NovelToon NovelToon
Chaotic Destiny

Chaotic Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Fantasi / Epik Petualangan / Perperangan / Light Novel
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kyukasho

Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19: Tekad Seorang Putri.

Malam turun perlahan di ibu kota Vixen, menutupi istana dengan selimut cahaya remang dan udara dingin yang lembut. Lilin-lilin di lorong istana menyala pelan, memantulkan bayangan di dinding marmer. Di ruang kerja Raja Noah, aroma kayu tua dan tinta pekat memenuhi udara.

Di balik jendela tinggi yang terbuka, Putri Liora berdiri dengan raut wajah tenang namun hatinya bergejolak. Ia mengenakan gaun sederhana malam itu, jauh dari kemewahan yang biasa ia pakai. Di hadapannya, duduk sang ayah, Raja Noah Vixen, sibuk membaca laporan dari para penasihat perang.

"Ayah, Aku ingin bergabung dengan kelompok Sho." Ucap Liora, suaranya tenang namun tegas.

Tangan Raja Noah berhenti bergerak. Ia mengangkat pandangan, menatap putrinya dengan alis berkerut. "Permintaan itu ku tolak. Aku tidak akan memberikan mu izin." Ucap Raja Noah sembari menatap Liora.

Liora maju selangkah, matanya berbinar. "Aku tahu ini terdengar gegabah. Tapi aku telah melihat mereka. Sho, Aria, dan Yara. Mereka bukan hanya pejuang, mereka adalah penggerak takdir. Aku merasa kalau aku harus bersama mereka." Ucap Liora sembari mengepalkan tangannya.

"Dan kau ingin meninggalkan istana, berperang, menghadapi makhluk seperti Absolute Being?" Suara Raja Noah terdengar dingin, tapi bukan karena marah. Melainkan karena takut.

"Aku tak ingin hanya duduk diam di balik tembok istana ini, Ayah. Ramalan Zenith dan mimpiku... semuanya menunjuk ke arah yang sama. Aku harus ada di sisi mereka." Bisik Liora.

Raja Noah berdiri, membelakangi putrinya dan memandang keluar jendela. Angin malam menyibak tirai, memperlihatkan langit penuh bintang. "Kau bukan High Human, Liora. Kau tidak memiliki kekuatan seperti mereka." Ucap Raja Noah.

"Lalu apakah aku harus menunggu dunia hancur tanpa berbuat apa-apa? Aku tahu aku bukan High Human, tapi aku juga bukan gadis lemah!." Ucap Liora, kini suaranya mulai bergetar.

"Ibu berasal dari Eterna… aku punya warisan darah Penjaga Cahaya. Setidaknya… beri aku kesempatan membuktikan diri, aku juga bisa menggunakan sihir!." Ucap Liora, suaranya bergetar, namun dia tetap bertekad.

"CUKUP LIORA!" Bentak Raja Noah, ini adalah momen pertama kalinya ia membentak putrinya sendiri.

Ia menatap putrinya dengan mata penuh luka. "Kau tidak tahu rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai. Aku sudah kehilangan ibumu karena peperangan. Aku tidak akan membiarkan kau ikut jejak yang sama." Bisik Raja Noah, kali ini suaranya mulai bergetar.

Liora menggigit bibirnya, air matanya mulai menggenang. "Ayah..." Bisik Liora, suaranya lirih dan hampir tidak terdengar

"Kau adalah satu-satunya keluarga yang kupunya sekarang. Dan aku tak sanggup kehilanganmu." Raja Noah memejamkan mata, suaranya lirih.

Keheningan mengisi ruangan, hanya suara angin malam yang menemani. Liora menunduk, tangannya mengepal di sisi gaunnya.

"Tapi setidaknya… izinkan aku membuktikan bahwa aku layak" Ucap Liora, suaranya pelan.

Raja Noah tak menjawab, hanya memandangi bintang-bintang di langit. Tapi di balik diamnya, hatinya bergolak. Ia tahu, hari ketika putrinya harus memilih jalannya sendiri, akan tiba. Dan mungkin malam ini adalah awal dari takdir yang tak bisa ia cegah.

Bulan menggantung tinggi di langit Vixen, membasahi taman istana dengan cahaya perak yang lembut. Angin malam mengalir pelan, membawa aroma bunga sakura dan rumput yang basah oleh embun. Di salah satu bangku taman, Sho duduk sendirian, memandangi langit tanpa suara. kalung yang tergantung di lehernya sedikit bercahaya karena terpantul sinar bulan, dan jubahnya bergoyang pelan tertiup angin.

Pikirannya belum juga tenang sejak ramalan Zenith muncul. Wajah Hollow, medan perang, dan suara Liora terus terngiang di benaknya. Ia menghela napas panjang.

