Penculikan yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan bertekad untuk pergi dan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi seorang gadis kecil yang sangat ia sayangi yaitu cucu dari Boss ayahnya. Tanpa ia sadari rasa sayangnya terhadap gadis kecil itu berubah menjadi rasa cinta yang sangat mendalam saat mereka tumbuh besar namun menyadari statusnya yang merupakan seorang bawahan, ia tidak berani mengungkapkan hati kepada sang gadis.
Namun siapa sangka saat mereka bertemu kembali, ternyata menjadi kuat saja tidak cukup untuk melindungi gadis itu. Nasib buruk menimpa gadis itu yang membuatnya hidup dalam bahaya yang lebih dari sebelumnya. perebutan kekayaan yang bahkan mengancam nyawa.
Apakah pria tersebut dapat melindungi gadis yang disayanginya itu? dan apakah mereka bisa bersama pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyla18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Di kamar pribadinya, yang sekarang telah di sulap menjadi ruang kontrol, Azka masih sibuk beraktivitas tanpa berhenti dan tidak mengenal waktu.
Lampu redup menyinari ruangan yang penuh layar monitor itu. Pukul dua dini hari, dan Azka masih duduk mengawasi rekaman ulang aktivitas karyawan di kantor pusat perusahaan Hartono. Fokusnya hanya tertuju pada satu orang yaitu Arief Wibowo.
Rekaman tanggal 3 Mei memperlihatkan Arief masuk ke ruang arsip tingkat 3. Tak ada yang aneh, kecuali satu hal yaitu akses ruang itu seharusnya di batasi, dan Alya sendiri belum menandatangani otorisasi baru jadi peraturan lama masih berlaku. Namun kenapa Arief bisa masuk dengan leluasa?
Kemudian Azka mempercepat rekaman. Terlihat Arief berbicara dengan seseorang yang mengenakan hoodie hitam, wajah orang itu tidak terlihat. Kemudian Ia menyerahkan flashdisk, lalu keluar dari ruangan tanpa jejak.
Dari rekaman CCTV, Azka mencatat bahwa hanya 4 orang yang paling sering bertemu dengan Arief . Tapi hanya 1 orang yang mencurigakan yaitu Reno, staf IT yang baru direkrut tiga bulan lalu. Dia tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Arief namun mereka sangat sering bertemu.
Azka pun berdiri lalu Ia meraih ponselnya, menelepon rekan lamanya, Dito, yang merupakan ahli forensik data dari unit lama yang pernah bekerja sama dengannya di pelatihan militer dulu.
“Dito, Aku butuh bantuan kamu untuk melacak satu nama yaitu Reno . Ia bekerja di perusahaan Hartono. Cari siapa dia sebenernya,"ucap Azka
“Ok. Jangan khawatir, aku akan langsung melacaknya sekarang,” jawab Dito.
Kemudian Azka menutup ponsel dan menghela napas. Perlahan, ia menyandarkan diri ke kursi. Ia merasa lelah dan pikirannya juga penuh.
Ia ingin segera melaporkan semuanya ke Alya. Tapi sesuatu menahannya. Hal itu karena Azka tau bahwa Alya sudah terlalu banyak menanggung masalah perusahaan di pikirannya. Dan ia sudah terlalu banyak meminta Alya percaya padanya. Ia tidak ingin menambah beban Alya saat ini.
Malam itu, Azka menatap layar monitor yang menunjukan rekaman langsung Alya yang sedang duduk sendiri di ruang kerjanya, membaca laporan. Sendiri. Lagi.
Azka mengetuk bibir bawahnya dengan jemari yang merupakan sebuah kebiasaan saat pikirannya penuh.
“Aku di sini, untuk memastikan dia nggak jatuh. Meskipun aku nggak bisa berdiri di sisinya,"ucap Azka pelan pada dirinya sendiri
________________
Keesokan harinya di kampus Alya, Alya berjalan sendirian menuju gedung fakultas bisnis. Ia harus mengurus beberapa hal tentang perkuliahannya dengan para dosennya secara langsung dan tatap muka, Ia pun menggunakan setelan kasual dengan ransel hitam kecil di punggung, dan raut wajah yang mulai tampak lelah.
Beberapa teman menyapa Alya, tapi Alya hanya membalas dengan senyum singkat. Kepalanya masih di penuhi dengan keputusan dewan, laporan yang menggunung, rencana pengunduran dirinya dan juga sekarang tentang masalah kuliahnya.
Ia sungguh lelah dengan semua hal itu yang membuatnya tidak bisa beristirahat dengan tenang. Oleh karena itu ia mencoba menyelesaikan masalah perkuliahannya terlebih dahulu untuk meringankan beban pikirannya.
