Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Latihan berat (bagian 2)
(Menyelesaikan tentang masa masa latihan berat Avril empat tahun lalu)
Entah sudah keberapa harinya, Avril melakukan latihan berat, batin dan fisiknya tersiksa habis habisan.
"Keluarkan tenagamu bodoh!" makian Li.
"Bukan seperti itu Avril!!" tegasnya.
"Ya terus hajar!"
"Bagus!" sesekali memuji sesekali memaki. Begitu setiap hari, tak lepas dari pantauan Li.
Jika awal-awal latihan Avril akan menangis saat dirinya tidak kuat, namun semakin ke sini Avril menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh. Segala yang terasa berat tidak lagi membuatnya menangis, ia mulai gigih dan ingin menaklukan semua tantangan yang diberikan Li.
Avril saat itu masih belum faham apa sebenarnya tujuan Li membuatnya seperti ini, saat Avril bertanya Li hanya mengatakan sedang menghukumnya. Baiklah, avril tidak bisa membangkang.
Siang hari latihan fisik dan mental, sore sampai malam hari latihan otak. Avril diajarkan oleh Fani sang asisten pribadi Li di kantor. Setiap sore Fani mengunjungi Avril tepat waktu, ia mengajarkan Avril tentang belajar ilmu pengetahuan dunia, budaya, teori teori tentang bisnis, pendidikan dasar ilmu ekonomi, ilmu komunikasi dan informasi.
(😄) Author lagi sotoy.
"Nona, ayo semangat!" Fani melihat wajah lelah Avril saat belajar. Avril nampak tidak fokus.
"Boleh istirahat sebentar nggak, mbak Fani?"
"Sayangnya tidak bisa nona, kita diawasi 24jam oleh tuan Li" Fani menunjuk kamera cctv yang terpasang di kamar Avril.
"Huh.. bahkan aku tidak punya privasi " eluhnya.
"Nona mungkin mau cemilan dulu?" Fani nampak ramah setiap mengajar Avril dan selalu bersikap lembut.
"Boleh"
Akhirnya pak Alex memberikan minuman segar dan sepiring cemilan untuk Avril.
"Segera habiskan, ingat waktumu untuk makan hanya 20 menit!"
"Sudah tau!" Tegasnya.
Avril makin disiplin setiap harinya.
"Sambil nona makan, saya akan menceritakan tentang sejarah berdirinya perusahaan Ghana dan bagaimana tanggung jawab nona pada perusahaan nanti, sebagai ahli waris satu-satunya"
"Kenapa harus saya? Kan ada paman Li yang mengurus!"
"Tidak nona, anda lah yang akan bertanggung jawab sepenuhnya nanti"
"Hmm" Avril nampak tidak tertarik, namun ia mendengarkan dengan sangat baik penjelasan Fani.
Akhirnya Avril tau kerja keras ayahnya selama ini. Semangatnya membara saat Fani menjelaskan tentang perusahaan.
*****
Siang itu Avril tengah belajar fisik, ia sedang latihan bela diri bagaimana cara menumbangkan lawan.
Sudah kesekian kalinya Avril berhasil menumbangkan lawan, tapi Li terus memintanya melakukan lagi dan lagi sampai tenaganya terkuras habis.
"Oke stop!" Setelah Li puas dengan kemampuan Avril. Avril sangat kesal sekali dan memandang sinis pada Li.
Pak Alex sudah menyiapkan beberapa gelas air segar untuk para pengawal, Avril mengambil gelas terakhir dan saat ia hendak meminumnya, gelas itu direbut oleh pelatih dan meneguknya sampai habis. Itu atas perintah Li.
Avril sangat marah ingin sekali dia menghabisi sang pelatih itu. Tenggorokan Avril terasa kering sehabis latihan, tapi saat mau minum airnya direbut oleh orang lain.
"Beraninya kau!" Teriak Avril. Ia melayangkan pukulan dengan berapi-api pada pelatih yang langsung ditangkis oleh pelatih itu. Sesaat pelatih mampu mengimbangi serangan Avril.
Hingga akhirnya pukulan bertubi-tubi tanpa ampun mampu membuat pelatih kewalahan sampai terjatuh kalah.
"Aaaaa" Avril sangat marah.
Sementara itu Li tersenyum puas melihat Avril.
Akhirnya kau keluarkan kekuatanmu nona, bagus! Seperti itu nona! Pukul dia, pukul orang yang berani mengambil hak mu. Jangan ampuni! Batin Li.
"Hentikan Avril!" Tegas Li.
Terlihat sang pelatih terkulai lemas, namun ia puas telah dikalahkan oleh Avril. Akhirnya kerja kerasnya berbuah hasil. Nona kini menjadi lebih kuat.
Avril masih berapi-api, matanya merah, napasnya tak beraturan.
Pak Alex memberikan segelas air segar untuk Avril yang langsung diterimanya dan diminum sampai habis.
Setelah itu, Li menghampiri Avril dan memujinya.
"Sangat bagus nona! Seperti itulah seharusnya. Jangan ampuni mereka yang mengambil hakmu!" Tersenyum penuh makna pada Avril.
"Iya paman" dengan nafas ngos-ngosan.
Setelah itu Li pergi meninggalkannya, sepertinya ada urusan penting.
Avril mengatur nafasnya, ia antara senang dan sedikit khawatir atas pujian Li, karena kadang Li memuji kadang memakinya habis-habisan.
