Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERDEBAT DENGAN GURU
Ratusan motor SPORT memasuki gerbang sekolah dengan dipimipin oleh Vano, Akmal, Rangga, Ariyan, dan Bara.
Hari ini Vano memutuskan untuk datang kesekolah lebih awal daripada hari biasanya.
Tak sedikit siswa-siswi yang mengabadikan momen ini.
Saat ingin memarkirkan motor masing-masing, Vano sempat melihat seorang gadis yang tidak mengeluarkan ekspresi apapun, berbeda dengan gadis lain yang sejak tadi berteriak histeris saat kedatangan mereka.
Gadis itu tak lain adalah Zura, ia berdiri jauh dari keramaian siswi yang lain.
Zura yang sadar akan tatapan Vano, gadis itu pun berlalu menuju kelas dengan langkah yang terburu-buru .
jangan ke pede-an Ra, bukan lo yang dia tatap!
Sedangkan Vano, mengerutkan keningnya saat melihat gadis itu seakan menghindarinya, bukankah hari kemarin adalah awal mereka dekat.
"Gue duluan ya, ke kelas,"pamit Vano kepada Rangga, yang mana cowok itu langsung mengangguk ringan.
"Ok bos!"
"Mau kemana Van," tanya Bara yang baru saja menghampirinya.
"Bukannya kita belum makan pagi, ya?"lanjutnya.
"Gue mau ke kel--"
"Udah lah, kita makan dulu".
Vano ingin mengatakan bahwa dirinya tidak ikut makan karena ia ingin menghampiri Zura di kelas. namun, Akmal menggandengnya menuju kantin.
"Kita gak mau denger kalo ketua kita itu sakit, cuma gara-gara gak sarapan pagi,"ucap Ariyan sembari berjalan mengikuti mereka.
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Semua murid berkerumunan di depan papan pengumuman yang tertera sebuah tempat hiburan untuk kelas dua belas pada semester akhir mendatang.
-------------------------------------------------------------------
Hotel andarlax Rp: 15 . 000.00
Pantai cermin Rp: 8.000.000
Kolam renang mzi Rp: 13.000.000
--------------------------------------------------------------------
Seketika semua orang melongo melihat harga yang tertera. Namun, sebagiannya terlihat biasa saja, karena memang mereka anak dari kalangan bangsawan, pada kebiasaan berlibur di tempat yang mahal.
"Keren banget bar,"ucap rangga yang sejak tadi memperhatikan gambar yang tertera.
"Keren lah, apalagi kalo banyak bule di sana."
Bara seketika mendapat tatapan tajam dari Akmal, karena selalu saja membahas cewek.
"Ada sih bule, tapi kayaknya bapaknya yang bakal dateng," sahut Ariyan, yang langsung di tertawakan oleh Rangga.
"Wmang cewek lo yang ke 34 itu gak mau liburan juga bar?"
Pertanyaan Vano membuat bara terdiam, cowok itu tiba-tiba sangat aneh bila membahas tentang pacar-pacarnya, biasanya cowok itu akan heboh sendiri.
Bara pun mendekati Vano, dan langsung membisikkan sesuatu kepada ketuanya itu, tanpa ingin di dengar oleh orang lain, karena jika mereka tau, pasti akan diejek habis- habisan oleh teman-temannya .
"Sasya ikut kan Van? ".
Vano tersenyum mendengar ucapan Bara barusan, sebenarnya Bara sudah lama menyukai Sasya tanpa sepengetahuan teman nya yang lain terkecuali Vano.
"Nanti bakal gue ajak," ucap Vano, dan menepuk pundak Bara." terus, pacar lo yang lain gimana?"
Pertanyaan Vano untuk kedua kalinya, membuat Bara menghembuskan nafasnya berat.
"Ntar,gue buang ke sungai Amazon."
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Suara langkah sepatu, kini mulai memasuki kelas Vano, membuat seisi ruangan yang awalnya seperti pasar, kini berubah sepi seperti kuburan.
"Hari ini kita akan presentasi ke depan!" ucap ibu guru dengan sanggul besar lengkap dengan aksesorisnya, ia bernama Duwi, guru dengan jurusan akuntansi, yang terkenal galak dan tidak suka basa basi.
Bu Duwi memperhatikan semua murid hanya diam ditempat, ia pun membuka buku absen, lalu melihat daftar nama yang akan ia panggilkan untuk berpresentasi ke depan.
"RANGGA DHE SAMOSIR DAN BARA MUKA RUJAK "panggil bu Duwi dengan suara lantang.
"Bama saya bukan samosir, temen saya juga mukanya gak kaya rujak kok Bu!" tegah Rangga dengan kesal, karena Bu Duwi selalu saja salah memanggil nama muridnya.
"Diam kamu!"
Dengan malas, keduanya pun maju kedepan dengan ekspresi memuakkan bagi Bu Duwi.
"Coba kalian jelaskan, apabila si Udin mempunyai modal sebanyak 20 juta lalu membeli sebuah bangunan untuk bengkel dengan harga 17 juta, ia berlaba hanya 7 juta, maka manakah yang lebih banyak antara laba dan untung yang di dapatkan si Udin" .
"Apa sih pertanyaannya?" bisik Rangga kepada Bara, Bara pun membalasnya dengan bisikan.
"Apa bedanya laba sama untung ga!".
"JAWAB!," Teriak Bu DUWI saat melihat Rangga dan Bara tidak kunjung menjawab.
"Gak paham buk?" ucap keduanya bersamaan.
Vano yang ikut kesal, ia pun angkat suara.
"Soalnya tidak jelas Buk, apa bedanya untung dengan laba?"
Ucapan Vano sontak membuat seisi kelas bersorak dengan kesalahan Bu Duwi dalam memberi pertanyaan.
Bu Duwi pun geram ketika mendengar itu, ia pun langsung memukul meja.
BUGH!
"Suka-suka Saya dong."
"Oh, tidak bisa begitu Buk, bagaimana kami bisa berpresentasi jika soal yang Bu Duwi berikan tidak sesuai."
Kali ini bukan Vano yang menjawab ,tapi Zura yang terlihat dari wajahnya bahwa gadis itu juga sangat kesal.
"KALIAN BERDUA SUDAH MERASA SANGAT PANDAI,"teriakan Bu Duwi yang di tujukan kepada Vano dan Zura.
"Coba kalian berdua yang maju kedepan!" lanjutnya dengan tatapan geram.
Vano pun maju kedepan, kemudian di susul oleh Zura.
"Coba kalian jelaskan bagaimana caranya agar bisnis kita berjalan dengan pesat?"
"Yang pertama, kita mencatat semua dari data- data penting untuk perusahaan," ucap Vano dan menoleh kearah Zura, agar gadis itu yang akan melanjutkan nya. Seakan paham, Zura pun menganggukkan kepalanya.
"Salah satu dari pencatatan adalah dengan mencatat berapa uang kas, berapa utang, dan berapa laba yang dihasilkan."
"Silahkan kembali duduk."
Bu Duwi menyuruh keduanya untuk duduk, sebelum sampai di bangku masing-masing langkah keduanya terhenti saat Bu Duwi kembali berbicara.
"Kalian bisa menjawab, bukan berarti kalian sudah pintar!"
Usai mengatakan itu, bu Duwi pun keluar, karena jam pelajarannya sudah habis. Seisi kelas pun kembali ricuh dengan sikap Bu Duwi yang menyebalkan.
.◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦.