Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marah Yang Tidak Beralasan
Tiga hari kemudian tepatnya hari kamis acara pengajian selamatan rumah telah tiba. Akan di laksanakan malam jum'at nanti selepas magrib. Sabrina tampak kuyu mengerjakan ini itu dibantu bibi.
"Assalamualaikum..." Prily dan Kevin datang tepatnya siang hari.
"Waalaikumsalam..." Sabrina menggandeng Afina menemui sahabatnya. Namun hati Sabrina merasa resah kala Kevin pun datang. Sabrina takut jika suaminya akan salah paham.
"Kenapa sih In? Kita nggak disuruh masuk nih?" tanya Prily karena Sabrina melamun hingga tidak mempersilakan masuk.
"Om, Tante... masuk yuk, Fina kan lagi bantuin Bunda mengemas kue," Afina menarik tangan Kevin.
"Okay... Papa belum pulang ya," Kevin pun ke dalam diikuti Sabrina dan juga Prily langsung duduk di karpet dimana bermacam-macam kue basah yang akan dibagikan nanti di kemas dalam mika kecil.
"Belum Om, biasanya Papa pulang sebelum magrib," jujur Afina.
"Kalau hari ini, Papa pulangnya cepat sayang... kan mau ada acara," potong Sabrina agar Kevin cepat pulang sebelum suaminya sampai. Tentu tidak sopan jika menyuruh Kevin pergi, seolah mengusir.
"Waah... kue nya Kayak nya enak-enak... boleh nyobain nggak In?" Kevin ambil satu kemudian menggigitnya. Tidak tahu jika Sabrina sedang gelisah.
"Dasar loe Vin, minta belum dijawab sudah di embat," kelakar Prily.
"Nggak apa-apa makan saja, banyak kok" kata Sabrina kemudian ambil air mineral, lalu menyuguhkan untuk sahabatnya.
"Kue ini pasti buatan Tante Mila kan, terus Tante Mila nya kemana In?" Prily sudah hapal cirikas rasa kue buatan Kamila.
"Bunda tadi sudah kesini sama Ayah sih, tapi baru antar kue ini, terus pulang lagi, di rumah masih belum beres-beres katanya," Kamila bunda nya Sabrina memang bagian membawa kue, sedangkan mama Fatimah bagian nasi box. Saat acara nanti baru akan datang kembali.
"Om lapar ya?" tanya Afina polos karena Kevin sudah habis tiga kue, dan satu gelas air mineral.
"Hahaha..." Kevin tertawa menatap Sabrina karena malu. Ia pikir karena Sabrina dan Prily tidak memperhatikan dirinya. Namun ternyata Afina lah yang sejak tadi memperhatikan.
"Fina... Om Kevin tidak lapar, tapi rakus" Prlily yang menjawab.
"Hus! Prily..." Sabrina memperingatkan agar hati-hati berbicara dengan anak kecil. Karena anak kecil akan dengan mudah mengikuti perkataan orang dewasa.
"Okay... kita bantu membungkus kue," kata Prily. Mengalihkan pembicaraan. Prily membungkus kue sambil mendengar celotehan Afina.
Sabrina di bantu kedua temanya dan juga bibi menyiapkan segala sesuatunya.
Tampak Kevin yang belum lama datang membantu menggelar karpet-karpet tebal. Sesekali menggerak-gerakkan kepala dengan headset yang terhubung antara telinga dan hp di saku baju sudah pasti mendengarkan musik.
Tok tok tok
Di luar rumah Adnan pulang lebih awal, berniat membantu istrinya. Namun sudah beberapa kali mengetuk pintu namun belum ada yang membuka. Wajar karena Sabrina di dapur memblender bumbu.
"Bibi kemana sih? Adnan bergumam.
Tok tok tok
Hingga diulang tiga kali tidak di buka Adnan ambil handphone di dalam tas kerja, kemudian telepon Sabrina hingga berkali-kali namun tidak diangkat juga. Adnan pada akhirnya memutuskan untuk kirim pesan.
5 menit, 10 menit, Adnan mantengin handphone namun belum dibaca. Ia kesal kemudian hendak masuk ke dalam mobil. Namun netranya melihat motor pria yang sedang tren, parkir di pinggir mobil miliknya. Ketika baru sampai tadi tidak memperhatikan. Ia mengingat-ingat motor siapa.
