NovelToon NovelToon
Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan Tentara / Romansa / Dokter / Gadis Amnesia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Fantasi

Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.

Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marah karena cemburu?

Dengan langkah gontai, Hana kembali meletakkan makanan ke dapur. Hatinya hancur berkeping-keping, diliputi kenyataan pahit yang baru saja menimpanya. Air mata terus mengalir membasahi pipinya, seolah tak mau berhenti. "Seharusnya memang aku sadar diri… aku cuma gadis desa," bisik Hana dalam hati, sesenggukan. Rasa ingin berteriak mencekiknya, hingga ia memutuskan untuk melarikan diri ke kamar mandi, menangis sepuasnya di sana.

Dua puluh lima menit berlalu, kepalanya terasa berdenyut sakit akibat tangisan hebatnya. Hana pun kembali ke kamar, berusaha menenangkan diri dari badai emosi yang melandanya.

***

Di sisi lain, Haris diliputi kekesalan akan sikap Talita yang semakin menyebalkan. Ia melangkah menjauh dari Lita, tanpa sadar melupakan janji yang telah ia buat dengan Hana.

Flashback On

Saat hendak menemui Hana, langkah Haris terhenti. Seseorang memegang tangannya. "Haris, tunggu!"

Haris menghempaskan tangan itu. "Ada apa lagi?! Saya buru-buru!"

"Mau sampai kapan kamu menjauh terus dari aku?! Kenapa kamu lebih memilih gadis penari itu dibandingkan aku, seorang dokter yang cocok bersanding dengan tentara sepertimu!"

Perkataan Lita berhasil membuat Haris naik pitam. "Sudah kuperingatkan padamu, jangan pernah menghina gadisku. Dan kamu, saya mohon untuk tidak menggangguku lagi. Aku ingin hidup tenang, please! Terima kasih."

Detik itu juga, Haris pergi dengan kepala dipenuhi emosi. Ia tak mengindahkan Lita yang terus memanggil namanya, apalagi saat mendengar kalimat perpisahan sementara yang terdengar menjijikkan di telinganya. "Daahhh Harisku!" Lita sengaja mengeraskan suaranya, sadar bahwa gadis yang diincar Haris sedang menyaksikan adegan mereka. Ini adalah kesempatan emas untuk menyingkirkan gadis itu dari Haris.

Flashback Off

Haris duduk di bangku kebesarannya. Agung dan Fahri menatapnya heran. "Loh? lu kok ke sini lagi? Bukannya lu  ada janji ya?" ujar Fahri bingung.

"Janji apa?" Akibat Lita, Haris benar-benar melupakannya.

"Lu kan ada janji sama Hana, ego! Lihat tuh udah jam berapa!" Fahri menunjuk jam yang menunjukkan pukul dua siang. Namun, Haris tak langsung ingat. Ia teringat sesaat kemudian dan seketika syok.

"Astaga! gue benar-benar lupa!" Haris bergegas keluar dari ruangannya, menuju Hana.

"Ya ampun, bagaimana gue bisa lupa… semua ini karena Lita!" batin Haris kesal. Ia berlari menjauh dari klinik. Ia tahu Hana pasti sudah pulang ke rumah Minarsih.

Saat tiba di sana, benar saja, Hana sudah kembali dan sedang menyapu halaman. Haris segera menghampiri gadis itu. "Hana… maaf saya terlambat," ujar Haris terengah-engah.

Hana melihat Haris datang, namun hanya terdiam dan melanjutkan menyapu tanpa menghiraukan Haris di sampingnya. Melihat reaksi Hana, pria tersebut yakin gadis itu marah padanya. ia mencoba membantu membuang sampah, tapi Hana merebutnya kembali.

"Tidak usah… biar aku saja," ujar Hana dingin. Haris mengikuti langkah gadis itu.

"Kamu marah sama saya? Maaf ya… saya benar-benar lupa hari ini bakal bantu kamu," ujar Haris menyesal. Ia terus membujuk Hana untuk berbaikan, setidaknya mengeluarkan suara untuknya. Namun, Hana tetap terdiam, melanjutkan aktivitasnya tanpa mengindahkan pria itu.

Setelah selesai, Hana meletakkan sapu di tempat biasa, lalu menatap Haris datar. "Anda mau sampai kapan di sini? Lebih baik Anda pulang, Pak… pasti Anda banyak kerjaan, kan… saya tidak ingin diganggu."

Hana dengan cepat masuk ke rumah. Haris tak tinggal diam, mencoba mendekati Hana, tetapi pintu rumah sudah terkunci rapat. "Hana… saya mohon… maafkan saya," ujar Haris dari luar. Namun, sepertinya ini akan sia-sia. Haris memutuskan untuk pergi, memberi Hana waktu untuk menenangkan diri.

