NovelToon NovelToon
ARAKA

ARAKA

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis / Teen School/College
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Mae_jer

Hubungan Ara dan Ravel sih aktor terkenal yang juga adalah kakak kandungnya berubah semenjak mama mereka meninggal. Kakaknya menjadi sangat dingin padanya.

Meskipun begitu, Ara tumbuh menjadi gadis yang ceria. Ia juga banyak teman di sekolah dan suka berbuat onar.

Suatu hari, ketika ia sedang menjalani hukuman, sekolah mereka tiba-tiba diserang preman. Hari sudah gelap dan semua orang sudah sudah pulang, hanya ada Ara dan cowok yang berpapasan dengannya tadi,

Karrel, cowok populer di sekolah itu yang terkenal dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

"Kamu yakin mau di tolong?" tanya Karrel bermaksud menggoda Ara

"Mm." gadis itu mengangguk dengan tatapan memelas dan mata berkaca-kaca. Ekspresinya kasihan sekali hingga Karrel yang bermaksud ingin mengerjainya memilih menghentikan permainannya. Gadis itu pasti merasa kesakitan karena terjepit cukup lama dengan posisi seperti itu. Kenapa ia baru sadar. Pria itu jadi merasa bersalah karena membiarkan Ara terlalu lama dengan posisi seperti itu.

"Ada yang sakit?" tanyanya lembut, memeriksa kalau gadis itu terluka atau tidak.

"Mm."

Karrel mendekatkan tubuhnya ke dinding lalu meraih Ara dan menyandarkan kepala gadis itu ke pundaknya. Mungkin cara itu akan membuat Ara sedikit merasa nyaman.

"Tahan sebentar, aku akan memikirkan cara." gumamnya pelan terus menatap Ara.

"Mm."

"Jangan nakutin aku." ucap Karrel lagi karena merasakan kondisi gadis itu mulai melemah dan suaranya terdengar seperti tidak ada tenaga lagi.

"Hm?"

"Bicaralah lebih dari satu kata." katanya lagi.

"Aku tidak punya tenaga lagi. Perutku masih kosong." gumam Ara lemah.

Dahi Karrel berkerut

"Kamu lapar ?"

"Mm."

"Tapi masih punya tenaga kan?"

Ara menatap Karrel tidak mengerti. pria itu mulai khawatir.

"Dengar, Aku bakal narik tubuh kamu perlahan-lahan supaya kamu nggak terluka. Hanya ini cara satu-satunya."

Ara mengangguk setuju. Karrel mundur selangkah dan bersiap meraih pinggang Ara lalu menarik tubuhnya keluar perlahan-lahan, sangat perlahan. Ia amat berhati-hati supaya tidak menyakiti tubuh Ara. Tak sampai lima menit ia berhasil mengeluarkan Ara. Mereka berdua terduduk lemas di tanah yang berumput.

"Hufft, akhirnya." seru Ara senang sambil mengelap keringatnya lalu merenggangkan tangan lebar-lebar. Ia terlihat kuat dan tidak kelihatan sakit sama sekali seperti yang di perlihatkannya tadi ke Karrel. Melihat gadis itu, Karrel langsung sadar bahwa ia sudah dibodohi.

"Kamu nipu aku?" pria itu berseru geram. Ara melemparkan senyum termanisnya ke pria itu sambil menghitung dalam hati.

1..

2..

3..

Di hitungan ketiga gadis itu langsung berlari terbirit-birit.

"Kabuuuurrrrrr."

Karrel melongo tidak percaya lalu tersenyum tipis. Sifat gadis itu berbanding terbalik dengan kakaknya Ravel . Ravel adalah sosok yang dingin seperti dirinya. Bahkan menurutnya pria itu jauh lebih tidak tersentuh dari dirinya.

Ia tidak pernah tahu kalau Ravel punya seorang adik perempuan. Ia tak pernah cerita. Tapi Karrel ingat pernah lihat foto kecil Ravel bersama seorang gadis kecil, mungkin gadis kecil yang dilihatnya itu adalah Ara yang sekarang.

                                   ***

"Kakak akan mengantarku besok kan?" tanya Ara pada Ravel ketika mereka sedang makan malam

"Jangan bodoh. Semua orang akan mengenalku." balas Ravel dingin.

"Kan kakak bisa bawa mobil gelap yang nggak bisa di lihat orang dari luar. Ya?" Ara mulai memelas.

"Jangan memaksaku Ara." balas Ravel lagi datar.

"Ayolah, sekali saja kak, mm?"

"Aku bilang nggak ya nggak." sentak Ravel dengan nada mulai terdengar kasar.

"Aku mohon." Ara masih memaksa membuat Ravel geram dan melempar piringnya ke lantai. Para pelayan ikut terkesiap. Mereka merasa kasihan melihat Ara yang hanya menunduk-nunduk takut, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa, mereka kan hanya pelayan. Walau Ara juga majikan mereka, tapi Ravel adalah kakaknya, bos yang mengendalikan mereka di rumah ini setelah sang majikan utama, papa mereka.

"Sekali lagi kamu maksa aku, aku akan menguncimu di gudang." kata pria itu dingin lalu meninggalkan meja makan.

Ara terdiam. Kakaknya tidak pernah main-main dengan ucapannya jadi ia memutuskan untuk menyerah saja. Gadis itu ikut pergi dari meja makan dan mengunci diri di kamarnya. Ia merasa sedih tapi tidak sedih-sedih amat. Apa gunanya coba sedih berlarut-larut. Bikin sakit saja. Bagaimana kalau dia mati muda? Kasian banget dong. Kan dia belum menikah, punya anak, punya cucu, punya kerja, punya segalanya. Ara terkikik. Rasa sedihnya jadi hilang karena pikiran yang aneh, menurutnya.

