Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
“Bu Alina anda tidak apa-apa?” Sosok pria bertubuh tinggi, besar itu menanyakan keadaan Alina yang tampak panik.
“Astaghfirullah Pak Edi bikin kaget saja dari mna saja Pak dari tadi saya panggil kok, gak nyaut,” cerocos Alina.
“Saya tadi mengejar pelaku yang memecahkan kaca rumah Bu, tapi sayang ndak terkejar,” jawab Pak Edi dengan napas tersengal.
“Apa Bapak liat pelakunya bentuk badan atau mungkin ciri khusus?”
“Tidak Bu, yang jelas mereka dua orang pria Bu, motornya gak ada platnya sepertinya peneror yang sama jika kita berhasil menangkapnya pasti kita akan tahu pelaku yang menyuruh mereka. Apa gak sebaiknya kita lapor polisi Bu?”
“Tidak jangan sekarang saya sedang mengumpulkan bukti terlebih dahulu. Terima kasih Pak Edi.Kaca ini biarkan saja nanti ada tukang yang akan membereskan.”
“Baik Bu.”
Alina kemudian mengecek CCTV yang berada di depan rumahnya. Persis yang dikatakan Pak Edi pelakunya 2 orang dan plat nomor motornya tidak ada. “Apa mau mereka sebenarnya,” gumam Alina.
Esok paginya sebelum ke rumah sakit sesuai janjinya kepada Raffa, Alina sempatkan dulu ke Kantor ia akan memonitor beberapa pesanan ia turun langsung untuk melihat kualitas makanan. Setelah semuanya berjalan lancar ia kemudian pergi kantor untuk beristirahat sejenak.
Tampak kantor masih sepi belum ada siapapun yang hadir karena memang belum jam masuk kantor. Alina merebahkan tubuhnya di kursi ruangannya. Ketika menutup matanya terdengar sayup-sayup pembicaraan di Koridor yang mengarah ke ruangannya, matanya terbuka dan kupingnya ia buka lebar-lebar untuk mendengar pembicaraan seseorang itu.
“Ia maaf, Mbak maaf kemarin sebenarnya sudah berhasil mobil itu menabrak tepat sasaran tapi dia memang dasarnya beruntung tiba-tiba PT Sentosa membatalkan acaranya karena dirutnya pingsan alhasil nama baiknya tidak tercoreng,” ucap wanita itu dengan nada pelan
Sedangkan Alina sedang mendengarkan di balik pintu ruangan.
“Ya, sudah nanti aku kabari lagi jika ada pergerakan oke,” Wanita itu buru-buru menutup ponselnya sambil celingukan memastikan tidak ada yang mendengarnya.
Alina sangat shock mendengar pembicaraan itu seperti dugaan Bu Yogi ternyata benar di kantorku ada pengkhianat apa yang sebenarnya ia cari padahal aku sudah memperlakukan dia dengan baik. “Kurang ajar kamu Salma aku tidak menyangka ternyata kamu lah pengkhianatan itu!” gumam Alina kesal.
Ia berpikir sejenak tentang apa yang harus diperbuat akan dicurigai kalau dia keluar sekarang. Akhirnya Alina memutuskan untuk mengirim chat singkat kepada Salma untuk datang ke rumah katering mengambil sesuatu.
Kemudian Alina keluar dan berpura-pura baru datang ke kantor.
"Selamat pagi Bu, ini barang yang tadi ibu suruh ambil,” ucap Salma yang tidak sengaja bertemu di depan kantor.
“Baik, Terima kasih kamu boleh kembali ke ruangan itu nanti kalau saya ada perlu saya panggil.”
“Baik, Bu.”
“Dasar penghianat kamu Salma saya benar-benar kecewa,” ucap Alina dalam hatinya.
“Aku benar-benar tidak habis pikir kenapa Salma. Orang yang paling aku percayai di kantor ini ternyata mengkhianatnya dan dialah orang yang ingin melihat aku jatuh astaga!” Gerutu Alina. “Apa mungkin juga ada hubungannya dengan aksi teror yang ia terima apa ini ulah Salma juga beserta komplotannya. Bisa jadi juga,” pikir Alina kini ai tinggal mencari tahu siapa dalang utama dibaliknya.
“Salma saya mau pergi dulu mungkin tidak kembali ke kantor,” Alina hendak pergi dari kantor sejebak untuk menenangkan diri.
“Baik, Bu, tapi ibu ada urusan apa, apa perlu saya ikut?”
“Tidak usah saya ada urusan pribadi,” tegas Alina lalu pergi.
“Dasar kamu ular Salma!” pekik Alina di dalam mobilnya.
Ia kemudian bergegas untuk menepati janjinya menjenguk ayah Raffa yang sedang terbaring sakit.
“Halo Fa, aku sudah di lobby rumah sakit sekarang, kamu dimana?”
“Oke, tunggu aku disana aku akan menjemputmu,” jawab Raffa.
“Baik, aku tunggu.”
Setelah beberapa saat sesosok pria dengan jas putih berlari ke arah Alina. “ Alina!” teriaknya sambil melambaikan tangan.
“Fa,” jawab Alina tersenyum gimana keadaan ayahmu sekarang?”
“Alhamdulillah, sudah baikan beliau sudah sadar.”
“Alhamdulillah, kalau begitu aku turut senang.”
“Terima kasih Al, sudah repot-repot kesini.”
“Nggak repot kok, Fa,” keduanya berjalan menuju kamar rawat inap. Alina dibuat tercengang ketika melihat suasana rumah sakit yang sedikit berbeda ia sepertinya tidak pernah melihat lorong rumah sakit sesepi ini. Di depan matanya terlihat tulisan VVIP.
“Astaga apa ayahnya di rawat di ruang VVIP,” pikir Alina. Suasana semakin aneh ketika ia melihat dia orang berdiri menjaga sebuah ruangan.
“Jangan -jangan..,”
“Silahkan, masuk Alina.”
“Benar saja, apa yang di pikiran Alina. Jadi ayah Raffa di rawat di ruangan VVIP dengan penjagaan ketat “Siapa sebenarnya ayah Raffa apa aku salah bergaul,” pikir Alina
“Hallo Pah, gimana keadaan sekarang?” tanya Raffa kepada sang ayah yang sedang terbaring.
“Sudah, oke,” jawabnya sambil tersenyum.
“Ini Pah, temen aku jenguk namanya Alina,” ujar Raffa memperkenalkan.
“Halo Om, gimana keadaannya?” ucap Alina ragu ditambah malu sepertinya.
“Sudah oke, thank you yah udah jenguk,”
“Iya om sama-sama semoga cepat sembuh, Kalau begitu saya pamit dulu Om masih ada kerjaan,” ucap Alina.
“Loh kok, buru-buru sekali."
“Iya Om masih ada urusan saya pamit dulu yah Om,” ucap Alina.
“Ya sudah kamu hati-hati yah. Terima kasih sudah datang menjenguk saya."
“Baik, Om Sama-sama.”
Alina menatap pria yang kini berjalan di sampingnya. “Raffa siapa sebenarnya kamu?” tanya Alina penasaran.
“Maksudnya?”
“Kamu tahu tidak semua orang bisa dirawat di ruangan VVIP apa kamu anak konglomerat?”
Raffa tertawa geli. “Memangnya kenapa kalau aku anak konglomerat?”
“Tak apa cuma sepertinya aku agak canggung maksudku.., “
“Tak apa, Ayah ku baik kok," ia tersenyum tipis melihat kebingungan Alina.