Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.
Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
New Team
“Yunan!”
“Kapten.”
Yunan memberikan hormatnya pada pimpinan timnya. Zyan langsung menghambur pada Yunan lalu memeluknya. Bertemu dengan Yunan adalah kejutan menyenangkan untuknya. Akhirnya ada juga salah satu anak buahnya yang berhasil selamat.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Baik, Kapten.”
“Aku dengar kamu terbakar di dalam lumbung. Bagaimana kamu bisa selamat.”
Terdengar tawa kecil Yunan. Pria itu mungkin harus berterima kasih pada Maing, orang gila yang sering berkeliaran di daerah rumah tinggal orang tuanya. Secara tidak langsung pria itu sudah menyelamatkan hidupnya dan karena dia juga, orang yang memburunya menyangkanya sudah tewas terbakar di dalam lumbung.
Malam itu, Yunan pergi ke lumbung untuk mengecek kembali hasil panen. Ketika sedang melakukan pekerjaannya, Yunan mendengar suara-suara di dalam lumbung. Dia segera mengecek dan mendapati Maing sedang bersembunyi di dalam lumbung. Pria itu ternyata sering menyelinap ke dalam lumbung untuk tidur di dalamnya. Pria itu nampak sedang berusaha membuka sesuatu.
Pandangan Yunan langsung tertuju pada lantai lumbung. Di sana seperti terdapat pintu kecil. Maing terjengkang ketika berhasil membuka pintu. Yunan yang tidak tahu kalau ada ruangan di bawah lumbung kedua orang tuanya segera mengecek masuk ke dalamnya. Begitu Yunan masuk, tiba-tiba saja Maing menutup pintu lalu menutupnya dengan tumpukan jerami.
“Maing! Buka pintunya, Maing!!”
Yunan menggedor pintu kayu tersebut, namun Maing mengabaikannya. Pria itu malah tertawa senang karena berhasil mengerjai Yunan. Sementara itu di bagian luar lumbung, nampak dua orang menyelinap dan menyiram sekeliling bangunan dengan bensin. Salah satunya menyalakan korek api gas, seketika api langsung menyala dan melalap bangunan tersebut.
Asap mulai memasuki lumbung. Maing mulai panik, pria itu berlari ke pintu, hendak keluar dari lumbung namun pintu tidak dapat dibuka. Api semakin berkobar besar. Maing yang panik berlari ke sana kemari untuk menyelamatkan diri. Naas, bagian atap runtuh dan sebilah kayu yang terbakar menimpa tubuhnya. Pria itu menjerit ketika api mulai membakar tubuhnya.
Yunan yang menyadari kalau lumbung orang tuanya mulai terbakar, berusaha keluar dari ruangan tersebut. Namun pintu untuk keluar dari ruang bawah tertimpa kayu dan tidak bisa dibuka. Kepanikan mulai melanda, warga sekitar segera memanggil pemadam kebakaran. Sambil menunggu petugas datang, mereka berusaha memadamkan api dengan air. Yunan terus berusaha keluar, namun usahanya sia-sia.
Dua jam kemudian api sudah bisa dipadamkan. Lumbung hanya tersisa kayu-kayu yang terbakar. Yunan kembali berusaha membuka pintu dan kali ini usahanya berhasil. Baru saja dia berhasil membuka pintu, dari sela-sela nya dia melihat dua orang pria yang tidak dikenalnya memeriksa keadaan lumbung. Mereka menemukan mayat Maing yang sudah hangus terbakar.
“Bagaimana?” tanya salah satunya.
“Mayatnya sudah tidak bisa dikenali lagi. Tapi aku yakin ini dia. Tidak ada yang masuk ke lumbung setelah dia masuk.”
“Oke, berarti tugas kita sudah selesai.”
Keduanya segera meninggalkan lokasi. Kini Yunan bisa melihat kedua orang tuanya memasuki lumbung. Terdengar suara teriakan histeris Ibunya menangisi mayat Maing yang disangka dirinya. Ingin rasanya Yunan keluar dan menemui kedua orang tuanya. Namun Yunan sadar kalau dia melakukan itu, bukan hanya dirinya tapi kedua orang tuanya juga berada dalam bahaya. Yunan hanya bisa terpaku di tempatnya menyaksikan kesedihan kedua orang tuanya.