Suara ranting terinjak membuat Sho menoleh refleks. Dari balik lorong taman, seorang gadis melangkah pelan, mengenakan gaun sederhana. Rambutnya yang biru terang berkilau di bawah cahaya bulan. "Liora?" Tanya Sho pelan.

Liora tampak kaget sesaat, lalu tersenyum lembut. "Maaf, aku tidak bermaksud mengganggumu… Aku hanya sedang jalan-jalan sebentar untuk menenangkan pikiran." Jawab Liora.

Sho mengangguk. "Aku juga. Kepalaku terasa terlalu bising untuk tidur." Ucap Sho sembari memegangi kepalanya.

Liora mendekat perlahan. "Boleh aku duduk di sini?" Tanya Liora dengan lembut.

"Silahkan" jawab Sho, menggeser sedikit duduknya.

Liora duduk di samping Sho, menyisakan jarak sopan di antara mereka. Beberapa saat tak ada kata-kata diucapkan. Hanya angin dan suara malam. "Langit malam di sini indah sekali" Ucap Liora pelan, menatap bintang-bintang yang bertaburan.

“Ya." jawab Sho singkat.

Liora menoleh sedikit. "Kau terlihat gelisah. Apakah itu tentang ramalan tadi siang?" Tanya Liora pelan.

Sho mengangguk pelan. "Terlalu banyak untuk dipikirkan. Masa depan yang kelam, harapan yang samar... dan seseorang yang belum kukenal yang katanya akan menjadi kunci semuanya." Ucap Sho sembari menatap langit.

"Lucu ya… mungkin saja orang itu sedang duduk di sebelahmu sekarang." Liora tertawa kecil, nada suaranya sedikit getir.

Sho menoleh, memandang Liora. "Kau sungguh percaya kalau kau itu gadis harapan yang disebut dalam ramalan?" Tanya Sho, matanya tertuju pada Liora.

"Aku tidak tahu." Jawab Liora jujur.

"Tapi aku ingin percaya bahwa aku bisa berguna. Aku ingin berdiri di sisimu sebagai rekan. Bukan hanya sebagai putri raja, tapi sebagai seseorang yang memilih takdirnya sendiri." Ucap Liora, nada bicaranya terdengar bersemangat.

Sho mengerutkan dahi. "Tapi kau bukan High Human. Raja pasti tak akan membiarkanmu ikut ke medan perang karena itu terlalu berbahaya." Ucap Sho.

Liora menunduk, wajahnya terbayang cahaya bulan. "Ayahku sudah kehilangan terlalu banyak. Ibuku... kakakku... dia tak ingin aku menghilang juga. Tapi jika aku tidak berbuat apa-apa, lalu mimpi-mimpi buruk itu menjadi kenyataan... aku tak bisa membiarkan itu mimpi buruk itu terjadi begitu saja."

Sho terdiam. Perlahan, ia berkata, "Kau tahu… meski aku sudah bertarung berkali-kali, tetap saja aku takut. Takut gagal. Takut kehilangan orang yang bersamaku."

"Aku pernah menyaksikan momen dimana Aria hampir tewas tepat dihadapan ku sendiri, dan aku tidak ingin momen itu terulang kembali." Bisik Sho, suaranya bergetar

Liora menoleh cepat. "Maka… izinkan aku berada di sana. Bukan untuk diselamatkan, tapi untuk melindungi juga." Ucap Liora dengan penuh keyakinan.

Mata mereka bertemu. Dalam cahaya bulan, tak ada kebohongan. Hanya dua jiwa muda yang sama-sama takut… dan sama-sama ingin berharap.

Persephone berbisik dalam kepala Sho. "Aku masih merasakan bahaya darinya… namun aku juga merasakan cahaya. Kau harus bijak dalam memilih, Sho." Bisik Persephone, suaranya terdengar begitu lembut.

Sho tak menjawab suara itu. Ia hanya menatap langit, lalu perlahan tersenyum kecil. "Kalau kau serius ingin ikut... maka buktikan pada ayahmu bahwa kau siap." Ucap Sho kepada Liora.

Liora tersenyum penuh tekad. "Itu sudah pasti. Dan saat saatnya tiba, aku akan berdiri di sisimu." Ucap Liora dengan penuh semangat.

Keduanya kembali diam, memandangi langit malam yang bersih dari awan. Untuk sesaat, dunia terasa tenang seperti badai yang menahan napas sebelum kembali mengamuk.

Keesokan harinya. Langit pagi kota Vixen tampak cerah, tapi ruangan kerja Raja Noah diselimuti ketegangan. Di balik jendela kaca patri, cahaya mentari memantul pada lambang kerajaan yang terpahat di dinding.

"Tidak!" kata Raja Noah dengan suara datar namun tegas, menandatangani dokumen di mejanya.

