Antara Benci Dan Cinta

Sepeninggal Rea, dokter Evan terpekur cukup lama di tempatnya berdiri.

Sikap Rea kali ini sedikit berani menurutnya. Tak biasanya gadis yang juga merupakan mantan mahasiswanya itu bersikap demikian terhadapnya.

Jujur...

Ia cukup jatuh hati kepada gadis itu karena kelembutan dan sikap penurut gadis itu.

Apalagi Kalila yang sangat pilih pilih jika dekat dengan orang lain terlihat begitu menempel dengan gadis itu. Ia mencoba menerima apapun latar belakang atau apapun yang bersangkutan dengannya.

Tapi nyatanya tak semudah itu,

Tetap saja latar belakang dan status seseorang mempengaruhi keberadaan kita di suatu lingkungan. Tertutama lingkungan di mana ia berada kini.

" Evan...kau di sini ?! "

Seorang wanita cantik mendekat kepada Evan.

" Ah iya...

Kalila ada di kantor papa sekarang, kau sudah bertemu dengannya ?! " jawab dokter Evan kepada seseorang yang mendekat kepadanya itu.

Wanita cantik itu adalah dokter Miranda. Seorang wanita cantik putri salah satu pejabat tinggi di kota ini. Jelas latar belakang wanita itu sangatlah baik.

" oh ya.....

aku belum tahu, kalau begitu ayo... antar aku pada Kalila " jawab Miranda sembari meraih jemari dokter Evan kemudian mengajaknya menuju ruangan kepala rumah sakit.

Dokter Evan membiarkan saja Miranda menggandengnya, tanpa ia tahu seseorang di kejauhan sana masih menatapnya.

Rea yang melihat hal itu dari kejauhan hanya menghela nafas.

" apa sebenarnya maksudmu dokter Evan, jika aku bukan pilihanmu....kenapa kau seakan menahanku di sisimu ?! " tanya Rea lirih pada dirinya sendiri.

Berkali kali ia berniat resign dan ingin kembali ke Malang tapi dokter Evan menolaknya.

Sebenarnya sejak awal Rea sudah ingin kembali ke Malang.

Namun dokter Evan seolah membuatnya terikat dengan rumah sakit ini.

Terakhir ia yang mendapat tawaran di sebuah rumah sakit jiwa di Malang.

Namun kembali ia tak bisa kembali karena tanggung jawab yang kembali di letakkan pria itu di pundaknya.

Terutama tentang Kalila....

Sekali lagi Rea menghela nafas sebelum akhirnya ia pun melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat itu.

Malam mulai larut ketika Rea nampak berbincang dengan Sofia di dalam kamarnya.

" tidakkah kakak merasa mereka kembali berusaha menyingkirkan kakak secara halus ?!

Mereka sengaja memindahkan kakak dan menggantikan posisi kakak dengan dokter Miranda " ucap Sofia dengan wajah kesal.

Gadis itu saat ini duduk di sofa yang ada di ruangan itu, sementara Rea tengah duduk di sisi pembaringan.

" ya...aku juga merasa begitu, tapi tak apa. Setidaknya dengan begitu mereka juga mengurangi beban di pundakku.

Segera setelah urusanku selesai dengan pasien baru itu,

aku akan mengajukan resign dan kita kembali ke Malang " jawab Rea dengan tenang.

" kakak serius ?! " jawab Sofia dengan wajah sumringah.

" hemm...." jawab Rea sambil tersenyum tipis.

" akh...baiklah kalau begitu, persetan dengan niat mereka kepada kakak, itu tidak penting...

Akh...senang sekali, akhirnya kita bisa kembali ke Malang, umi pasti senang mendengarnya.... " oceh Sofia dengan wajah senang dan senyum lebar.

" jangan mengabari umi dulu Sofia, tunggu semua menjadi pasti "

" hemm...jangan khawatir " jawab Sofia.