Setelah keadaan aman, Yunan baru keluar dari lumbung. Dia memilih meninggalkan desa kelahirannya. Begitu sampai di kota, pria itu langsung menghubungi Erik. Atas perintah Gantika, Yunan diarahkan menuju Bandung. Erik sudah menunggunya di sana. Sesampainya di Bandung, Yunan mendapat kabar kalau ketiga rekannya sudah meninggal dunia. Zyan juga masih dalam keadaan kritis dan rencananya akan diungsikan ke Tanjung Harapan sampai situasi aman.
Yunan pun diminta untuk bersembunyi. Erik memberikan identitas baru untuknya. Pria itu memilih tetap berada di kota Bandung. Sambil menunggu statusnya diaktifkan, dia bekerja sebagai ojek online. Sama seperti Zyan, pria itu juga melakukan penyamaran agar tidak dikenali. Sampai akhirnya Gantika memanggilnya dan statusnya sudah diaktifkan kembali. Yang lebih menyenangkan, dia kembali diminta bergabung dengan Zyan.
“Aku turut senang mendengarnya. Aku pikir aku sudah kehilangan kalian semua.”
“Aku dengar dari Mayor, Kapten sudah menemukan dalang dibalik kejadian di Malta.”
“Iya, mereka orang yang sama dibalik peristiwa yang terjadi di sini. Pasti Mayor sudah mengatakannya padamu.”
“Iya. Aku siap membantu. Mereka harus membayar apa yang sudah mereka lakukan pada Ahsan, Deri, Yanto dan Hafid.”
“Kalian harus berhati-hati. Musuh kalian bukan orang sembarangan. Aku yakin beberapa anggota agen BIN ikut terlibat dalam masalah ini,” seru Erik.
“Tentu saja. Kami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Kamu juga harus hati-hati, nyawa Mayor juga berada dalam bahaya.”
Kepala Erik mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Zyan. Ketiga pria itu kemudian mendekati Armin, Putra dan Hana yang tengah memeriksa equipment yang baru saja diturunkan dari mobil. Terdengar siulan Armin ketika melihat persenjataan yang dikirimkan.
“Wow it’s amazing. Kita seperti hendak berperang.”
“Tentu saja kita akan berperang. Lawan kita adalah tentara elit bayaran,” sahut Hana.
“ Yunan, kenalkan ini anggota baru timku. Ini Putra dan ini Hana.”
Bergantian Yunan menyalami Putra dan Hana. Kalau Armin, pria itu sudah mengenalnya lama. Armin selalu menjadi anggota bayangan dalam tim Zyan. Berkat kepiawaian pria itu, mereka bisa mendapatkan informasi akurat terkait misi yang sedang dijalankan. Namun untuk misi di Malta, Armin mengakui kalau dirinya kecolongan hingga musibah menimpa Zyan dan anggota timnya.
“Katanya ada anggota lain yang akan bergabung.”
“Mereka baru datang besok.”
“Mereka dari kesatuan mana?”
“Lihat saja besok.”
Zyan menyunggingkan senyumannya. Pasti Yunan akan terkejut kalau tahu anggota baru yang direkrutnya hanyalah anak-anak yang baru saja menamatkan pendidikan di sekolah menengah atas.
***
Keesokan harinya, sesuai instruksi Zyan, Agam, Tina dan Febri datang ke pondok. Tina datang menggunakan motor trailnya, sementara Agam dan Febri lebih memilih datang menggunakan angkutan umum. Pukul sembilan pagi, ketiganya sudah sampai di pondok. Zyan yang memang sudah menunggu mereka, segera menyambutnya. Agam, Tina dan Febri terkejut melihat penampilan Zyan yang sudah berubah. Tidak ada lagi kacamata, rambut klimis dan tompel yang menghiasi wajahnya.
“Ini Pak Reza kan?” tanya Agam memastikan.
“Tompelnya kemana, Pak?” kini giliran Febri yang bertanya.
“Sumpah Bapak ganteng banget kalau kaya gini,” pungkas Tina.
