NovelToon NovelToon
YISHA : After Reincarnation

YISHA : After Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Elf / Fantasi Wanita
Popularitas:940
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.

Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.

Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#18

“A-argh...” Sora terdengar mengerang sambil berusaha membuka matanya.

Kepalanya masih terasa berputar ketika pandangan matanya mulai menangkap cahaya lampu yang begitu terang.

“Bi...” lirihnya.

“Ra?! Kamu udah bangun?”

Dengan kedua mata yang masih terpejam, Sora seperti mendengar suara Yasmin. Tapi, kenapa Yasmin yang memanggilnya? Terakhir kan Sora tak sadarkan diri di pangkuan Bi Lena, di dapur.

“Bi Lena...?” Kata Sora lagi.

“Ra. Ini Aku, Yasmin. Bi Lena di rumah...”

Ya. Sora tidak salah dengar. Suara itu benar-benar Yasmin.

“Di rumah? Terus, Aku di mana?” Sora memaksakan dirinya membuka kedua matanya. Namun, Ia tak kuasa. Sora kembali memejamkan matanya yang saat itu tak tahan melihat cahaya lampu.

“Kamu di rumah sakit, Ra... Udah, jangan banyak gerak dulu,” Yasmin begitu khawatir melihat keadaan Sora.

“H-hah? Kenapa...--”

“Udah. Kamu istirahat dulu.” Kali ini Yasmin terdengar sedikit tegas pada Sora.

“Bu, tapi Aku gak bisa buka mata Aku...” Suara Sora terdengar gemetar. Kedua tangan Sora meraba-raba wajahnya.

Saat itu Sora mulai terdengar menangis.

“Kamu tenang dulu. Nih, minum dulu.” Yasmin menyodorkan satu gelas minuman berwarna merah tua pada Sora.

Sora begitu mempercayai ucapan Yasmin. Minuman dari tangan Yasmin itu Ia terima tanpa banyak pertanyaan. Terlebih lagi karena kedua matanya yang masih terpejam. Sora tak banyak bicara.

“Aku panggil dokter dulu,” kata Yasmin.

Namun, alih-alih memanggil dokter seperti apa yang diucapkannya barusan, Yasmin justru terlihat masih saja duduk di tempatnya sambil terus menatap Sora lekat-lekat. Tatapannya lalu Ia alihkan pada minuman berwarna merah tua itu yang telah habis diminum setengahnya oleh Sora.

Dalam pikirannya, Yasmin mengulang ingatan ketika dirinya berada di tempat yang sama seperti yang pernah dikunjungi Rayn. Tempat di mana ada begitu banyak sekali kotak yang tersimpan rapi.

Di tempat itu, Yasmin mengambil kotak dengan tulisan bloodie wine lalu mencampur butiran berwarna merah kehitaman itu dengan segelas air. Dan terakhir Ia berikan minuman itu pada Sora.

“Awwhh...!” Sora perlahan membuka kedua matanya. “Bu Yasmin...” lirih Sora.

Setelah sekitar setengah jam lamanya Yasmin sabar menunggu, Yasmin justru terperanjat ketika Ia melihat Sora yang telah membuka kedua matanya.

‘Astaga!’ Seperti itu kira-kiranya terjemahan dari raut wajah tegang Yasmin saat itu.

Kedua mata Yasmin membulat. Jelas sekali Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Tapi, Yasmin tidak salah lihat. Bola mata Sora yang dulu berwarna coklat muda kini terlihat berubah. Warna keemasan terang mendominasi iris matanya.

“Ra...” Yasmin memanggil Sora dengan pelan.

Sora masih mengerjapkan kedua matanya guna menormalkan penglihatannya.

“Bu. Aku kok di sini? Seinget Aku, Aku di rumah, mau bikin kue...” Kata Sora sambil memegangi kepalanya yang masih terasa berat.

“Kamu tiba-tiba pingsan, terus mimisan. Untung Bi Lena cepet panggil ambulans, Ra,” Yasmin menjawab ucapan Sora namun Ia tak menatap wajah gadis yang masih terbaring di hadapannya itu.

“Terus, kata dokternya apa? Aku sakit apa?”

“Ishh… Kamu jangan banyak gerak dulu…” Yasmin memegangi kedua puncak bahu Sora dengan maksud menenangkannya.

Yasmin terus berusaha membuat Sora lebih tenang walaupun sebenarnya Ia juga perlu waktu untuk menenangkan diri.

*Flashback*

Kembali pada momen ketika Sora kehilangan kesadarannya. Beruntungnya saat itu ada Bi Lena yang segera menghubungi ambulans dan membawa Sora ke Rumah Sakit, seperti yang Yasmin katakana pada Sora.

Tiba di Rumah Sakit, petugas medis yang berada di sana bergerak cepat memeriksa keadaan Sora. Mimisan yang sempat membuat Bi Lena panik telah berhenti ketika di perjalanan.

Perawat dan dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa kondisi Sora sudah stabil, seharusnya Sora akan segera siuman. Namun hingga lebih dari satu jam lamanya Bi Lena menunggu, Sora masih belum saja sadarkan diri.