Liora, berdiri tak jauh darinya, mengepalkan kedua tangannya. "Ayah bahkan belum mendengar alasanku." Ucap Liora dengan penuh kekesalan.

"Ayah sudah tahu alasanmu, Kau ingin bergabung dengan kelompok Sho bukan? Menuju misi yang bahkan para jenderal dan petualangan tingkat atas pun enggan menerima." Jawab Raja Noah tanpa menatapnya.

"Ramalan itu menyebutku gadis harapan!" Ucap Liora, nadanya meninggi.

"Jika benar takdir itu menyangkut diriku, maka aku harus ada di garis depan." Tegas Liora.

"Aku tidak butuh putri harapan yang kembali sebagai mayat." Mata Raja Noah menatapnya tajam kini, suaranya retak.

"Kuakui Kau hebat karena bisa membaca seribu mantra, Liora. Tapi tubuhmu tidak kuat menahan kekuatan mu sendiri. Kau bahkan batuk darah setelah berlatih dua jam!" Ucap Raja Noah dengan nada tegas.

Liora menggertakkan gigi. Aura sihirnya mulai membara. Bunga di vas meledak jadi kelopak-kelopak bercahaya, tinta di meja mendidih.

"Sihirku lebih kuat dari siapa pun di istana ini, bahkan Archmage saja tak mampu menandingi ku!" Ucapnya, suara gemetar karena emosi.

"Jangan jadikan kelemahanku sebagai alasan untuk mengurungku seperti burung di sangkar emas!" Teriak Liora, seketika ruangan menjadi kacau karena efek sihir yang menyelimuti tubuhnya.

"Dan kekuatan itu bisa membunuhmu!" Bentak Raja Noah.

"Kau tahu alasan mengapa ibumu tewas di medan perang!? Itu karena tubuh dia tidak mampu menahan kekuatan nya sendiri!" Ucap Raja Noah dengan nada penuh kekesalan.

Keheningan mendadak jatuh. Liora menunduk, bahunya bergetar, tapi bukan karena tangis, melainkan tekad yang meletup-letup.

"Aku bukan Ibu..." bisiknya, lalu menatap ayahnya lurus-lurus.

"Tapi aku ingin jadi cahaya seperti dirinya. Biarkan aku membuktikan bahwa aku layak." Ucap Liora, kali ini dia benar-benar bertekad.

Sang Raja terdiam lama. Sorot matanya menyiratkan luka yang belum pulih. Tapi akhirnya, ia mengangguk lemah. "Baiklah, buktikanlah." Ucap Raja Noah.

Arena bawah tanah istana kerajaan tempat latihan bagi para ksatria elit. Dinding-dindingnya penuh rune dan kristal sihir. Didalam arena tersebut hanya ada sedikit orang didalamnya.

Sho, Aria, dan Yara duduk di tribun kehormatan, matanya tertuju pada sosok Liora, yang berdiri di tengah arena dengan jubah putih keemasan, rambut birunya diikat tinggi, dan tongkat sihir berujung kristal biru di tangan.

Dari balkon atas, Raja Noah berdiri dengan wajah datar. Di sampingnya, Zenith mengamati dengan penuh minat.

"Liora Vixen." Suara Raja Noah menggema.

"Jika kau ingin membuktikan bahwa kau pantas memikul peran sebagai gadis harapan... maka hadapilah ujian ini." Ucap Raja Noah, suara nya terdengar begitu berwibawa.

Fase Pertama: Serangan Ksatria.

Tiga ksatria terbaik muncul dengan pedang sihir dan kecepatan kilat. Liora hanya tersenyum tipis—sebuah senyum yang menipu kelembutan.

"Aegis Mea!" Seru Liora, seketika muncul cahaya membentuk perisai kristal yang berputar mengelilinginya, menahan serangan tanpa retak

Tangannya bergerak cepat, dan semburan api biru menghantam lawan dengan presisi. Para ksatria terpaksa mundur.

Sho dan Yara yang menyaksikan nya dibuat terdiam.. Aria sempat berbisik, "Itu sihir tingkat tinggi..." Bisik Aria.

Fase Kedua: Simulasi Perang.

Sebuah ilusi tercipta, kota yang dilanda serangan Absolute Being. Warga panik, api di mana-mana. Di tengah kekacauan, Liora berdiri memimpin ilusi pasukan.

"Aku butuh pasukan ke barat, dan penghalang di selatan!" teriaknya kepada pasukan.

"Putri! Seorang anak terperangkap ditengah medan pertempuran!" Seru seorang prajurit.

Liora menggigit bibir. "Teruskan misi. Aku sendiri yang akan menyelamatkannya."

Ia teleportasi ke dalam kobaran api, melindungi anak itu dengan mantra pelindung. Ia keluar dalam keadaan luka bakar yang terasa panas meskipun itu ilusi, tapi misi berhasil.