Di dalam rumah, Hana terus menangis tanpa suara. "Mungkin memang benar… aku terlalu bawa perasaan saja… aku berusaha untuk menjauh darimu," batin Hana.

Sejak hari itu, Hana berusaha menghindari Haris bagaimanapun dan dalam kondisi apapun. Bahkan ia bersikap dingin padanya saat pria itu berusaha mengembalikan perhatiannya.

***

Lima hari kemudian, semua beraktivitas seperti sedia kala. Hari itu adalah hari istimewa, di mana klinik desa mereka sudah berdiri dan siap digunakan untuk umum. Klinik tersebut Haris bangun untuk menolong sesama, jadi siapapun yang berobat di sana tidak dikenakan biaya.

Semua warga antusias dalam peresmian tersebut. Bahkan ada yang rela meninggalkan pekerjaannya demi menyambut klinik baru mereka. "Semuanya, terima kasih karena telah hadir di acara peresmian klinik pagi hari ini. Seperti yang kalian tahu, klinik ini saya buat untuk menolong masyarakat yang ada di sini… jadi siapapun boleh datang… dan klinik ini tidak dikenakan biaya apapun… insyaallah fasilitas kesehatan pun sangat layak dan cukup untuk membantu kalian semua…"

"Baik, tanpa berlama-lama, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim…"

"Bismillahirrahmanirrahim."

"Peresmian klinik dengan nama Klinik Cipuntu Srimutri telah resmi dibuka."

Pemotongan pita dilakukan di depan warga. Tepuk tangan menggema. Semua warga kini berbondong-bondong memeriksa kesehatan mereka. Haris yang tengah berjaga, seusai berpidato dan meresmikan klinik, sedari tadi mencari keberadaan Hana, namun tak menemukannya. "Kenapa dia tidak datang…?" Karena jadwal dokternya kosong, ia pun meminta izin untuk menemui seseorang.

Saat semua sibuk memeriksa kesehatan, Hana sibuk mengurus kebunnya seorang diri karena Minarsih masih membutuhkan waktu untuk beristirahat. Meskipun keringat membanjiri wajahnya, gadis itu tak menyerah. Ia melakukan semua sendiri dengan penuh semangat.

"Oh, jadi kamu di sini," ujar seseorang dari arah belakang.

Hana menoleh dan terkejut melihat Haris di belakangnya. Seketika, ia membalikkan badan dan kembali pada pekerjaannya. Namun, Haris terus mengikutinya kemanapun ia pergi sampai Hana dibuat kesal.

"Kamu kok, akhir-akhir ini menghindar dari saya ya? Kenapa?" tanya Haris.

Hana hanya terdiam, memilih mengabaikan pria itu dan tetap fokus pada pekerjaannya.

Haris paham kenapa gadisnya ini menghindar. "Kamu menghindar dari saya karena itu, kan?"

"Itu apa?"

Belum sempat menjawab, suara seseorang memanggil nama Haris dengan sangat kencang. "Dokter Hariiiisss!!"

Hana dan Haris serempak menoleh ke arah orang yang mulai mendekat itu. Siapa lagi kalau bukan Lita. Tiba-tiba Lita datang dan langsung memeluk lengan Haris. "Aku cari kemana-mana ternyata di sini," ujarnya manja.

Hana hanya terdiam. Melihat gadis itu bermanja-manja pada Haris membuat hatinya sedikit nyelekit.

"Lepaskan!" tegas Haris. Tangannya terhempas, menjauh sedikit dari Lita. "Ngapain kamu ke sini?"

"Aku cari kamu dong, sayang… ngapain kamu di sini… di sini panas, bau, dan kumuh… iwhhh… mending kita ke tempat bersih, yuk."

Hana memutar bola matanya, jengah melihat dua sejoli itu beradu argumen di depannya. "Lebih baik, kalian pergi dari sini… kalian itu mengganggu pekerjaanku."

Mendengar itu, Haris dan Lita terdiam. Lita menggeram marah pada Hana. "Heh, gadis kotor kayak Lo jangan banyak bacot ya!"

"Lita!!!" bentak Haris padanya.

Seketika nyali Lita menciut setelah mendengar suara keras Haris. "Udah gw bilang… Lo jangan bicara sembarangan… sekarang, Lo pergi dari sini… sana!" usir Haris dengan tegas.

Dengan wajah merah padam, Lita pun pergi menjauh dari mereka. Sebelum itu, Lita menatap tajam ke arah Hana, lalu ia pun pergi. Haris seketika bernapas lega karena gadis itu pergi dan tidak akan mengganggunya lagi. "Ayo… saya bantu kamu."

"Tidak usah!"

Haris sedikit terperangah saat Hana terlihat marah padanya. "Lebih baik Anda pergi, Pak… saya sedang bekerja… saya tidak ingin diganggu siapapun."

