kalian semua tidak perlu panik karena kepanikan tidak akan menyelesaikan apa pun. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah memperkuat diri sendiri dengan latihan yang lebih keras untuk mencegah hal-hal buruk yang bisa terjadi kapan saja.

Asalkan kalian semua mau menjalin kontrak jiwa denganku, aku akan membuat kalian menjadi lebih kuat. Bahkan menembus ranah Abadi dan menjadi lebih kuat dari itu bukanlah hal yang sulit.

Aku tidak akan memaksa kalian untuk menjalin kontrak jiwa. Namun, asal kalian tahu, kita ini adalah orang asing, dan untuk menjalin sebuah kepercayaan harus ada pengorbanan.”

Sejenak semua orang saling menatap satu sama lain. Hati mereka tergerak saat mendengar mereka bisa menembus ranah Abadi bahkan menjadi lebih kuat dari itu.

Mereka masih ragu-ragu karena dengan menandatangani kontrak jiwa berarti menyerahkan seluruh kehidupan mereka kepada sang pemilik kontrak, dan itu bukanlah hal yang mudah untuk diterima begitu saja.

“Tentang masalah aku mengkhianati kalian atau tidak, kalian tidak perlu waspada. Bagaimanapun, Planet Bumi adalah rumahku, dan aku akan melindunginya dengan nyawaku sendiri.

Bahkan, aku bersumpah jika aku dalam kondisi hidup dan mati, aku akan melepaskan kontrak jiwa yang mengikat kalian, sehingga kalian bisa bebas dan tidak ikut mati bersamaku.”

Mendengar jawaban terakhir Rian, semua orang bernapas lega.

Dimulai dari Luna lalu para pengikutnya, akhirnya semua orang mulai menjalin kontrak jiwa. Entah itu dari pihak Distrik Anggrek maupun Distrik Mawar, semuanya akhirnya menandatangani perjanjian kontrak jiwa.

Dan saat itu juga, seperti yang dilakukan oleh Baron dan anak buahnya sebelumnya, Rian mulai melambaikan tangannya di udara. Seberkas energi dari elemen cahaya menyembur dari telapak tangannya, kemudian menyebar luas menyelimuti area ruangan menjadi sangat terang.

Kemudian cahaya itu mulai memadat dan pecah menjadi butiran-butiran kecil seperti serbuk cahaya yang meresap ke dalam tubuh semua orang. Dan saat itulah mereka merasakan adanya aliran energi yang sangat dahsyat yang meledak dari dalam tubuh mereka.

Energi itu meluap-luap dan mengisi dantian mereka dengan kekuatan yang begitu besar dan murni. Meskipun tidak mengalami terobosan, namun mereka bisa merasakan jika saat ini entah itu tulang, tendon, otot, maupun organ dalam mereka diperkuat secara maksimal pada batas tertentu.

Dengan begitu, pembangunan ulang untuk awal pondasi tubuh mereka demi menempuh ranah yang lebih tinggi di atas Alam Fana pun dimulai dari sekarang.

“Baiklah, mulai sekarang tugas kalian semua adalah berkultivasi dan berusaha untuk menerobos ranah selanjutnya. Semakin cepat, semakin baik. Semakin kuat kalian, maka Planet Bumi juga akan semakin aman.”

Sekadar info, untuk gabungan Distrik Mawar dan Distrik Anggrek, Rian mengubahnya dan memberinya nama yaitu Distrik Life Star, yang artinya Bintang Hidup.

Filosofinya adalah mereka akan menjadi orang-orang yang akan terus hidup dan bebas menentukan nasib mereka sendiri tanpa ada penindasan ataupun paksaan dari orang lain. Juga, pun mati, mereka akan mati dengan kondisi yang wajar atau karena itu adalah kehendak dari Sang Maha Pemilik Kehidupan.

Jika ada yang bertanya apakah ibu Rian tidak cemas dengan keadaannya?

Masalah itu tidak perlu dikhawatirkan, karena sampai saat ini klonnya masih menggantikan dirinya. Bukan hanya bersekolah, bahkan klon itu juga menggantikannya bekerja di kafe.

Tidak ada yang curiga ataupun merasa aneh karena pada dasarnya Rian dan juga klonnya berbagi kesadaran satu sama lain.

Jadi, meskipun dari jarak jauh, Rian tetap bisa memantau bagaimana kondisi ibunya. Saat ia tahu juga ibunya sehat dan baik-baik saja, ia akan menghela napas lega.

Kembali Ke Cerita.

“Selama kalian memperkuat diri, aku akan mengunjungi Distrik 97 dan Distrik 99.”

Mendengar itu, semua orang terkejut. Namun mereka sudah jelas tentang apa yang akan dilakukan oleh pemimpin muda mereka.

Namun Baron, meskipun sudah tahu, masih saja penasaran dan bertanya,

“Tuan Muda, apakah Anda bertujuan untuk mengambil alih dua distrik ini?”

Mendengar itu, pandangan semua orang beralih kepada Rian. Mereka sangat penasaran dan ingin mendengar jawabannya sendiri.

Rian sendiri, tanpa menyembunyikan apa pun, mengangguk singkat dan menjawab dengan ekspresi datar,

“Ya.”

Kemudian ia melanjutkan,

“Bumi adalah rumahku. Seperti sebuah ladang, jika ada hama yang datang mengganggu dan merusak, bukankah kita harus membasminya?

Aku pergi.”

Kemudian, tanpa menunggu jawaban dari Baron, sosoknya langsung lenyap seperti hantu di hadapan semua orang.

Menyaksikan semua itu, ekspresi rumit melintas di mata semua orang. Di satu sisi mereka sangat takjub, namun di sisi lain mereka juga ngeri dengan kekuatan yang dilakukan oleh Tuan Muda mereka.

Semua teknik itu benar-benar berada di luar pemahaman mereka. Dan walaupun sekilas terbesit harapan jika mereka suatu saat ingin menjadi sosok yang kuat seperti dirinya.

"WUSH!"

Sesosok tubuh tiba-tiba muncul di atas gedung yang sangat tinggi. Dia menggunakan hoodie hitam. Tampak begitu misterius, dengan aura yang mengesankan menguar dari dalam tubuhnya. Sosok itu tidak lain adalah Rian.

Saat ini, matanya menatap tajam ke arah tertentu atau lebih tepatnya ke arah Distrik 97 yang ada di wilayah timur.

“Mari kita bersih-bersih,” ucapnya dengan senyum menyeringai.