Si Villainess tiba-tiba berubah?
Yrina Lavien, si penyihir yang dapat julukan Gadis Beracun sangat mencintai Anthony, Si Putra Mahkota, namun Anthony mencintai Margareth Thatcher. Suatu malam, Yrina tak sadarkan diri dan dia berubah ketika dia bangun. Dia yang awalnya suka pada Bunga Lily of The Valley jadi menyukai Bunga Mawar, dia yang dulunya tergila-gila pada Anthony malah jatuh hati kepada Dimitry Thatcher, kakak laki-laki Margareth yang telah 'merebut' kekasihnya. Dengan dalih 'lupa ingatan' dia benar-benar berubah. Tak banyak yang tahu, jika Yrina Lavien bukanlah dirinya yang asli dan merupakan jiwa lain yang sedang bertransmigrasi. Kini, Yrina yang baru hanya ingin hidup tenang. Mampukah dia mewujudkannya jika dia menjadi gadis paling dibenci dan paling jahat di seluruh kerajaan? Lalu sebenarnya dimanakah jiwa Yrina yang asli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
"Tolong! Tolong!" Teriakku tanpa henti. Aku berpikir keras bagaimana cara menyelamatkannya. Mengapa gadis kecil ini hanyut terbawa arus? Aku memutar otak berkali-kali sementara dia semakin menjauh dariku. Aku terus berlari di pinggir sungai.
Lalu aku langsung melompat ke sungai, meraihnya dan memeluknya dengan erat. Gadis ini memiliki rambut yang bewarna merah, merah tua seperti warna senja. Warna rambut yang sangat jarang dan tak pernah ku temui secara langsung selama ini. Dia sangat cantik. Pupil matanya berwarna hijau seperti batu emerald. Dia memelukku erat sambil menangis. Aku berusaha memastikan kepala gadis kecil itu tetap berada di atas air, dia tak boleh kehabisan napas. Kami terus terbawa arus dan berteriak meminta tolong berulang kali. Sampai akhirnya beberapa orang berlari ke dekat sungai dan berusaha menolong kami. Mereka berjejer di sepanjang aliran sungai, berlari-lari mengikuti arah arus yang membawa kami. Sampai akhirnya mereka melempar tali ke arah kami yang berhasil ku pegang. Mereka beramai-ramai menarik kami ke tepian. Aku pastikan gadis itu selamat. Aku pastikan itu. Dia hanya gadis kecil, masa depannya masih panjang, kami akan selamat dari ini. Hingga akhirnya kami benar-benar berhasil ditarik warga naik ke daratan. Gadis kecil itu langsung ku serahkan kepada warga terlebih dahulu. Beberapa warga juga dengan panik dan cekatan mencoba memegangiku untuk mengangkatku dari sungai. Aku sungguh kelelahan. Jari-jemariku bahkan sudah tak sanggup berpegangan.
Hingga akhirnya, "Byur." Lagi. Aku kembali terjatuh ke sungai. Aku lelah sekali. Dengan segala sisa tenaga yang ku miliki, aku berusaha memastikan jika aku tak tenggelam namun tak berhasil. Teriakan para warga yang berada di pinggir sungai langsung menggema kemana-mana hingga perlahan menjadi sayup-sayup di telingaku. Aku pasrah. Aku tak sedih sama sekali, akhirnya aku terbebas dari neraka ini. Suara tangisan lalu terdengar, suara seorang gadis kecil yang menangis, suara gadis itu. Aku tak tahu berapa lama aku terombang-ambing terbawa arus sungai, namun lambat laun suara gadis itu semakin nyaring. Tangisan yang sangat menyayat hati, kesedihan yang menyakitkan. Aku ingin memeluknya dengan erat dan memberitahunya agar ia berhenti menangis. Aku sama sekali tak menyesal. Suara tangisan itu semakin nyaring hingga aku seperti tahu darimana asalnya, seperti dari dalam diriku sendiri. Dia pantas untuk hidup. Aku yakin hidupnya lebih baik dariku dan dia harus hidup. Perlahan aku mulai mati rasa dan gelap.
Aku pasrah, tanganku lelah dan tubuhku berat. Air masuk dari mata, hidung, telinga, dan mulutku. Aku bisa melihat helaian rambut hitamku bergerak kesana kemari terbawa arus yang menenggelamkan tubuhku. Aku tak punya tenaga lagi. Sejujurnya aku ingin ada keajaiban yang datang padaku di saat seperti ini. Namun aku tahu itu mustahil. Takut akan kematian? Ku rasa tidak. Walau harus ku akui aku sangat merasa ngeri. Namun tak ada yang benar-benar mencintaiku dan milikku seutuhnya selain kengerian itu. Apakah aku akan ditelan kengerian dengan simfoni berupa tangisan gadis kecil yang sangat menyayat hati itu? Entahlah! Aku memejamkan mataku. Aku harap kehidupan setelah kematian tak membuatku menderita lagi.