Fase Ketiga: Melawan Diri Sendiri.

Dalam kegelapan mental, Liora melihat versi lemah dari dirinya sendiri, versi yang batuk darah, versi yang hanya diistirahatkan di tempat tidur. Sosok itu menatapnya dengan iba. "Kau akan mati jika memaksakan sihirmu." Ucap Liora lemah yang terbaring diatas tempat tidur.

"Lebih baik mati mencoba… daripada hidup sia-sia." Bentak Liora yang asli kepada yang palsu.

Liora mengangkat tangannya, menyelimuti wujud itu dengan cahaya dan menyingkirkannya. Ketika ilusi pecah, dia jatuh terduduk, napas terengah, tubuhnya gemetar, bahkan dia batuk darah sedikit.

Raja Noah bergerak turun karena khawatir, tapi Liora mengangkat tongkatnya. "Jangan… aku belum kalah." Ucap Liora dengan suara bergetar.

Dengan langkah gemetar, ia berdiri, menatap ke arah balkon. Matanya bersinar seperti dua bintang.

Noah menggenggam pagar balkon. Hatinya berkecamuk. Tapi melihat tatapan putrinya yang tak pernah sekuat itu, ia tak bisa menolak lagi.

"Kau memang hebat, Liora... dan itu membuat ketakutan ku semakin menjadi jadi." Ia berbisik, nyaris tak terdengar.

Kemudian ia mengangkat suaranya, "Mulai hari ini, atas nama Raja Kerajaan Vixen... Putri Liora akan menjadi bagian darikelompok pahlawan!" Seru Raja Noah.

Sho tersenyum bangga, Aria menunduk menghormati, dan Yara bertepuk tangan sembari tersenyum tipis. Liora telah memaksa takdir untuk mengakui keberadaannya.

1
J. Elymorz
Semoga 5 sekawan itu baik' aja/Frown//Frown/
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
J. Elymorz
Bagusss tiap chapternya seruu + bikin penasaran🤩🤩
J. Elymorz
Oemjii, ku kira udah damai eh ternyata belum/Sweat//Sweat/

Btw bagusss bangett, aku menunggu chapter berikutnyaa/Applaud//Applaud/
J. Elymorz
Mau peluk lioraaaa /Sob//Sob/

sayangg lioraa🫂🫂
J. Elymorz
aaaaaa yaraa :(
peluk jauh untukmu sayanggg🫂🫂
J. Elymorz
Bahkan Apollopun takut sama Aria, apalagi sho/Proud/
J. Elymorz: INI SERIUS MEREKA TUNANGAN? AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

AKU SENENG BANGETTT /Kiss//Kiss/

makasii buat authornyaa/Hey//Hey/
total 1 replies
J. Elymorz
Terima kasih atas penjelasannya Kak, aku jadi paham dan ga penasaran lagi sama karakter-karakter yang ada di Novel ini.

Btw Aria cantik 08 berapa neng? /Smirk//Smirk/
J. Elymorz
Untuk authornya, aku ga bisa berkata-kata tapi yang pasti NOVELNYA BAGUS BANGETT WOIIIIIIIII SUMPAHHH
J. Elymorz: Gwa sampe mau roll depan sangking bagusnya, cepet lanjut ga lu? /Grievance//Grievance/
total 1 replies
J. Elymorz
SUMPIL? KEREN BANGETTT /Angry//Angry/
J. Elymorz
Chapter kali ini bener-bener bikin aku ngerasa ikut kebawa dalam ceritanya
J. Elymorz: Kepada author yang terhormat, jangan buat aku sesak napas lagi ya/Smile//Smile/
total 1 replies
J. Elymorz
Selamat datang member baru (Liora) /Smile//Smile/
J. Elymorz
Wow... Aku menanti kelanjutan cerita ini

Semangatt terus buat authornya yaaaa
J. Elymorz
Petualangan besar menanti mereka.
J. Elymorz
KERENNN BANGETTT

Rasanya campur aduk kayak nasi uduk, aaaa aku ga bisa ngungkapin perasaan ku dengan kata' tapi yang pasti ini KERENNN BANGETTTTT
J. Elymorz
Aku ga sabar baca chapter selanjutnya, kira-kira ada plot twist apa lagi yaa?/Doubt//Doubt/

Oiyaa, semangat terus yaa buat authornyaa /Determined//Determined/
J. Elymorz
Cinta segi tiga? /Chuckle//Chuckle/
J. Elymorz
SERUU!! apakah akan ada cinta segi tiga? /Doubt//Sweat/
J. Elymorz
AAAA NOOO, SHO... ARIA.. /Sob//Sob//Sob/
J. Elymorz
BAGUSS BAHGETT, SEMANGATT BUAT AUTHORNYAA/Kiss//Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!