"Kamu marah sama saya karena Lita? Lita itu bukan siapa-siapa saya," Haris berusaha menjelaskan.

"Saya mohon… Anda pergi dari sini!" tegas Hana. Sorot matanya tajam dan memerah, seolah hendak mengeluarkan air mata. "Pergi!" usir Hana sekali lagi. Lalu Hana membalikkan badannya dan mengusap air matanya yang berjatuhan.

Haris merasa memang sepertinya ia harus menjauh dulu. Ia tidak ingin gadisnya ini menjauhinya dikarenakan ulah Lita. "Baiklah, saya pergi… tapi saya mohon jangan marah ya… saya benar-benar tulus sama kamu… dan Lita, dia bukan siapa-siapa saya… dia itu pengganggu… saya juga tidak suka akan kehadirannya."

Haris menghela napas panjang. "Saya pergi dulu," lirihnya. Langkah Haris perlahan menjauh dari kebun. Hana kembali memutar badannya dan melihat Haris yang sudah menjauh.

Hana mulai menjatuhkan dirinya ke tanah dan meremas tanah tersebut. "Kenapa ini sangat sakit?" lirihnya, terus menangis dalam diam. Ia pun beristirahat sejenak untuk menenangkan hatinya, memandangi awan cerah yang membiru di penglihatannya.

Setelah lama beristirahat, Hana pun kembali beranjak dari duduknya dan mengemasi barang-barang yang masih berantakan. Ia mengumpulkan hasil panen ke wadah yang disediakan. Lalu, ia pun pulang karena urusan kebun sudah selesai. Wajah Hana yang ceria hampir tak terlihat. Yang ada hanyalah wajah datar dan dingin saat melihat orang-orang sekitar.

Tak lama kemudian, Hana sampai di depan rumahnya dan membuka pintu kayu. "Assalamu'alaikum… Mak… Hana pulang."

"Waalaikumussalam…" Minarsih pun keluar dari kamar.

"Udah selesai, Neng?"

"Udah, Mak… ini uang hasil penjualan sayur."

Minarsih menerima uang tersebut dengan senang hati. "Makasih ya, Neng, udah bantu Emak… maaf Emak belum bisa bantu kamu lagi di kebun."

"Iya, Mak, enggak apa-apa… aku ke dapur ya, Mak… mau mandi sekalian nanti masak."

"Iya, cantik."

Hana kembali membawa peralatannya dan menaruhnya di dapur. Saat ia ingin mandi, Hana masuk ke dalam kamarnya untuk mencari baju ganti. Saat membuka lemari, ia kembali melihat kotak misterius tersebut. Ia kembali memegang kotak itu. Hana sudah melihat kotak itu, namun isinya belum sama sekali. Tapi, sepertinya Hana tidak tertarik untuk melihat isi kotak itu dan ia meletakkan kembali ke dalam lemari. Setelah tertutup, ia kembali ke dapur untuk mandi dan membersihkan semuanya.

Setelah segar sehabis mandi, Hana kembali disibukkan dengan kegiatan memasaknya. Ia masak seperti biasa saja, dengan lihai mengoseng bahan makanan. Beberapa menu sudah siap dihidangkan. Minarsih dan Hana kembali bisa makan bersama di meja makan. Minarsih lagi-lagi melihat ada yang aneh dalam diri Hana. Hana yang ceria berubah menjadi pendiam.

"Neng… kamu ada masalah ya?"

"Eummm… enggak kok, Mak," ujarnya.

"Tapi kenapa kamu kelihatan sedih gitu?"

"Perasaan Emak aja kali… ya sudahlah, Mak… lanjutin makan dulu…"

Minarsih pun mengangguk dan memutuskan untuk tidak bertanya apapun pada Hana, takut dirinya tersinggung.

***

Lagi-lagi Fahri melihat Haris termenung sendirian di luar. "Lu kenapa lagi?"

Haris menghela napas beratnya. "Dia marah lagi sama gw."

"Makanya, jangan suka ingkar janji. apalagi itu janji lu sendiri… lu lihat sendiri kan hasilnya."

Haris mengangguk pelan. "Iya… gue tahu, gue salah… tapi rasa ada yang aneh, dia lebih marah sama gue kali ini."

Fahri memeluk pundak sahabatnya itu. "Wajar, Bro, cewek… nanti juga baik lagi… santai aja."

"Mungkin lu benar…"

"Udahlah, kita sekarang ada kunjungan ke desa sebelah buat ngasih edukasi kesehatan sama pemeriksaan massal. lu jangan lupa ya,"

"Iyeee." Haris pun mulai disibukkan kembali dengan kegiatan sosialnya yang sudah dirancang saat pertama kali melakukan misi. Mungkin ia sembari menenangkan pikirannya. Semoga gadisnya itu tak bermaksud untuk menjauh dari dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!