NovelToon NovelToon
Perfectly Imperfect

Perfectly Imperfect

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

Zeyn Alfarez, arsitek jenius yang dingin, arogan, dan perfectionis, tak pernah menyangka hidupnya akan terusik oleh satu hal—istrinya sendiri. Sienna Valerisse, si junior ceroboh yang dijodohkan dengannya, adalah kekacauan dalam dunianya yang tertata rapi.

Awalnya, Zeyn hanya merasa terganggu. Namun, seiring waktu, ia justru ingin melindungi Sienna, bahkan dari kecerobohannya sendiri.

Ketika Steven—mantan Sienna—kembali dan mencoba merebutnya lagi, Zeyn tahu satu hal: ia tidak akan membiarkan wanita itu pergi. Zeyn siap melakukan apa saja untuk mempertahankan pernikahan mereka.

Karena kali ini, Sienna adalah miliknya. Dan Zeyn Alfarez tidak pernah menyerah.

(Disarankan untuk membaca PERFECT MATCH lebih dulu, karena buku ini sequel dari buku tersebut.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

What’s Mine to Keep

Udara malam itu hangat dan penuh aroma bunga yang samar, berpadu dengan wangi parfum tamu-tamu yang mulai memadati halaman belakang restoran milik Steven. Restoran itu berdiri elegan di sudut kawasan Senopati—desain bangunannya perpaduan antara gaya modern minimalis dan sentuhan industrial yang halus. Lampu gantung kekuningan menggantung dari ranting-ranting pohon trembesi yang rindang, menebarkan cahaya temaram yang membuat suasana terasa intim, hampir romantis.

Zeyn berdiri di dekat pintu masuk restoran, wajahnya tegas, rahangnya mengeras, sementara pandangannya menyapu kerumunan dengan sikap waspada yang ia coba tutupi di balik ketenangan palsu. Jas hitam armani membalut tubuhnya dengan sempurna, kemeja putihnya tanpa cela. Ia tampak seperti pria dari majalah mode, dingin dan nyaris tak tersentuh. Tapi dari balik sikapnya yang terkontrol, dadanya mengencang sejak pertama kali matanya menangkap Sienna keluar dari kamar, satu jam sebelum mereka berangkat.

Sienna mengenakan gaun satin berwarna wine red yang jatuh anggun di tubuhnya, membentuk lekuk yang tak bisa disangkal bahkan oleh Zeyn sendiri. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai lembut, sebagian disemat ke belakang dengan jepit emas kecil yang nyaris tak terlihat. Ia tampil bukan hanya cantik—ia memukau. Dan Zeyn tahu, malam ini, ia akan kehilangan kendali yang selama ini ia pertahankan dengan sekuat tenaga.

“Berhenti menatapku seperti itu. Seolah aku anak kecil yang berdandan berlebihan,” gerutu Sienna pelan saat mereka masih di parkiran, baru keluar dari mobil.

“Aku hanya berpikir, mungkin kau salah pesta. Ini bukan pemilihan Miss Universe,” ujar Zeyn ketus, meski tatapannya kembali turun dari atas ke bawah, cepat tapi tak bisa ia tahan.

Sienna mendengus sambil membetulkan gaunnya. “Kau bisa pulang sekarang kalau memang terlalu menyebalkan untuk berdiri di sebelahku.”

“Dan membiarkan Steven yang menjemputmu?” Zeyn menoleh padanya, tajam. “Jangan mimpi.”

Sienna mengangkat dagu, menahan senyum. Entah kenapa, mendengar nada cemburu di balik arogansi Zeyn terasa... memuaskan.

Begitu mereka masuk ke area pesta, sorotan lampu, senyum basa-basi, dan gelas-gelas berisi wine mulai memenuhi pandangan. Musik jazz instrumental mengalun pelan dari sudut ruangan, menciptakan suasana santai yang dibuat seolah tanpa usaha—padahal Zeyn tahu betul, semuanya diatur dengan perhitungan matang.

Dan di tengah keramaian itu, Steven datang.

Dengan jas abu-abu arang dan senyum yang pernah membuat Sienna luluh berkali-kali, Steven menyambut mereka seolah tak ada beban dari masa lalu. “Kalian datang juga,” katanya, matanya hanya tertuju pada Sienna.

“Seperti yang kau minta,” jawab Sienna ramah, meski nada bicaranya terkontrol. Ia menyadari, Zeyn berdiri setengah langkah di belakangnya—cukup jauh untuk menunjukkan ketidaktertarikan, tapi cukup dekat untuk menjadi peringatan bagi siapa pun yang ingin mencoba hal yang salah.

Steven menyodorkan tangan, tapi bukan ke arah Zeyn. Ke arah Sienna. “Kau terlihat luar biasa malam ini, Sienna.”