Saat itu untungnya Bi Lena sadar bahwa dokter yang memeriksa Sora bukanlah manusia biasa. Bi Lena berinisiatif bertanya pada dokter itu tentang kemungkinan adanya penyakit lain yang tidak bisa dijelaskan oleh logika manusia biasa.

Dan benar saja, dokter itu memang mengatakan bahwa kondisi Sora saat itu tidak bisa dijelaskan dengan ilmu medis yang dipelajarinya.

Karena itulah dokter itu mengatakan pada Bi Lena untuk mencoba memberi Sora ramuan bloodie wine yang berada di Gudang Quwintala.

Bi Lena lalu menghubungi Yasmin dan memberitahukan kondisi Sora. Tak lupa Bi Lena memberitahukan saran dokter itu tentang ramuan bloodie wine.

Tak menunggu lama, Yasmin segera pergi menuju Gudang Quwintala yang berada di Asteria.

Tak lupa, Yasmin juga memberi tahu Rayn tentang keadaan Sora karena ucapan dokter yang mengatakan supaya Sora diberi ramuan kaum elf.

Sesampainya di Rumah Sakit, Yasmin menyerahkan ramuan itu pada dokter. Namun dokter itu hanya menyuntikkan sedikit ramuan pada infus yang terpasang untuk Sora. Selebihnya, dokter itu menyarankan untuk meminumkannya langsung ketika Sora telah siuman.

Sora terbaring tak sadarkan diri selama dua hari lamanya.

Sampai sekarang diantara mereka semua belum ada yang mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi pada Sora.

#

Sementara itu, seseorang dengan rambut putih nan panjang terlihat berjalan dengan tegap di sebuah koridor yang cukup sepi. Ya, orang itu adalah Rayn. Ia kembali menunjukkan wujud aslinya.

Kemudian, Rayn terlihat berbelok memasuki ruangan yang tampak seperti laboratorium. Di sana juga terdapat banyak orang dengan penampilan yang tidak jauh berbeda dengan Rayn. Hanya saja, pakaian mereka terlihat jauh lebih sederhana dari yang Rayn kenakan dan rambut mereka pun berwarna hitam sempurna.

Selain terdapat banyak orang yang berkutat dengan peralatan modern, banyak juga orang yang yang terlihat sibuk meracik dan meramu berbagai jenis bahan herbal, entah apa dan untuk apa.

Saat itu, Rayn terlihat menghampiri seorang wanita yang waktu itu terlihat tengah menggiling jamur kering yang berwarna ungu kebiruan. Rasanya bubuk itu tidak terdengar asing.

“Datsa, bagaimana hasil pemeriksaan sampel darah yang Aku berikan?” Tanya Rayn.

“Oh, tunggu. Aku ambil catatanku dulu,” Datsa menghambur dari tempatnya.

Tak butuh waktu lama, wanita cantik itu kembali dengan selembar kertas di tangannya.

“Silakan…” Datsa mengulurkan kertas itu pada Rayn.

Kedua mata Rayn membulat beberapa saat setelah Ia membaca tulisan di kertas itu.

“Maksudmu apa dengan ‘energi racun nyxtar’?” tanya Rayn dengan penuh curiga.

“Sesuai yang tertulis di sana, sampel yang diberikan positif mengandung energi racun nyxtar. Mungkin dia tidak sengaja terpapar pohon nyxtar—“

“Tidak mungkin. Pohon nyxtar tumbuh jauh di pedalaman hutan kegelapan,” bantah Rayn. “Katakan, bagaimana mungkin seseorang bisa terkena racun nyxtar jika Ia tidak bersentuhan langsung dengan pohon itu?” Rayn menatap Datsa mencari-cari jawaban atas pertanyaannya.

Datsa terdiam setelah mendengar pertanyaan Rayn. “Sejujurnya Aku tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Aku akan coba tanya ke Ibu, tapi saat ini Ia sedang pergi…”

“Katakan. Ke mana Puan Dagna pergi?” Rayn tidak sabar.

“Ibu pergi ke Gunung Wildowl mencari jamur Pixie’s Salju, mungkin Ibuku kembali dua atau tiga hari lagi,” jawab Datsa.

Rayn berdecih. Jika bukan ke Gunung Wildowl, mungkin Ia akan buru-buru pergi menyusul. Gunung yang selalu ditutupi salju itu luasnya tidak selebar daun kelor, yang artinya akan membutuhkan waktu sangat lama untuk Rayn mencari keberadaan Dagna. Selain itu, perjalanan menuju Gunung Wildowl-pun memakan waktu yang lama.

“Baiklah. Aku minta tolong untuk menanyakan hal ini pada Puan Dagna. Dan nanti tolong segera beri tahu Aku hasilnya,” ucap Rayn lesu. “Aku pamit.”

“Tentu. Dan, hati-hati.” Pungkas Datsa.

1
Anononin
Mulutnya diam, tapi hatinya mikir keras, wkwkwkwkkk /Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!