Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17 Twins A
Daffa sudah sampai dirumah, dia berjalan cepat menuju kamarnya. Sementara di ruang tamu, Zuma heran melihat wajah sang putra yang terlihat marah. Wanita paruh baya itu pun mendekati Kezia, dia menyenggol lengan Zia dan bertanya.
"Ada apa? Kenapa Daffa terlihat marah sekali?"
"Ceritanya panjang, Tante. Tunggu disini, aku akan menjelaskannya nanti." sahut Kezia menyusul Daffa, dia merasa penasaran apa yang akan dilakukan Daffa pada Anindira.
Saat itu Anindira sedang duduk membaca majalah, dia menyunggingkan seulas senyum, mendapati sang suami sudah kembali.
"Daf, kau—"
Plak!
Daffa menampar pipi Anindira hingga darah segar mengalir dari sudut bibir wanita itu.
"Kau kenapa, Daf?" tanya Anindira menatap Daffa dengan nanar.
Napas Daffa terlihat naik turun, kemarahan masih menguasai otaknya. Dia menarik tangan Anindira dengan sangat kasar.
"Argh! Lepaskan aku, Daf! Ini sakit, kau menyakitiku." teriak Anindira berusaha melepaskan diri, air mata terus menetes deras di pipinya.
Mereka telah sampai di gudang, Daffa menghempaskan tubuh Anindira hingga membentur besi. Dia menatap Anindira dengan mata menyala.
"Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku, Daffa? Hiks.''
"Hentikan tangisanmu itu! Aku muak mendengarnya. Jangan pura-pura bodoh, Anindira. Kau mengikuti ku sampai ke tempat salon, dan kau membuat keributan disana! Kau sudah berani mempermalukan aku, Anin." ucap Daffa penuh emosi.
Anindira menggeleng. "Apa yang kau katakan? Sedari tadi aku berada di rumah, tidak keluar walaupun sebentar. Aku mengikuti perintahmu, Daffa! Aku menuruti kata-katamu." teriaknya frustasi.
"Halah, bohong!" Daffa melirik Kezia. "Dia, Kezia saksinya." ujarnya menunjuk wanita itu.
"Apa yang Daffa katakan itu semuanya benar. Kau bahkan berani membuatku jadi bahan tertawaan di salon, dan sekarang, kau berpura-pura tidak mengerti apa pun. Ku kira kau ini polos, tapi ternyata pemikiranku itu salah. Kau sangatlah licik, Anindira!"
"Tidak! Kebohongan macam apa ini, Daffa? Jika kau tidak menginginkanku lagi, maka kau bisa pulangkan aku kerumah orangtuaku, dan kita bercerai."
Plak
Lagi-lagi Daffa memberikan tamparan di pipi Anindira hingga meninggalkan bekas merah disana. Dira memegangi pipinya yang sangat sakit, dia terisak dengan mulut terbungkam.
"Diam! Jangan bicara lagi atau aku bisa hilang akal, dan akan menghabisimu sekarang juga!" teriak Daffa kalut.
Anindira tidak berani membuka suara, dia hanya mampu menangis, merenungi nasib buruknya.
"Ayo, Kezia! Kita keluar." ajak Daffa yang berjalan terlebih dahulu dan di susul oleh Kezia.
"Daf! Daffa buka pintunya, keluarkan aku!" teriak Anindira menggedor pintu yang ternyata di kunci dari luar.
"Malam ini kau akan tidur di gudang dan tidak dapat jatah makan." teriak Daffa dari luar sana.
Tubuh Anindira luruh ke lantai, air mata tak kunjung berhenti mengalir. Dirinya memegangi dada yang terasa sesak.
"Kenapa aku diperlakukan seperti binatang? Salah sedikit saja, dia langsung memukulku. Kalau begini terus, lebih baik aku mati."
****
Ayuna memutuskan untuk bersalon di tempat lain. Dia terus saja menggerutu, saat ponselnya berdering pun dia hiraukan.
"Aku sedang marah dan entah siapa yang sudah berani menggangguku!" ucapnya bertambah kesal. Ketika Ayuna ingin melihat riwayat panggilan, tiba-tiba ponselnya jatuh.
"Astaga," Gerutunya, tangan Ayuna meraba karpet mobil, mencari ponselnya yang tadi terjatuh. Hilang kesabaran, Yuna pun melirik ke bawah hingga tidak fokus ke jalanan dan...
BERSAMBUNG
VISUAL ANINDIRA DAN ANINDITA
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya