NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA SETELAH DIKHIANATI

TAKDIR CINTA SETELAH DIKHIANATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Angst / Romansa / Menikah Karena Anak
Popularitas:238.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Ketukan palu dari hakim ketua, mengakhiri biduk rumah tangga Nirma bersama Yasir Huda.

Jalinan kasih yang dimulai dengan cara tidak benar itu, akhirnya kandas juga ... setelah Nirma dikhianati saat dirinya tengah berbadan dua.

Nirma memutuskan untuk berjuang seorang diri, demi masa depannya bersama sang buah hati yang terlahir tidak sempurna.

Wanita pendosa itu berusaha memantaskan diri agar bisa segera kembali ke kampung halaman berkumpul bersama Ibu serta kakaknya.

Namun, cobaan datang silih berganti, berhasil memporak-porandakan kehidupannya, membuatnya terombang-ambing dalam lautan kebimbangan.

Sampai di mana sosok Juragan Byakta Nugraha, berulangkali menawarkan pernikahan Simbiosis Mutualisme, agar dirinya bisa merasakan menjadi seorang Ayah, ia divonis sulit memiliki keturunan.

Mana yang akan menang? Keteguhan pendirian Nirma, atau ambisi tersembunyi Juragan Byakta Nugraha ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 04

Nirma memejamkan mata, berusaha mengontrol emosi yang nyaris meledak, apalagi di ruang istirahat khusus wanita ini, ada tiga perawat lain termasuk Dwi. Ia mundur dua langkah, tanpa mau menanggapi langsung hendak melangkah keluar, tapi ….

“Mengapa diam? Atau jangan-jangan, apa yang kukatakan benar adanya? Betul macam tu, mantan sahabat?” Linda bersedekap tangan, dirinya dan Nirma pernah tinggal satu kost kala berkuliah di ibukota, hubungan mereka pun sangat dekat.

Namun, hanya Nirma menganggap Linda seorang sahabat, ia begitu lugu, naif, menceritakan semua hubungan terlarang antara dirinya dengan Yasir Huda, yang kala itu masih berstatus tunangan kakak kandungnya.

“Benar ataupun tidak, bukan urusan mu, Lin! Yang jelas, aku disini bekerja. Bukan jual diri!” Nirma membuka pintu, lalu menutup kembali, sedikit membanting sampai terdengar nyaring.

Mereka yang masih dalam ruangan terhenyak, sedikit tidak percaya kalau sosok Nirma bisa berbuat sedikit kasar, padahal sebelumnya ibu dari Kamal itu di juluki wanita penyabar, lemah lembut.

“Kalian lihat sendiri ‘kan? Memang seperti itulah sifat aslinya. Munafik, manipulatif, suka memutar balikkan fakta, dia juga begitu tega merebut tunangan kakak kandungnya.” Linda menatap satu persatu ketiga sosok teman Nirma.

“Betulkah? Masa suster Nirma begitu?” tanya salah satu dari mereka tidak percaya.

“Untuk apa aku berbohong, tak ada untungnya sama sekali,” kilah Linda.

“Lantas, mengapa kau membeberkan aib orang lain? Apa ada untungnya untukmu?” Dwi yang sedari tadi diam, mulai naik pitam.

Linda menatap nyalang pada sosok yang hari ini terakhir masuk kerja. “Ya biar kalian waspada saja. Takutnya, hobi merebut milik orang lain itu masih melekat pada tubuh Nirma. Siapa tahu, diantara pasangan kalian ada yang menarik matanya.”

“Tapi, kalau boleh tahu. Macam mana nasib kakaknya Suster Nirma sekarang?” tanya lainnya penasaran.

“Mana ku tahu. Palingan ya frustasi atau lebih parah lagi, jadi gila. Coba kalian bayangkan! Kakaknya tu sudah tunangan selama lima tahun, tiba-tiba calon suaminya direbut adik kandungnya sendiri. Besar kemungkinan mentalnya pasti terganggu! Mana mereka tinggal di pelosok lagi, tahu sendiri kan? Macam mana mulut orang kampung.” Linda mengedikkan kedua bahunya.

Kedua teman Nirma mulai terprovokasi, tapi tidak dengan Dwi. Ia percaya bila sahabatnya telah berubah, meskipun Nirma pernah sekali menceritakan garis besarnya bila dirinya seorang pendosa, tapi bukan berarti sosoknya layak dihakimi secara sepihak.

.

.

Seminggu telah berlalu.

Nirma sedang berkeliling guna membantu pasien minum obat, mengecek botol infus, serta tindakan medis lainnya yang memang tugas seorang perawat. Ia sendirian, biasanya berdua dengan teman sejawatnya.

Entah sudah berapa kali Nirma menghela napas panjang, hari yang biasanya berlalu begitu cepat, kini terasa sangat lambat. Jujur, ia ingin cepat pulang dan memeluk putranya, mencari kedamaian kala hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Nada-nada sumbang itu semakin kencang berhembus layaknya angin berkecepatan tinggi, bukan lagi cuma tatapan menghakimi, tapi kini para sosok yang sebelumnya ia kira teman, begitu berani menyindir secara terang-terangan.