"Non Ara." seorang pelayan mengetuk pintu kamar Ara

"Kenapa bi?"

"Kopernya sudah siap non."

"Pakaian yang aku tunjuk semuanya bibi masukin ke koper kan?"

"Ia non."

"Ya udah kopernya taroh di depan pintu aja nanti aku yang bawa masuk, bibi pergi aja."

"Baik non."

                                  ***

Sekitar jam  delapan pagi semua murid sudah berkumpul di sekolah dengan bus sekolah yang siap mengangkut mereka. Kelihatannya hanya Ara yang tidak bersemangat untuk ikut. Ekspresi cemberutnya terlihat sangat jelas waktu ia sampai di sekolah. Gimana tidak, nggak ada satupun teman sekelasnya yang ikut. Ia juga tidak dekat dengan murid dari kelas lain. Kepala sekolah benar-benar berhasil menyeretnya ke neraka kali ini. Dasar kepala sekolah nyebelin, umpatnya dalam hati.

"Hai Ara."

Ara mendongak ke Devin kakak kelasnya yang tiba-tiba sudah berada di depannya dengan senyum manisnya. Entah darimana datangnya pria itu.

"Kamu baru sampai?" tanya pria itu.

"Mm." sahut Ara lemah.

"Ke sana aja yuk." gadis itu mengikuti arah mata Devin yang menunjuk ke tempat dimana Karrel dan Bintang berdiri. Pandangannya berpindah ke seorang gadis yang tak jauh dari mereka. Oh tidak, ada sih nenek sihir itu juga. Ara ingin menolak tapi tangannya sudah di tarik duluan sama Devin.

"Eh koperku." seru gadis itu berbalik mengambil kopernya yang ketinggalan tapi tangan Devin  lebih cepat meraih koper itu dan membantu membawanya. Ara melihat banyak siswi yang meliriknya tajam menandakan mereka tidak rela kopernya dibawa seorang Devin.

"Makasih ya." ucap Ara ke pria itu. Mereka sudah sampai di tempat Karrel dan Bintang. Devin tersenyum mengangguk.

"Kamu naik taksi?"

Devin dan Bintang juga Wulan melirik Karrel, seolah tidak percaya bahwa pria itu yang bertanya pada Ara. Selama ini semua penghuni sekolah itu pun tahu pria seperti Karrel tidak pernah mau bicara duluan pada perempuan. Wulan yang cemburu langsung mendelik tajam ke Ara merasa kesal.

Ara menatap Karrel horor. Ternyata pria itu memperhatikannya turun dari mobil tadi. Ia mencebik lalu melemparkan tatapan menantang ke pria itu. Apa Karrel sengaja meledeknya karena kakaknya tidak mengantarnya? sialan.

"Iya." jawab Ara ketus sambil bersedekap dada. Devin dan Bintang saling menatap lagi. Sepertinya ada sesuatu yang mereka lewati.

"Kenapa nada bicaramu ketus begitu? Karrel kan bertanya baik-baik." tegur Wulan. Ara memutar bola matanya malas. Karrel juga sama malasnya melihat tingkah Wulan yang terus mencari perhatiannya sejak tadi.  kejadian di kantin kemarin membuatnya tidak ingin dekat dengan gadis itu.

"Ara, apa yang terjadi sama kalian kemarin?" tanya Devin penasaran. Ara mengetuk-ngetuk dagu, berpikir sebentar lalu tersenyum devil pada Karrel.

"Dia sengaja ngunciin aku di toilet kemarin dan kabur begitu saja." jawabnya bohong. Karrel melotot menatapnya.

"Kau," balas pria itu sengaja menunjukkan wajah geramnya. Ara berkacak pinggang didepan pria itu lalu menjulurkan lidahnya meledek Karrel. Pria itu mendengus pelan. Nih bocah suka sekali main-main ternyata.

"Kau sungguh-sungguh menguncinya?" tanya Bintang. Sebenarnya ia tidak percaya Karrel akan melakukan hal seperti itu, tapi ia tetap penasaran.

"Kalian percaya sama bocah ini?" Karrel balas bertanya tapi matanya tidak lepas dari Ara.

"Mengaku saja nggak usah malu, aku tahu pria tampan sepertimu juga punya banyak kekurangan." ledek Ara lagi memeletkan lidahnya berkali-kali ke Karrel. Tanpa sadar Karrel malah mengejar gadis itu dan membuat Ara refleks berlari berputar-putar mengelilingi Devin dan Bintang.

"Sini kamu!" seru Karrel geram ingin menangkap gadis itu. Awas saja kalau ke tangkap

"Wleee."

1
Dinara Syafira Ahmad
Kecewa
Dinara Syafira Ahmad
Buruk
Humay Uum
lanjuuuuttt
Hera
👍🏻
Erni Fitriana
mlipir
Elfam KumalaSari
kerenn , benar2 tdk terlintas dipkiranku ceritanya akan seperti ini thor
mantapp sekali
karyaku: hi kk mampir yuk "transmigrasi menjadi istri mafia" jangan lupa y
total 1 replies
Anne139
laaanjuuutt thor...
Ratna Rachman
sangat luar biasa.is the best
rin Wulandari
kak izin ya, aku mau dibuat drama sakura🙏
Nurtisya Natra
Luar biasa
Anonymous
aaA
Alvaro
Kecewa
Bebby_Q'noy
🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤣🤣🤣
Bebby_Q'noy
😂😂😂😂😂😂
Bebby_Q'noy
sudah kuduga
Bebby_Q'noy
🥺😭😭😭
Bebby_Q'noy
🥺😭😭
Bebby_Q'noy
😭😭
Bebby_Q'noy
😭
Bebby_Q'noy
😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!