Sienna menerima uluran tangannya, sekilas, sebelum menariknya kembali. “Terima kasih. Selamat atas pembukaan restorannya. Ini... tempat yang cantik.”

Steven mengangguk, tapi pandangannya tak lepas dari wajah Sienna. “Masih ingat saat kita pernah bilang ingin punya tempat seperti ini? Restoran dengan taman terbuka, lampu gantung, dan jazz yang lembut?”

Zeyn langsung menatap Steven. “Waktu kalian membicarakan itu, orang tuamu ternyata diam-diam sudah menyiapkan pesta pernikahanmu, kan?”

Suasana membeku sesaat. Bahkan musik jazz pun seakan melambat. Steven menoleh perlahan ke Zeyn, tapi pria itu tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun atas kata-katanya. Justru ia menatap langsung ke mata Steven, dingin, tak bergeming.

Sienna menghela napas pendek, mencoba menengahi, “Zeyn...”

“Tidak apa,” potong Steven dengan senyum tipis. “Itu masa lalu. Yang penting sekarang, aku senang kita bisa bekerja sama lagi. Kalian, terutama kau, Sienna, telah membuat desain restoran ini jauh lebih baik dari apa yang pernah kubayangkan.”

Zeyn mendengus kecil, tapi tidak berkata apa-apa. Ia mengambil gelas anggurnya dari meja pelayan yang lewat, lalu menyesap sedikit. Tatapannya tak lepas dari Steven yang kini mempersilakan mereka ikut berbaur dengan tamu lain.

Selama hampir satu jam berikutnya, Zeyn lebih banyak diam, tapi matanya tak pernah benar-benar jauh dari Sienna. Ia melihat bagaimana seorang investor pria mencoba memulai percakapan dengan Sienna, bagaimana mereka tertawa pelan di antara obrolan, dan bagaimana Steven beberapa kali muncul dan berdiri terlalu dekat.

***

Di tengah suasana itu, aroma dari dapur semi terbuka menyebar: aroma panggangan daging, saus anggur merah, dan… kue. Tepatnya strawberry shortcake yang segar dan manis, disajikan dalam potongan kecil di nampan-nampan silver mengilap yang dibawa pelayan.

Zeyn berdiri di sudut terdekat panggung kecil tempat band jazz tampil. Tubuhnya tegak, tangan dimasukkan ke saku celana jas hitamnya. Ia memandang sekeliling dengan wajah tanpa ekspresi, namun matanya tak pernah lepas dari Sienna yang berdiri beberapa meter darinya. Gadis itu tertawa—tawa yang lembut, ringan, dan sangat tidak menyadari betapa itu membuat darahnya mendidih.

Sienna berdiri di sisi Steven, masih mengenakan gaun satin merah wine yang jatuh membentuk siluet tubuh mungilnya dengan sempurna. Tangan kirinya memegang gelas mocktail, tangan kanannya menutup mulutnya sambil tertawa menanggapi cerita Steven yang entah keberapa. Steven berdiri terlalu dekat. Terlalu sering menyentuh lengan Sienna seolah semua itu wajar. Dan Sienna... entah benar-benar tidak sadar atau memang terlalu menikmati perhatian itu.

Zeyn mendengus pelan, rahangnya mengencang.

Steven lalu mengambil satu piring kecil dari pelayan yang lewat, di atasnya sepotong strawberry shortcake yang tampak dibuat dengan ketelatenan luar biasa—strawberry segar disusun rapi, krim putih halus memanjang simetris di antara lapisan sponge cake berwarna keemasan pucat. Ia menyodorkannya pada Sienna.

“Ini strawberry shortcake yang aku janjikan. Aku ingat kau dulu suka sekali yang manis-manis. Apalagi strawberry shortcake. Cobalah, ini berbeda,” kata Steven, nada suaranya hangat, penuh nostalgia, dan sedikit terlalu pribadi. Cara ia menatap Sienna seolah menghapus kehadiran siapa pun selain mereka.

Mata Sienna langsung berbinar. Seperti anak kecil melihat permen di balik kaca etalase. Ia melangkah setengah maju, terlalu cepat, terlalu antusias, hingga ujung heels-nya nyaris terselip di celah kayu panggung kecil tempat mereka berdiri. Untung Steven sigap, memegang siku lengannya.

Sienna terkekeh kecil. “Astaga, kau serius? Aku bahkan belum lihat ini di buffet!” ucapnya dengan nada senang yang tak bisa ia sembunyikan. Matanya membesar, pipinya sedikit bersemu. “Kau benar-benar meminta chefmu membuat ini?”

Steven mengangguk pelan, dengan senyum tipis yang nyaris mendayu. “Tentu saja.”