Avril melihat pelatihnya tersenyum padanya.
"Dasar!" Gerutu Avril langsung melengos ke dalam rumah.
****
Semakin kesini akhirnya tuan Li mengutus sendiri seseorang yang lebih profesional untuk mengajar Avril, yaitu profesor Akashi dari luar negeri. Profesor Akashi sendiri merupakan salah seorang kolega bisnis ayah Avril. Ia sangat baik, cerdas dan terkenal di seluruh dunia dengan kejeniusannya.
Profesor sangat telaten dengan memberikan teorinya tentang bisnis dan mudah difahami oleh Avril. Avril sendiri sangat menyukai profesor Akashi karena sangat sabar mendidiknya.
Namun ada kalanya Avril saat sangat lelah untuk belajar, ia melempar barang serta bukunya di depan Fani dan profesor.
"Aku capekkk!!! Kenapa kalian tidak membiarkanku istirahat sebentar!!?" Teriak Avril.
"Nona, profesor tidak punya banyak waktu disini, jadi manfaatkan waktu dengan baik selagi ada profesor!"
"Aku tidak peduli! Aku mau tidur!" Sifat keangkuhannya mulai tumbuh.
"Nona, anda bisa mendapat hukuman jika tidak menurut!"
"Aku tidak peduli!" Avril meringkuk di atas kasur dan langsung tertidur pulas.
"Nona, Tantangan lebih besar ada di depanmu, maka persiapkan mental dan fisikmu dari sekarang. Untuk itulah tuan Li melatihmu mati-matian"
Avril tidak merespon.
Profesor Akashi dan Fani hanya menghela nafas. Kemudian mereka meninggalkan Avril di kamarnya.
Alhasil Li memberi hukuman yang cukup berat setelah mengetahui Avril membangkang, semalaman ia tidak dibiarkan tidur dan hanya boleh membaca sampai pagi. Kemudian pagi harinya di tes oleh Li apa saja yang telah dibaca Avril.
****
Siang itu Avril tengah memandangi foto kakaknya, selembar foto yang diberikan Li beberapa hari lalu saat Avril memohon untuk meminta foto kak Edward, karena ia sangat merindukannya.
"Wah wah.. sedang santai kau rupanya!" Li datang ke tempat berlatih Avril di satu ruangan khusus. Terlihat wajah menyebalkan Li ia hendak melakukan sesuatu.
"Paman" Avril terkejut karena ia ketahuan sedang bersantai padahal sedang waktunya berlatih.
Li mengambil paksa foto Edward kemudian melihat sekilas foto itu, mengepalnya dalam genggaman dan tersenyum sinis pada Avril.
"Berikan paman! Itu foto satu satunya jangan dirusak" Avril memohon.
Dengan tidak berperasaanya Li menyobek sedikit foto itu.
"Paman!!" Teriak Avril.
"Berikan padaku!" Tegasnya. Mengulurkan tangan.
"Wah wah sudah berani meninggikan suara padaku ya!" Li mengintimidasi.
"Aku benci sekali padamu!!!" Avril menyerang Li dengan pukulan penuh. Sementara Li terus menangkis dan tidak melawan.
Pukulan yang tidak mendasar, Avril tidak fokus dan menjadikan celah untuk Li memukul balik.
Buk.. pukulan dari Li yang membuat Avril jatuh. Li tersenyum sinis.
"Cuma segitu kemampuan mu?"
Avril semakin berapi. Ia bangkit dan kembali menghajar Li dengan brutal.
"Fokus bodoh! Serang dengan benar!" teriak Li.
Avril mengatur nafasnya dan mulai berancang-ancang. Ia mulai fokus dengan serangan seperti apa yang harus ia lakukan.
Pertarungan seimbang, sampai akhirnya keduanya kelelahan karena saling mendominasi pukulan.
"Berikan padaku foto itu paman!" Raut wajah dingin dengan tatapan tajam meski nafasnya hampir habis. Avril tidak gentar.
"Cih.. kau sendiri tidak bisa mengambil dariku! Jangan harap aku memberinya dengan suka rela"
"Apa!?" Tak habis pikir.
Sebenarnya apa maunya lelaki tua ini! Batin Avril.
"Ayo ambil kalau kau mau!" Sungguh sangat menjengkelkan wajah itu.
"Baiklah" Avril tersenyum licik. Ia menggunakan serangan pamungkasnya untuk mengalahkan Li.
Masih bisa mendominasi, Li tidak akan menyerah begitu saja.
Ayo nona, kau pasti bisa. Batin Li saat bertarung.
Ini gila!. Susah sekali menumbangkan Li!. Batin Avril.
Pukulan dan tendangan, bahkan Avril bisa mengangkat tubuh Li dan membantingnya ke lantai. Tapi emang dasar Li yang dirancang kuat, ia masih bisa bangkit dan kembali bertarung.
Sampai Avril menemukan titik lengah Li dan menghajarnya dengan tinju tangan ke perutnya.
Yess.. Li tumbang dan meringkuk di lantai. Avril tersenyum bahagia dan mengambil foto kakaknya dari saku Li.
Li merebahkan tubuhnya di lantai dan tersenyum. Sakit emang, tapi dia bangga pada Avril.
Nex..
Terimakasih untuk para pembaca, semoga kalian tidak kecewa dengan alur ceritanya. Dukungan kalian menjadi semangat untuk ku😊
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...