Semua itu ulah si Linda, entah apa salah Nirma, sehingga ia begitu dibenci. Padahal sewaktu masih sama-sama berstatus mahasiswi, mereka baik-baik saja .

“Ayo wee! Mulai sekarang, bila pasangan kita menjemput, suruh mereka menunggu diluar pagar rumah sakit saja. Takut kali aku kalau sampai suster Nirma melihat rupa mereka,” gerutu seorang wanita berpakaian perawat.

“Iya ya, mana aku baru nikah lagi, dan suamiku itu lumayan tampan, keuangannya pun cukup mapan, mangsa yang empuk untuk dijadikan ladang uang,” timpal lainnya.

Nirma tidak jadi ikut bergabung, ia menutup kembali kotak bekal makan siangnya, berlalu dari ruang istirahat, berjalan ke belakang bangunan yang sepi, duduk dibawah pohon rindang.

Buliran bening jatuh tepat di atas nasi putih, tangannya bergetar kala menggenggam sendok, bahunya naik turun, tenggorokannya terasa tercekat.

“Taknya kalian lihat, menu makan ku begitu sederhana, hanya ada tumis bayam dan tahu goreng, aku memilih hidup bak orang melarat daripada menjadi seorang keparat macam dulu.” Monolognya sambil mencoba mengunyah nasi yang terasa seperti batu.

“Mengapa semakin kesini, bertambah sulit saja menjalani hari. Rasanya aku ingin menyerah. Ya Rabb, hamba paham bila diri ini penuh dosa, tapi kenapa mereka tak mencoba memberikan kesempatan saat hamba ingin membuktikan bila kini tak lagi jahat seperti dulu,” Nirma terus meracau, buliran bening semakin cepat terjun bebas, ia makan nasi campur dengan air mata.

.

.

“Assalamualaikum.” Nirma membuka sepatu flatshoes nya, ia sampai di rumah kontrakan.

Namun, tidak ada orang, padahal pintu terbuka separuh. “Wak! Wak Sarmi!”

“Ya! Kami dibelakang, Ima!” sahut Wak Sarmi.

Nirma pun bergegas ke belakang, netranya langsung disuguhi pemandangan manis.

“Buk, lihat anak kita sudah minta titah!” Juragan Byakta terlihat begitu antusias, melangkah seraya menggenggam kedua tangan Kamal.

“Masya Allah,” tanpa mengenakan alas kaki, Nirma mendekati sang putra, berjongkok lalu mendekap erat tubuh padat Kamal. “Anak Ibuk pintar sekali.”

Bayi berumur 7 bulan lebih itu tertawa riang, seraya menggeliat geli kala lehernya dikecup bertubi-tubi.

Juragan Byakta menatap rumit dua sosok yang masih terus berbalas tawa, Nirma yang gemas, dan Kamal kegirangan.

Wak Sarmi memilih masuk rumah, memberikan privasi bagi Nirma dan juragan Byakta.

“Bagaimana pekerjaannya, Buk? Lancarkan?” tanyanya, kini mereka duduk di bangku kayu, berjarak sedikit jauh. Kamal bermain di tanah memungut daun jambu. Halaman belakang rumah kontrakan tidaklah luas, tapi sudah dipagar tembok.

“Alhamdulillah, baik-baik saja, Yah,” jawabnya lirih tanpa menatap lawan bicaranya.

‘Sebetulnya tak baik, aku susah bernapas bila di sana, setiap hari bertambah saja mulut yang mencaci maki. Namun, selagi nama anakku tak dibawa-bawa, segala sesuatunya masih bisa ku tahan,’ tambahnya dalam hati.

“Ima, tak lama lagi Kamal akan di operasi. Apa kau tak butuh biaya tambahan?”

Nirma menoleh, menatap sendu juragan Byakta yang mengawasi Kamal. “Sepertinya tak perlu, Mas. Alhamdulillah uang tabunganku cukup.”

“Benarkah?” Juragan Byakta membalas tatapan Nirma yang netranya terlihat berkaca-kaca.

“Iya,” dustanya, nyatanya uang tabungannya terus berkurang, ia ambil sedikit demi sedikit untuk kebutuhan makan sehari-hari dan membeli keperluan Kamal, gajinya tidak lagi cukup.

“Bila butuh sesuatu, apapun itu, jangan sungkan meminta pada saya, Ima.”

Nirma manggut-manggut, memilih menatap putra semata wayangnya.

Tidak lama kemudian, juragan Byakta pamit pulang, dirinya ditangisi oleh Kamal yang begitu lengket dengan ayah angkatnya.

“Besok ayah kesini lagi ya, Nak. Sekarang sudah mau petang, Kamal pun harus istirahat.” Juragan Byakta mencium pipi putranya, mengelus lembut pucuk kepala.

“Dadah Ayah ….” Nirma mengangkat tinggi-tinggi tangan sang putra, lalu melambaikannya.

“Cup cup, anak sholeh nya Ibuk, sudah ya nangisnya, nanti susah napas loh, Dek!” Nirma mengelus dada Kamal yang masih menangis sampai sesenggukan.

Satu jam kemudian, Kamal yang tadi menangis hebat, sudah tertidur di atas kasur kamar. Nirma menatap sayang buah hatinya, kekuatan sekaligus penyemangat nya yang begitu berarti.

Tiba-tiba ponselnya berdering, ia meraih benda berbentuk tebal dan ada antenanya itu, menekan tombol hijau.

“Assalamualaikum,” sapanya lembut.

Napasnya memburu, tenggorokannya tercekat, dirinya sampai membekap mulut agar tidak berteriak. Kabar yang baru saja ia dengar layaknya bunyi guntur di siang hari.

“Bagaimana mungkin? Cobaan apalagi ini ya Allah …?”

.

.

Bersambung.

1
Yuliana Tunru
siap2 pernikahan yg berbeda tp alangkah baik x jika acara x di rmh byakta agar tak ada cemooh jg klga yasir yg akan mengacau dgn kata2 tak pantas..
Cublik: Iya juga ya Kak, biar berjalan sakral.
total 1 replies
Sri Murtini
ayo siapkan kado dipernikahan Nirma,baiknya mainan utk kamal aja , soalnya Byakta dan menyiapkan semuanya utk Nirma
Cublik: Iya ya Kak, jangan lupa mainannya dua ya Kak, biar Kamal gak rebutan ma Intan 🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
secepanya ya
Cublik: 🥳🥳🥳🥳🥳
total 1 replies
Hafifah Hafifah
lw udah nikah harus rajin olahraga tuh biar bisa kempes tuh perut 🤭🤭🤭
Hafifah Hafifah
setuju banget ama kamu juragan
Hafifah Hafifah
ternyata mak syam toh
Bang Fay
akhir nya Restu pun di dapat juragan,benar kamal benasab pada ibunya nirma.selamat ya juragan semoga bahagia selalu /Heart//Heart//Heart//Heart/
Mawar Hitam
wei langsung tabrak aja.

Gak tahu aja mereka, kalau juragan Byakta dan Aji sudah mepersiapkan seminggu sebekum hari H.nya.
Mawar Hitam
iyaa. benae mak. secara nasab ke ibunya
Cublik: Makanya ma juragan mau diputus betulan Kak, biar Yasir ma bi Atun gak berulah.
total 1 replies
Rubyred
ah....dah nak resmi dah hubungan nirma dan juragan kaya
Cublik: Yuhuiii 🥳
total 1 replies
Yuli Purwati
asheek....kondangan kita💃💃💃
Cublik: Heyakkkk 😁
total 1 replies
Yuli Purwati
wis nir,serahkan seluruh cinta dan jiwa raga mu pada juragan😁😁
Cublik: Jangan sungkan-sungkan Nir🤣
total 1 replies
Yuli Purwati
alamak😱 ku tarik lagi lah 💣💣💣.bahaya ini bahaya....😱😱 Mak syam tersayang rupanya yang tak setuju.maaf ya Mak,saya ambil lagi 💣💣💣 nya,sebelum meledhak.🌪️🌪️
Cublik: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Jamilah Dwi
ahhh ku pikir si atun yg teriak bilang tak setuju, ternyata mak syam, kena jebakan superman diriku 🤣🤣
Cublik: Supermi aja Kak, enak bisa dimasak terus ceplok in telur ayam, tambah potongan cabe😁
total 1 replies
Ridho Meram
Aq selalu gagal fokus dengan perut nya. Penegas yang berulang mengenai perut ini dan tetap membuatku ngakak🤪😝😝😝🤣🤣🤣
Cublik: Hahahaha 🤣
Sengaja Kak, soalnya takutnya nanti perut gelambir nya lenyap 😂
total 1 replies
Sugiharti Rusli
semoga saja keputusan mereka menerima si juragan tepat yah, soalnya yah dia bagai punya hati malaikat sih di sini,,,
Cublik: Biasanya kalau yang terlalu baik gitu, ada udang di balik bakwan ya Kak 😁
total 1 replies
imau
yok keundangan, kita makan-makan 🤤
Cublik: Ayokkk🔥🔥🔥
total 1 replies
imau
kenapa beban perut dibawa-bawa wkwkwk 🤣
merusak suasana saja 😂
itu perut sebuncit apasih? kok disebut-sebut terus, jangan bilang sebuncit orang hamil tujuh bulan 😆
Cublik: Gak sampai segitu Kak, tapi lucu aja😆
total 1 replies
family megantara
duh lagi terharu haru nya bisa saja diselipi oleh lipatan perut si juragan hilang terharu awak 😆😆😆
Cublik: Biar gak melow kali Kak 😁
total 1 replies
Yuli Yuli
bagus banget lah ceritanya, bahasa awak banget di masa kecil dl
Cublik: Terima kasih banyak ya Kak 🙏❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!