Dari jauh, Zeyn mengamati keduanya dalam diam. Napasnya tertahan di tenggorokan. Di balik ekspresi datarnya yang biasa, rahangnya mulai mengeras. Ia bisa membaca arah pembicaraan mereka hanya dari gestur tubuh—bahu Sienna yang sedikit miring ke arah Steven, tangan Steven yang terlalu lama menahan piring kue, tatapan Steven yang seolah ingin mengembalikan waktu. Dan Sienna... terlalu santai, terlalu mudah tersenyum.

Tanpa pikir panjang, Sienna langsung mencicipinya. Ujung garpu kecil menyentuh kue, dan begitu masuk ke mulutnya, ia memejamkan mata sejenak—menikmati tekstur lembut sponge, aroma butter yang pekat namun halus, serta manis-asing krim vanilla yang nyaris meleleh di lidahnya.

Steven tersenyum senang, penuh kepuasan. “Kalau kau suka, aku bisa kirimkan ke kantor. Setiap minggu pun tak masalah. Anggap saja pengingat manis kalau... ada yang masih peduli.”

Dan di saat itulah, langkah kaki Zeyn terdengar di antara riuh pelan musik jazz dan obrolan tamu. Tenang. Perlahan. Namun memiliki tekanan seperti peluru yang melintasi udara.

Ia berdiri di sisi Sienna, menempatkan dirinya di antara mereka seperti seseorang yang telah bosan menjadi penonton. Tangan kirinya menyentuh ringan bahu Sienna—seolah tak ingin bersikap posesif, tapi cukup memberi isyarat bahwa ia bukan sekadar hiasan dalam pernikahan ini.

“Sayang,” katanya, suaranya datar, berat, dan jelas-jelas ditujukan agar Steven mendengarnya. “Kau tahu, krimnya nempel di sudut bibirmu, kan?”

Sienna langsung terdiam. Napasnya tercekat, matanya membelalak kecil. Ia reflek ingin menyeka, tapi Zeyn sudah lebih dulu mengangkat tangan.

Jari telunjuknya—dingin, kaku, tegas—menyeka sudut bibir Sienna perlahan. Terlalu perlahan. Dan terlalu intim untuk sesuatu yang tampak sepele. Sentuhan itu membakar pipi Sienna dengan panas yang tak ia mengerti. Bukan dari rasa malu, bukan juga dari kemarahan. Tapi dari kekacauan emosi yang terlalu rumit untuk diurai.

Zeyn menyeringai tipis, dan kali ini, suaranya merendah. Kalimatnya mengalir lambat, namun cukup tajam untuk menusuk.  "Terkadang, kata-kata yang manis justru memiliki racun yang lebih berbahaya dibandingkan manisnya sepotong kue."

Sienna nyaris tersedak. Ia mundur satu langkah kecil, wajahnya memerah seperti habis dipermalukan, atau mungkin—lebih buruk lagi—dibuat salah tingkah oleh suaminya sendiri. “Zeyn!” bisiknya, nyaris seperti erangan malu.

Namun pria itu tak menggubris. Pandangannya tetap tertuju pada Steven, sorot mata tajam seperti ujung pisau. “Tapi untungnya, aku terbiasa mengurus apa pun yang sudah jadi milikku.”

Kata ‘milikku’ keluar dari bibir Zeyn seperti kutukan dan pengakuan sekaligus. Kalimat yang mengguncang, bukan hanya Sienna tapi juga Steven yang kini memasang wajah kaku. Senyumnya menegang. Tak ada kata balasan. Hanya ketegangan yang menggantung di antara mereka.

Sienna berdiri kaku di tempatnya. Pipinya terasa panas. Otaknya berusaha mengartikan semua itu—gerakan tangan Zeyn, kalimatnya, nada suaranya, dan... tatapan matanya yang tadi sempat menatapnya dalam, terlalu dalam untuk seorang suami yang katanya tak pernah menginginkan pernikahan ini.

Zeyn meneguk habis minumannya lalu mendekat sedikit ke arah Sienna, tak menyentuh, tapi cukup untuk membuat napas Sienna tercekat. Suaranya lirih, hanya untuk di dengar oleh telinga istrinya. “Lain kali, berhati-hatilah saat kau berhadapan dengan orang seperti dia. Atau jangan-jangan, kau memang sengaja melakukannya?”

Sienna langsung menoleh, gerakannya spontan. “Aku hanya mencicipi kue, Zeyn.”

Zeyn mengangkat alis, menyunggingkan senyum kecil yang samar, nyaris tak terlihat. “Tepat. Dan di situlah kelemahanmu—kau terlalu mudah merasa senang hanya karena hal-hal sepele.”

Nada bicaranya tenang, namun dingin dan tajam. Tak terdengar seperti tuduhan, tetapi juga bukan bentuk perlindungan. Kalimat itu lebih menyerupai peringatan—disampaikan dengan cara seorang pria yang terbiasa mengukur situasi lebih cepat daripada lawannya sempat berpikir.