Adnan beristirahat bersandar di jok dengan mata terpejam. Ia baru ingat motor tersebut ternyata milik Kevin. Adnan merengut kesal lalu kembali telepon Sabrina kali ini baru di angkat.
"Mas... sudah pulang kok nggak mengetuk pintu?" tanya Sabrina. Setelah di telepon Adnan tidak lama kemudian Sabrina ke luar menghampiri suaminya.
Aabrina hendak mencium tangan Adnan. Namun Adnan mengibas tangan Sabrina kemudian keluar dari mobil.
Brak!
Adnan menutup pintu dengan cara dibanting. Sabrina terperangah menatap suaminya yang tidak sepatah kata pun berbicara meninggalkan Sabrina begitu saja.
Sabrina bersandar di mobil menarik nafas berat. Kemudian mengejar suaminya hendak mengambil alih tas kerja. Namun lagi-lagi Adnan menolak bantuan istrinya.
Sampai di ruang tamu Adnan menghentikan langkahnya ketika melihat Kevin sedang membantu Prily melakban kardus guna menempati kue basah yang sudah selesai di kemas.
"Selamat siang Pak," ucap Prily dan Kevin bersamaan.
"Siang" jawabnya dingin lalu menanjak anak tangga menuju kamar.
"Pril gw tinggal dulu ya" pamit Sabrina. Prily hanya mengacungkan jempol ke arah Sabrina.
Sabrina menyusul suaminya ke kamar. Namun sepi. Terdengar gemericik air, sudah pasti Adnan lah orangnya. Sabrina kemudian memunggu di meja rias mematut wajahnya yang tampak berminyak, karena seharian di dapur.
Sabrina kemudian menyiapkan baju ganti meletakan di sofa.
Ceklak!
Yang ditunggu-tunggu sudah ke luar dari kamar mandi.
"Mas..." Sabrina menatap wajah suaminya tampak marah Sabrina lagi-lagi merasa bingung harus dengan cara apa agar suaminya ceria.
"Bajunya di sofa sudah aku siapkan Mas, kok malah ambil lagi" Sabrina merasa sedih dan kecewa. Meskipun hanya menyiapkan baju jika tidak di pakai tentu merasa tidak dihargai.
Adnan tidak menyahut lantas memakai kaos dan celana training. Lalu tidur tengkurap di ranjang.
"Mas... apa salahku? Apa benar jika sikap Mas begini? Kita ini sedang ada acara Mas, bukan begini caranya" Sabrina masih bicara dengan sabar.
"Mas pasti marah, karena ada Kevin kan? Tapi aku nggak mengundang Dia kesini, jika ia datang, itu karena Prily yang ajak," Sabrina menjelaskan panjang lebar namun seolah di abaikan.
"Mas..." tangan halus nan putih itu menggoyang betis suaminya.
"Aku cape, In! Mau istirahat," jawab Adnan kurang jelas karena wajahnya di susupkan di atas bantal.
"Okay... aku baru tahu! Begini cara Mas menyelesaikan masalah!" Sabrina lalu meninggalkan suaminya ke luar kamar.
"Bunda... Fina ngantuk," Fina ternyata sudah berdiri di tangga paling atas.
"Oh ya Allah... bobo yuk" Sabrina menuntun Afina ke kamar. Biasnya Avina memang selalu tidur siang, walupun ikut Adnan ke kampus sekalipun. Namun karena sibuk Sabrina sampai lupa. Ia menemani putrinya hingga pulas kemudian kembali ke lantai bawah.
"Pril" panggil Sabrina ketika sudah di bawah.
"Ada apa In?" tanya Prily menatap lekat wajah Sabrina seperti sedang tidak baik-baik saja. Prily merasa heran karena belum lama tadi ngobrol dengan Sabrina baik-baik saja.
"Kevin kemana?" Sabrina duduk bersila di karpet.
"Ke toilet In, ada apa?" cecar Prily.
"Tolong sampaikan kepada Kevin, sebaiknya Dia pulang saja deh," Sabrina berkata hati-hati.
"Iya In, Dia memang mau pulang, cuma ke toilet dulu, maaf In, gw salah tadi datang kemari minta di temani Kevin," Prily merasa bersalah pada Sabrina. Prily sudah tahu masalahnya. Sejak beberapa bulan yang lalu Sabrina pernah bercerita dengan nya bahwa Adnan kadang suka cemburu buta.
.
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
hajar bello