Tiba-tiba kepalaku terasa berat. Aku tak mati ternyata. Perlahan-lahan aku bisa merasakan semua inderaku berfungsi lagi. Atau apakah ini adalah kehidupan setelah kematianku? Aku mencoba membuka mataku perlahan. Atau apakah ini mimpi? Saat aku membuka mata,seketika silau karena banyaknya cahaya yang masuk, rasanya seperti sudah tak membuka mata sekian lama. Siluet beberapa orang langsung nampak di hadapanku, mereka terlihat kabur dan seketika berteriak mengatakan jika aku sudah sadar. Perlahan namun pasti penglihatanku semakin jelas dan aku bisa melihat sosok mereka. Aku terbaring di atas kasur yang sangat lembut dan hangat, di tengah ruangan yang asing. Ini bukan rumahku atau kamar kostku, apalagi rumah sakit. Tempat ini sangat asing. Seperti kembali ke zaman kerajaan. Ada jendela yang terletak di samping kiri dan pintu yang terletak di samping kananku. Ruangan ini seperti bangunan zaman dulu, temboknya terbuat dari bebatuan yang ditata dengan sangat indah. Seperti pada abad pertengahan. Bentuk ruangan ini melingkar, bukan persegi seperti bangunan kebanyakan yang selama ini ku lihat. Temboknya tersusun dari batuan putih pucat yang bahkan tak ku ketahui namanya.
Aku berusaha duduk dengan bersusah payah. Orang-orang yang ada di hadapanku begitu asing. Ada tiga orang, seorang pria dan wanita berusia lima puluhan dan seorang nenek-nenek yang sudah bungkuk. Ku rasa pria dan wanita itu adalah pasangan kekasih atau suami istri. Mereka memakai kalung dengan Batu Delima di leher mereka, mereka menangis dan langsung memelukku erat. Sementara si nenek hanya diam dan memandangku. Mereka orang asing. Aku tak pernah mengenal mereka sama sekali. Pakaian yang mereka gunakan, itu bukan pakaian modern yang biasa ku lihat sebelumnya. Si wanita memakai gaun panjang berwarna merah kehitaman, si pria menggunakan setelan ala negeri dongeng dengan warna serupa. Yang biasa ku lihat di film fantasi. Mereka berpakaian dengan sangat indah dan menawan. Sementara si nenek menggunakan jubah. Ada Batu Delima juga di tusuk konde yang nenek itu pakai. Aku hanya diam mematung ketika mereka memelukku. Mereka menangis begitu kencang. Ku rasa mereka bukan orang jahat. Aku tak tahu bagaimana aku bisa mengetahuinya namun hatiku yakin sekali.
Lalu mereka berhenti memelukku, mereka masih menangis, mereka seakan-akan meneliti wajahku, memastikan jika aku benar-benar sadar. Aku tak tahu harus bagaimana. Apakah aku berada di dunia lain atau aku hanya sedang dijebak oleh suatu program televisi khusus acara mengerjai dan lelucon.
"Yrina akhirnya kau sudah sadar." Ucap si perempuan. "Ibu sangat merindukanmu." Ucap wanita itu lagi sebelum kembali memelukku.
Aku hanya menganga. Siapa Yrina? Itu bukan namaku. Hingga aku menengok ke samping kiriku dan menemukan cermin yang berada di sana. Pantulan bayangan di cermin itu adalah bayangan mereka yang sedang menangis dan memeluk seorang gadis dengan sangat erat, dan gadis itu bukan aku! Itu bukan wajahku! Aku tak terlihat seperti itu sama sekali. Baik dari fitur wajah, warna rambut, warna mata, dan warna kulit, sama sekali tak mirip denganku. Namun bayangan itu berkedip saat aku mengedipkan mataku, bahkan mulutnya juga menganga seperti yang ku lakukan, meniru semua yang ku lakukan dengan sangat persis. Jika itu benar aku? Mengapa aku terlihat seperti ini? Tubuh siapa ini? Aku masuk ke dalam tubuh siapa? Bagaimana bisa aku ada di sini dan terlihat seperti ini padahal tadinya aku sedang tenggelam dan hampir mati? Aku lalu oleng dan kembali kehilangan kesadaranku di detik selanjutnya.