Tuntutan Keluarga, Membuat Anya Harus Melanjutkan Kuliahnya. Sebenarnya dia ingin bekerja saja atau membangun bisnis. karena dia sudah sangat lelah berurusan dengan tugas terutama belajar.
Dia yang suka kebebasan, namun takut membangkang pada orang tua. Akhirnya memutuskan untuk Kuliah.
Dan disana lah, dia bertemu dengan seorang laki-laki tampan. Rangga, dosen yang sekaligus menjadi pembimbing akademiknya.
Anya selama perkuliahan sering bolos dan tidak pernah mengerjakan tugas. Hal inilah yang membuatnya mau tidak mau harus bertemu Rangga setiap hari.
Hingga muncul benih-benih cinta dari sisi Rangga. Tapi Anya sangat membenci dosen itu, karena selalu mengganggu dan menggagalkan kenakalannya. Lalu Bagaimana kisah mereka? Cari tahu di Novel ini ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Person S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Les Private
Setelah melewati banyak drama, akhirnya mereka sampai juga di rumah Anya. Rangga turun terlebih dahulu. Dia berniat untuk membukakan Anya pintu. Namun Anya keluar lebih dulu dengan sendirinya. Rangga langsung turun berniat untuk membantu Anya.
"Kenapa pak?" Tanya Anya kemudian.
"Bapak bapak, kakak. Saya hanya mau membantumu, bukannya kamu lagi sakit" ucap Rangga tegas.
"Geli tau pak. Masak dosen dibilang kakak. Kalau kakak kandung mah nggak apa2. Dan saya masih kuat pak walaupun sakit" ucap Anya.
"Ini bapak-bapak kenapa sih. Aneh banget deh dari tadi" batin Anya.
"Iya udah, terserah" ucap Rangga kemudian duluan masuk ke rumah Anya.
"Lah lah, bapak mau kemana?" Tanya Anya karena melihat Rangga malah masuk sendiri.
"Tentu saja ke rumah kamu" ucap Rangga kemudian diam di pintu masuk. Dia ragu untuk masuk lebih jauh karena memang bukan rumahnya.
"Lah kok bapak berhenti?" sindir Anya sambil menahan tawanya.
Rangga hanya diam sambil menunggu Anya untuk masuk.
"Ini dosen kenapa sih. Kenapa aneh sekali hari ini" batin Anya yang saat ini sudah membuka pintu rumahnya.
Saat di dalam rumah, Anya langsung mencari mamanya. Dia berpikir, mungkin mamanya cocok untuk mengajak Rangga mengobrol.
"Mama, ada pak Rangga Ini" teriak Anya.
Rangga hanya diam saja.
"Pak, duduk saja dulu. Anya cariin Mama dulu ya" ucap Anya.
Rangga menurut tanpa sepatah katapun. Dia duduk di sofa kemudian mengeluarkan Hpnya.
Anya langsung mencari mamanya ke taman belakang.
"Maamaaaa" teriak Anya lagi saat menemukan mamanya.
"Iyaa sayang. Ada apa sih?" Tanya Nadin.
"Ma, ada pak Rangga itu di depan. Cariin Mama kayaknya" ucap Anya.
Mendengar Rangga mencarinya. Nadin langsung menghentikan aktivitasnya.
"Kamu serius, pak Rangga disini?" Tanya Nadin.
Anya langsung mengiyakan mantap.
Nadin pun langsung melepas sarung tangannya yang dia gunakan untuk menanam bunga tadi. Kemudian langsung mencuci tangannya.
"Ya udah ayo" ucap Nadin.
"Mama saja deh. Anya mau ganti baju" ucap Anya.
"Ya sudah, ganti bajumu saja dulu" ucap Nadin kemudian meninggalkan Anya untuk menemui Rangga.
Rangga yang saat itu tengah membaca laporan perusahaan yang baru dikirimkan Rudi langsung menaruh kembali Hpnya karena melihat Nadin datang.
"Ibu Nadin" ucap Rangga.
Nadin mengangguk kemudian duduk.
"Bik Ati. Tolong buatkan minum untuk pak Rangga" teriak Nadin.
"Tidak usah buk. Saya tidak lama. Saya kesini hanya mau memberikan laporan hasil belajar Anya" ucap Rangga kemudian memberikan sebuah berkas pada Nadin.
Nadin melihatnya dan membacanya dengan seksama.
Disana tertulis jelas, beberapa catatan merah Anya. Nadin hanya menggeleng melihat catatan itu.
"Baru seminggu Anya mulai kuliah buk. Saya takut dia tidak akan mampu survive di kampus. Untuk itulah, saya pikir Anya butuh pengawasan lebih agar ini tidak terjadi lagi" ucap Rangga. Nadin menghela nafasnya berat.
"Saya minta maaf atas perbuatan anak saya Pak. Dia memang tidak berminat pada jurusan ini Pak, mungkin karena itu. Tapi mau gimana lagi pak, Papa nya ingin dia mengambil jurusan ini agar bisa membantu mengelola perusahaan nantinya. Saya juga bingung pak. Apakah bapak ada saran saya harus bagaimana" Tanya Nadin. Rangga terdiam sebentar. Dia tampak ragu mengatakan isi kepalanya.
"Saya menawarkan diri untuk menjadi guru private Anya buk. Agar saya bisa terus mengawasinya" ucap Rangga kemudian.
Nadin yang mendengar itu langsung berbinar. Bagaimana tidak, anaknya akan mendapatkan pelajaran ekstra dari dosennya.
"Bapak serius? Apa tidak apa-apa? Saya dengar bapak banyak pekerjaan. Menjadi dosen, belum lagi mengurus cafe dan mengelola perusahaan" Tanya Nadin.
Rangga menggeleng.
"Tidak buk. Saya menawarkan diri karena saya masih bisa menghandle nya Bagaimana buk?" Tanya Rangga.
"Kalau saya mau banget Pak. Tapi saya bicarakan dengan suami saya dulu dan Anya. Saya takutnya nanti Anya malah tidak mau bekerja sama untuk mengikuti les private bapak. Bapak tahu sendiri kan?" Ucap Nadin.
Rangga mengangguk. Dia pun sangat mengerti bagaimana Anya dan sikap keras kepalanya.
"Baiklah buk. Ibu bisa mempertimbangkannya" Ucap Rangga kemudian pamit pergi.
"Terima kasih ya pak atas kebaikannya mau memikirkan masa depan anak saya" ucap Nadin.
Rangga hanya mengangguk kemudian melihat ke sekeliling. Dia seperti mencari seseorang.
"Anya di kamarnya pak. Katanya mau ganti baju, tapi sampai sekarang belum turun. Sebentar pak, saya panggilkan dulu" tawar Nadin. Namun Rangga langsung menolak.
"Jangan buk. Biarkan saja. Dia tadi sakit di kampus. Jadi biarkan saja istirahat" ucap Rangga kemudian pamit pergi.
-Bersambung-
d kmpng hlmnq ada stasiun radio antarez, duluuu