" kakak....janji,

jangan pikirkan Kalila...dia bukan tanggung jawab kakak, ingat itu " lanjut Sofia dengan wajah yang langsung berubah drastis sambil menatap Rea.

Rea tertawa lirih,

" tentu saja tidak...sudah ada dokter Miranda yang menggantikanku " jawab Rea kemudian.

" Oh ya...?! "

" hemmm...

Tapi kau tahu apa yang kupikirkan sebenarnya ?! " tanya Rea.

Sofia menatap Rea serius.

" apa ?! "

" kamu "

" aku...?! " tanya Sofia sambil menuding dirinya sendiri dengan ujung jarinya.

" ya kamu....

serius kamu mau balik ke Malang ?! Bagaimana dengan Tomy ?!

tidakkah kau berat meninggalkannya ?! "

" ckk...kak Tomy tak ada hubungannya denganku "

" benarkah ?! Tapi kenapa aku merasa dia sedang berusaha mendekatimu "

" omong kosong,

apa kakak pikir aku bodoh ?! Itu tak akan berhasil. Jika kakak saja yang sudah memiliki titel sementereng itu tak di terima oleh keluarga mereka.

Lalu apa kabar denganku yang hanya seorang perawat.

Tidak kakak...tidak, aku tak akan menyia nyiakan hidupku hanya untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari mereka.

Karena di mata mereka latar belakang kitalah masalahnya " omel Sofia dengan wajah jengkel.

" memangnya apa salah kita yang terlahir sebagai seorang yatim piatu, memangnya kita bisa memilih untuk tidak terlahir sebagai yatim piatu ?!...dasar manusia manusia aneh.

tidakkah mereka seharusnya berempaty kepada kita dan bukannya malah mendiskriminasi kita " oceh Sofia lagi.

Lagi lagi Rea tertawa lirih mendengar ucapan gadis itu.

" kau benar Sofia....

ayo kita buat hidup kita bahagia dengan cara kita sendiri.

Terserah dengan latar belakang kita dan anggapan orang tentang status kita,

toh bukan hal itu yang akan bisa membuat kita bahagia..."

Jawab Rea dengan senyum lebar, rasanya memang lelah jika harus terus memikirkan tentang tanggapan orang terhadap statusnya.

Menurut Rea,

Orang orang itu memang memperlakukan orang orang seperti dirinya dengan baik.

Namun menerima dan membawa orang orang seperti dirinya yang bahkan tak tahu latar belakang dan bagaimana ia bisa terlahir ke dunia ini.

Itu tak mungkin.

Sepertinya bagi mereka, seorang yatim piatu hanya pantas di kasihani.

tapi tidak untuk di ajak hidup bersama, apa lagi masuk ke dalam keluarga mereka.

" sudah malam Sofia...tidurlah, besok kita sudah pindah bertugas di paviliun utama " kata Rea.

" tapi bukankah pasien itu akan datang dua hari lagi ?! " tanya Sofia.

" iya...

tapi tak ada salahnya jika kita bersiap lebih awal, toh tenaga kita juga sudah tak di butuhkan di bangsal kejiwaan.

Sudah ada dokter Miranda, bahkan sudah sejak pagi tadi " jawab Rea.

Sofia menghel nafas dan menatap Rea dalam dalam.

" kakak baik baik saja ?! " tanyanya dengan raut wajah khawatir.

" tentu saja Sofia...

aku sudah kebal dengan perlakuan seperti ini "

" tapi kakak,

menurut kakak....

kenapa dengan pasien itu ?! apakah ia benar benar sudah gila hingga ia harus di tempatkan di paviliun utama ?! Atau dia memang sangat berbahaya ?! "

" entahlah,

dokter Himawan tak memberikan rekam medis pasien itu kepadaku.

Ia hanya mengatakan jika pasien itu tak benar benar gila.

Ia hanya terkena anxiety dan gangguan mental akibat konsumsi alkohol berlebihan " jawab Rea.

" semoga itu benar " cicit Sofia.