Sienna nyaris ingin menyikut lengan pria itu—sekadar untuk menunjukkan bahwa ia tak menyukai komentar tersebut. Tapi ia menahan diri. Di balik rasa sebal yang mulai menguasai pikirannya, ia menyadari satu hal: Zeyn tidak salah. Ia ceroboh. Terlalu mudah terbawa suasana, apalagi sesuatu itu berasal dari masa lalunya.

Dan ia terlalu cepat lupa bahwa kini ia bukan lagi seorang wanita single.

Ia sudah menjadi seorang istri—meski pernikahan itu tak dibangun dari cinta, melainkan dari kesepakatan.

Sementara itu, Zeyn tetap berdiri tanpa bergeming. Sorot matanya tajam, wajahnya tenang seperti pahatan batu. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi sikapnya seolah mengatakan  banyak hal. Ia tahu medan pertempuran ini, dan ia tahu cara menguasainya.

Dengan satu gerakan kecil, satu kalimat tepat sasaran, dan satu sentuhan yang terlalu pribadi, Zeyn telah mencetak jejak—bukan hanya untuk Steven. Tetapi juga, secara tak sadar, di hati Sienna yang kini mulai berdebar dengan rasa yang tak bisa ia definisikan.

***

1
wiwik
Kirain agak mesra dikit..msh aja kaku 😁😁
Kyurincho: jangan terlalu berharap sama Zeyn mah /Sob/
total 1 replies
wiwik
Nahhh gitu dong...biar kesann'y g kclakaan 😁😁
Kyurincho: /Chuckle/
wiwik: siippp kak 👋😁
total 3 replies
wiwik
Dan itu bukan jawaban Zeyn..
Kyurincho: /Shy/
total 1 replies
wiwik
Jederrrr..tuh Zeyn dah jujur tuh Sienna..
Kyurincho: tarik ulur troosss
total 1 replies
wiwik
hahahaaaaaa...
Kyurincho: /Grin/
total 1 replies
wiwik
AyolahZeyn..Jangan biarin Sienna terus brontak..ada celah dikit pbinor masuk loh..😁😁
Kyurincho: masih gede gengsinya Zeyn /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Bagus..lumayan lah seorang Zeyn bisa jujur dikit 😁😁
Kyurincho: terpaksa /Joyful/
total 1 replies
wiwik
Tumben Zeyn ceroboh 😁😁👋
Kyurincho: /Facepalm/
wiwik: 😁😁😁 jodoh
total 3 replies
wiwik
Hahahaaaa...eng ing eng
Kyurincho: /Curse/
total 1 replies
wiwik
Achhhh yg bener Zeyn masa' buat pencitraan doang..cemburu bilang boss 😁😁
Kyurincho: gengsi dong /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Emang slama ini hidupmu agak sedeng ya Zeyn..😁😁😁 seolah klo sama Sienna kayak nemu mainan baru..hiburan yg lucu 👍
Kyurincho: iyaa, kaya anak kecil dapet mainan baru /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Betul Sienna..Zeyn itu gengsian..
Kyurincho: /Grin/
total 1 replies
wiwik
Aahhhh zonk 🤦😁
Kyurincho: coba lagi ka /Chuckle/
total 1 replies
wiwik
Yeiiiii moga aja ada baby..Aamiin 🤲😁😁
Kyurincho: /Chuckle/
total 1 replies
Coffeeandwine
gemes /Drool/
Kyurincho: /Drool/
total 1 replies
wiwik
Yo salah mu sndiri to Ven..pergi tanpa pmt kok mau balik an lg..telat lu 😁
Kyurincho: /Facepalm/
wiwik: Judule tetep rasain lu 😁😁
total 3 replies
wiwik
Brsabarlah Sienna..ego Zeyn lagi d atas langit..tinggi" skali 😁😁
Kyurincho: perfect match /Chuckle/
wiwik: Sgede gaban 😁😁.. ya emang jodoh sih walo gaya d awal kayak Tom n Jerry tp itulah unik'y..saling mmbutuhkan n mlengkapi..gmn Kak 😁
total 3 replies
wiwik
duhh Zeyn kata" mu itu msk jleb banget..
Kyurincho: /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Akhir'y..makasih Kak..tetep smangat yaaa dtggu slanjut'y..🙋👍💪
wiwik: masama Kak 💪💪
Kyurincho: aku yang makasih kaaa, karena udah baca, like dan komen /Sob/
total 2 replies
wiwik
Ayoh Kak dtggu up'y..smangatttt
Kyurincho: /Heart/
wiwik: Iya Kak...bikin pnasaran ayoooo lanjut Kak👍💪🙏
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!