Baby Sitter Untuk Yayah

"Buuuuk ... Ibuuuuk!!!! Ibuuuk gimana ini Buk, aku udah dapat surat peringatan kedua dari kampus iniiii. Ibuuuuu!"

"Idaaa brisiiik!"

Sama-sama berteriak, dan malah beradu siapa yang lebih keras ketika berteriak dilakukan oleh Ida dan Rusman. Sedangkan orang yang saat ini dipanggil sedang tidak ada di rumah.

"Apaan sih, Mas. Kenapa marah-marah gitu?" ucap Ida kesal. Dia kesal karena mendapat jawaban demikian dari Rusman.

"Mas bagi duit dong, 3 juta buat bayar kuliah. kalau nggak aku bakalan di DO nih,"imbuhnya. Agaknya Ida sama sekali tidak paham situasinya. Dia tidak bisa melihat raut wajah Rusman yang sedang tidak karuan itu.

"Duit duit duit mulu kamu, Da. DO yang udah tinggal keluar aja, apa susahnya. Kalau kamu nggak mau di DO ya mikir Da, mikir. Mikir gimana caranya bisa lanjut kuliah, kerja kek. Banyak juga di luaran sana yang kuliah sambil kerja. Aku nggak selamanya bisa biayain kamu, jadi kamu harus mandiri juga. Nggak apa-apa cuma nodong aja."

Meskipun apa yang dikatakan Rusman benar tapi Ida merasa kesal. Dia sungguh merasa tidak senang dengan ucapan kakak lelakinya itu.

Jika bekerja nanti, maka dia akan sangat lelah. Kuliahnya juga akan sangat berantakan waktunya. Dia nantinya juga tidak punya waktu untuk istirahat dan bermain bersama teman-teman.

Membayangkan itu saja Ida sudah merasa merinding. Memang terbiasa hidup di manja, gadis itu tumbuh dengan pribadi yang keras hati dan tidak mau berusaha. Dia lebih suka mengandalkan orang lain .

"Tck, bilang aja Mas mau lepas tanggung jawab. Mas, aku sama Ibu tuh masih tanggung jawabmu ya. Apalagi kan Bapak udah nggak ada, ya sekarang itu udah jadi tugasmu lah buat gantiin Bapak dalam ngeniayain aku."

"Ya serah, aku mah kalau kamu di DO bodo amat. Kamu yang ngejalanin juga bukan aku. Asal kamu tau, sekarang aku sama sekalu nggak punya apa-apa. Motor itu pun paing nggak lama di tarik dealer karena aku nggak bisa bayar cicilan."

Apa?

Ida terkejut bukan main. Ini sungguh tidak seperti yang dibayangkan. padahal yang dia ingat hari ini putusan cerai Rusman dan Ida, itu seharusnya Rusman mendapatkan perhiasan yang dulu dijadikan mahar.

"perhiasan itu kemana emangnya? Mas pelit banget sih ngeluarin dikit aja buat motor sama aku."

"Nggak bisa diambil, kalau kita ngerecokin Raina maka aku akan dipenjara, sedangkan kamu sama ibu bakalan di denda ratusan juta. Itu ada di perjanjian yang waktu itu aku tanda tangani."

Bruk!

Ida menjatuhkan tubuhnya di kursi yang ada di sampingnya. Dia tidak habis pikir mengapa kakaknya itu sangat bodoh. Bagaimana bisa Rusman menandatangi sesuatu tanpa membacanya lebih dulu.

Padahal dia sudah punya rencana untuk mendatangi Raina guna meminta bantuan nantinya. Tapi ternyata ada fakta yang seperti itu, tentu saja semua rencananya hanya akan gagal nantinya.

"Kenapa sih, Mas? kenapa kamu tuh bodo banget. Argghhhhh!"

Ida berteriak kesal, dirinya sungguh merasa sangat kesal. Kini bayangan di drop out dari kampus sudah tampak di matanya. harapannya menyandang toga pupus sudah. semua karena kebodohan Rusman.

Ya seperti inilah keluarga ini, saling menyalahkan dan tidak introspeksi terhadap diri masing-masing. Bukannya meminta maaf dan mengakui kesalahan namun hanya sekedar menyesali sesuatu yang seharusnya tidak layak untuk di sesali.