Zyan hanya tertawa saja mendengar celotehan ketiganya. Dia sudah mengira pasti ketiga muridnya terkejut melihat penampilannya yang sekarang. Dengan isyarat tangan. Zyan meminta mereka mengikutinya.
Sambil menggendong tas ranselnya, Agam, Tina dan Febri mengikuti Zyan yang membawa mereka menuju bagian belakang pondok. Agam melihat sekeliling, hanya ada kebun sayur saja di sini. Lalu di depan mereka ada sebuah rumah kaca. Zyan masuk ke dalam rumah kaca tersebut.
“Kita kerjanya apa, Pak?” tanya Agam yang penasaran.
“Nyangkul,” celetuk Febri sambil terkekeh.
“Ngolah limbah kotoran jadi pupuk,” sambung Tina.
“Kalian berdua bagian tester pupuk,” balas Agam keki.
Ketika berada di bagian ujung rumah kaca, Zyan membuka pintu yang terhalang lemari tempat menyimpan pupuk dan peralatan berkebun. Dibalik pintu terdapat tangga yang mengarah ke bawah. Zyan mempersilakan ketiga muridnya untuk masuk ke dalam. Dia menutup pintu lebih dulu sebelum memandu calon anggota timnya menuju tempat yang akan dijadikan base camp.
Mulut Agam, Tina dan Febri menganga ketika sudah sampai di ruangan bawah tanah. Mereka seperti masuk ke dunia lain, dunia spionase. Mata Febri membulat melihat layar besar lengkap dengan peralatan komputer di depannya. Tanpa disuruh, dia langsung berlari mendekat.
“Wow.. keren.”
“Yunan, kenalkan ini anggota baru tim kita,” seru Zyan.
“Seriously?”
Mata Yunan membulat melihat ketiga orang yang diperkenalkan sebagai anggota baru timnya. Apa yang dilihatnya sekarang sangat jauh dari prediksinya. Disangkanya anggota baru yang bergabung berasal dari pasukan elit lain, namun ternyata mereka hanyalah sekumpulan anak yang baru saja beranjak dewasa.
“Serius Kapten?”
“Kapten?”
“Oke, bagaimana kalau kita duduk dulu? Anggota baru kita masih belum memahami siapa kita dan misi apa yang akan mereka jalankan.”
Secara singkat Zyan menjelaskan siapa mereka dan apa yang akan mereka lakukan. Zyan juga menjelaskan kalau pekerjaan yang ditawarkan adalah membantu dirinya dan tim menjalankan misi untuk menangkap orang-orang yang sudah mengacaukan negeri ini. Kembali Agam, Tina dan Febri dibuat ternganga. Tidak menyangka kalau wali kelasnya dahulu adalah seorang agen rahasia.
“Jadi nama Bapak Zyan, bukan Reza?” tanya Agam.
“Iya.”
“Bapak mau kita membantu menjalankan misi?” tanya Tina.
“Iya.”
“Artinya kita juga bisa disebut sebagai agen rahasia?”
“Bisa dibilang begitu.”
“Kalau kita ngga mau, gimana?”
“Tidak masalah.”
“Tapi kalian tidak bisa hidup lagi karena sudah mengetahui rahasia kami,” timpal Yunan santai.
“Hah???” seru Agam, Tina dan Febri bersamaan.
“Hahaha.. dia hanya bercanda. Tidak ada paksaan. Kalau kalian tidak bersedia, saya tidak memaksa.”
“Jadi, apa kalian mau bergabung bersama kami?” tanya Armin.
“Bergabung jadi agen rahasia? Tentu saja kami mau!!” seru Agam bersemangat.
“Berasa mimpi bisa dipercaya membantu tugas kalian,” sambung Tina.
“Kaya James Bond dong kita, Pak? Introducing, Febri, the secret agent.”
Febri mengambil kacamata hitam dari dalam tasnya lalu mengenakannya. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah dibuat se-cool mungkin. Agam berdiri di samping Febri dan bergaya seperti tengah memegang senjata. Begitu pula dengan Tina. Gadis itu tidak mau ketinggalan, ikut bergaya bak agen rahasia. Yunan hanya menepuk keningnya saja melihat tingkah anggota baru rekrutan sang Kapten.
***
Yang sabar Yunan, anggota barunya masih bocil😂
Ini dia tim baru Zyan