Azka memarkir mobil beberapa meter dari pintu masuk kampus. Seperti biasa, ia tidak mengikuti Alya masuk. Ia tahu, Alya butuh ruang.
Tapi ada yang berbeda hari itu.
Ia menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikan Alya.
Azka merasa ada tatapan asing dari seberang jalan. Ia berpura-pura sibuk mengecek ponsel, lalu melirik sekilas melalui kaca spion. Seorang pria berjaket hijau dengan tulisan ojek online di belakang jaketnya dan memegang helm di tangan sedang berdiri, seolah sedang menunggu. Tapi ekspresinya terlalu fokus... terlalu mencurigakan untuk ukuran orang yang bekerja sebagai driver ojek online
Azka turun dari mobil dan berpura-pura mengecek ban belakang.
Pria itu langsung menyadari keberadaan Azka dan segera berjalan cepat ke arah motornya.
Azka sudah hafal bahasa tubuh pelaku pengintaian. Ia pun hendak mengejar pria itu diam-diam dan mengikuti dari kejauhan. Tapi saat pria itu menyalakan motor dan melaju pergi, Azka mengingat bahwa dia tidak bisa meninggalkan Alya yangs edang sendirian sekarang di kampus. Azka pun hanya bisa mencatat plat nomor dan arah lari.
Ini bukan pengawasan biasa.
Ini pengawasan yang ketat dan targetnya adalah Alya.
_____________
Sore Harinya di mansion utama keluarga Hartono, Alya baru saja sampai. Azka sudah menunggu di depan pintu seperti biasa, membukakan pintu mobil dan mengantar Alya masuk. Tapi malam ini, Alya tidak langsung masuk ke dalam rumah.
“Kamu nggak mau cerita apa-apa ke aku malam ini?”ucap Alya sambil menatap Azka lama
"apa yang kamu maksud?”tanya Azka tertegun
“Wajahmu... terlihat lebih tegang dari biasanya,"ucap Ayla
Azka menahan napas. Ini salah satu dari sedikit momen di mana Alya bisa menembus perisai yang ia bangun rapat.
“Ada sesuatu yang aku masih selidiki,” jawab Azka akhirnya. “Kalau sudah jelas, aku baru akan kasih tahu," lanjutnya
“Kamu selalu bilang begitu,"ucap Alya sambil menghela napas dan hendak masuk ke rumahnya.
Azka hanya diam dan tidak menjawab.
“Kamu tahu kan... aku nggak butuh jawaban. Aku cuma butuh kamu percaya aku bisa kuat kalau tahu apa yang terjadi,"ucap Alya sebelum melanjutkan langkahnya untuk masuk ke rumah.
Kata-kata itu seperti menampar Azka.
Ia menatap punggung Alya yang semakin menjauh, ia sadar meski ia diam demi menjaga, mungkin diam itu justru yang menyakiti.
___________________
Di malamnya , ponsel Azka bergetar menandakan ada pesan masuk. Pesan itu berisi laporan dari Dito.
"Reno bukan nama aslinya. Nama aslinya adalah Rio Prasetya. Pernah bekerja di anak perusahaan milik Rudi Hartono, dikeluarkan karena kasus sabotase IT. Dia masuk lewat jalur internal dam kemungkinan besar dibantu Arief.”
“Terima kasih. Kirim semua berkas ke email pribadi," balas Azka
Ia menarik napas panjang.
Ini bukan cuma sabotase data.
Ini infiltrasi yaitu tindakan memasukkan orang secara diam-diam ke perusahaan dengan tujuan mengumpulkan informasi atau merusak reputasi perusahaan.
Dan yang jadi target kali ini bukan cuma perusahaan.
Tapi Alya.
_____________________
Azka berdiri di depan kamar Alya, menatap pintu tertutup itu.
Di tangannya, data tentang Reno, tentang Arief, dan potensi serangan lanjutan. Tapi yang paling berat bukan laporan itu.
Yang paling berat adalah tatapan Alya tadi sore.
Tatapan seseorang yang ingin tahu, ingin dilindungi... tapi tak diizinkan untuk mendekat.
Azka menggenggam ponselnya erat.
Ia ingin mengetuk pintu itu. Mengatakan semuanya. Tapi ia tahu, jika ia mulai membuka pintu itu maka pintu lain juga akan terbuka. Perasaan yang selama ini ia tekan akan runtuh. Dan ia takut perasaan ini akan menganggu semuanya dan membuat ia jatuh.
Dan jika ia jatuh.
Siapa yang akan menjaga Alya?
Bersambung