Semua berlanjut, kebingungan Rusman tentang biaya pernikahan sungguh membelenggunya. Dan pada akhirnya dia tidak bisa melakukan apapun. Dia berkata jujur kepada Suci bahwa dirinya tidak memiliki uang barang sedikitpun. Hal tersebut membuat Suci terkejut.

Padahal untuk rias dan sewa baju pengantin, sudah Suci bayar lebih dulu dengan uang sisa simpanannya. Bapak dan Ibunya yang murka, tidak memberi Suci uang sama sekali. Mereka hanya datang ke KUA menjadi wali nikah dan saksi, lalu pulang kembali.

Tidak ada acara haru sungkeman atau apalah itu. Semua terasa hambar, pernikahan yang biasanya berjalan dengan indah dan penuh hikmat, tidak terasa sama sekali.

"Rus, ayo kita pulang!"Ningsih bicara dengan nada tegas kepada putranya setelah akad nikah dengan Suci selesai. Tentu saja Suci terkejut dengan ibu mertuanya itu.

"Apa, mana bisa? Mas Rusman harus pulang ke rumah ku. Di sana pun warga sudah menunggu. KIta harus menunjukkan kepada warga kalau kita sudah menikah secara sah."

"Cih dasar wanita nggak tau diri. Sebagai menantu seharusnya kamu nurut kata ibu mertuamu. Ini belum apa-apa udah melawan."

"Laah ngapain juga aku harus nurut sama Ibu. Semua pernikahan ini bahkan aku yang membiayai."

Ningsih terdiam, pun dengan Rusman dan Ida. Mereka tidak mampu berucap apapun.

"Rus setelah selesai acara, kamu langsung pulang ke RUMAH." Ningsih menekankan kata rumah ketika bicara kepada Rusman. Rusman sama sekali tidak menjawab, dia hanya diam berdiri di antara istri dan ibunya.

Hahahaha

Sebuah tawa terdengar, semua orang yang ada di sana mencari dari mana sumber suara itu berasal.

Jeeeeng

"Raina?"

Semua menoleh ke sana, ke gerbang pintu masuk saat Rusman menyebut nama wanita yang telah menjadi mantan istrinya.

Plok plok plok

Raina bertepuk tangan, wajahnya menunjukkan rona bahagia. Dan senyum seringainya cukup mengganggu Ningsih.

Sedangkan Suci, dia langsung menggamit lengan Rusman. Seolah takut kalau pria itu diambil kembali darinya.

"Sungguh pemandangan yang indah. sangat indah sampai rasanya aku terharu melihatnya. Selamat ya Mas, untuk pernikahannya. Aah siapa nama wanita ini hmmm? Selamat ya, duuuh kenceng banget yang megangin. Tenang aja, aku nggak bakalan ngambil dia. Duuh sekarang pun dikasih pun nggak mau aku. Selamat menikmati hidup yang membara ya. Aah Ibu Ningsih, selamat udah punya menantu baru. Semoga bisa bantu-bantu bayar kuliah ya, tapi sih kayaknya dia nggak mau tuh. Pokoknya selamat semuanya. Aku sungguh bahagiaaa sekali melihat pernikahan yang indah ini. Aku doakan semua damai ya. Selamat tinggal semuanya."

Tap tap tap

Rusman membulatkan matanya ketika melihat Raina. Dia belum pernah melihat Raina seperti ini. Cantik, ya wanita itu, mantan istrinya itu sekarang sangat cantik.

Rok plisket berwana hitam, dipadukan dengan tunik selutut berwana abu muda dan hijab lebar berwana senada dengan roknya. Meskipun tidak seksi, tapi sungguh cantik dipandang mata.

"Cantik,"ucap Rusman tanpa sadar.

"Mas, apaan sih."

Eh?

Suci memberengut, dia tidak suka mendengar ucapan Rusman yang baru saja itu.

"Ayo pulang, Pak RT udah nungguin kita. Kita suruh kita menghadap dia."

"Ah iya, tapi Ci motor mu mana? Soalnya motorku udah diambil dealer kemarin."

APA???

TBC