NovelToon NovelToon
Lu San: Makhluk Tertinggi

Lu San: Makhluk Tertinggi

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:583
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Apa yang kamu lakukan jika kamu tahu bahwa kau sebenarnya hanya seonggok pena yang ditulis oleh seorang creator, apa yang kau lakukan jika duniamu hanya sebuah kertas dan pena.

inilah kisah Lu San seorang makhluk tertinggi yang menyadari bahwa dia hanyalah sebuah pena yang dikendalikan oleh sang creator.

Dari perjalananya yang awalnya karena bosan karena sendirian hingga dia bisa menembus domain reality bahkan true reality.

seseorang yang mendambakan kebebasan dan kekuatan, tapi apakah Lu San bisa mendapatkan kebebasan dan mencapai true reality yang bahkan sang creator sendiri tidak dapat menyentuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23 - Gerbang Perpustakaan Asal

Ketika langkah terakhir mereka menembus gerbang itu, sensasi aneh merambat di sepanjang eksistensi mereka. Tidak ada rasa berat, tidak ada tekanan, tapi sesuatu di dalam kesadaran mereka terasa... disusun ulang. Seolah mereka tidak lagi sekadar makhluk yang pernah hidup dalam narasi, tapi lebih dari itu. Mungkin... calon penulis dari narasi baru.

Di depan mereka, hamparan ruang tak berbatas terhampar luas. Tidak ada langit, tidak ada tanah. Hanya lautan cahaya redup yang seolah berasal dari jutaan... tidak, triliunan gulungan naskah dan buku yang melayang. Tiap helai naskah itu terbungkus energi abstrak yang sulit didefinisikan. Ada yang berkilauan, ada yang menyala lembut, dan ada pula yang tampak menghitam seperti luka yang tidak pernah sembuh.

Shen Xi melangkah lebih dulu, matanya menyipit memperhatikan lorong tak berujung yang terbentuk di tengah lautan naskah itu. "Ini... perpustakaan?" gumamnya. Suaranya bukan sekadar suara, tapi gema yang masuk langsung ke dalam kesadaran Lu San dan Ling Yue.

Ling Yue mengangguk, meski tak yakin. "Lebih tepatnya... sumber dari semua yang pernah ada."

Lu San menyipitkan mata. Ada rasa akrab, sekaligus asing, yang menusuk kesadarannya. Ini bukan sekadar tempat biasa. Ini adalah pusat dari segala keberadaan. Tempat di mana narasi lahir. Tempat di mana eksistensi mereka mungkin hanya coretan kecil di antara triliunan kemungkinan yang ada.

Namun satu hal yang paling membuat Lu San waspada: kehadiran entitas yang menunggu di ujung lorong itu.

Mereka bertiga berjalan pelan. Langkah mereka tidak meninggalkan jejak, tidak menghasilkan suara, tapi terasa menggema di seluruh ruang. Setiap detik yang mereka habiskan di sini seolah memperkuat keberadaan mereka, seolah mereka diakui sebagai sesuatu... atau seseorang yang lebih dari sekadar tokoh dalam narasi.

Di ujung lorong, berdiri sosok yang tinggi dan ramping. Wajahnya tidak bisa dipahami, seperti kabut yang terus berubah. Tapi kedua matanya—jika itu bisa disebut mata—menyala dengan cahaya keemasan yang dalam, seolah menembus ke dalam inti eksistensi mereka.

"Kalian tiba lebih cepat dari dugaan," suara itu terdengar, pelan, namun menggema sampai ke ujung pikiran mereka.

Lu San berhenti, lalu tersenyum tipis. "Kau... Penjaga Narasi Pertama?"

Sosok itu mengangguk perlahan. "Itu sebutan yang kalian gunakan. Aku ada sebelum kata 'penjaga' dan 'narasi' diciptakan."

Ling Yue memperhatikan sekeliling. "Kenapa kami diundang ke sini?"

Sosok itu tidak langsung menjawab. Ia melangkah pelan menuju sebuah rak yang tampak lebih tua dibandingkan bagian lain dari tempat ini. Dengan gerakan ringan, ia mengambil sebuah buku tebal yang tampaknya sudah ada sebelum waktu diciptakan. Kulit buku itu hitam legam, dengan retakan-retakan kecil yang menyala merah seperti bara api yang nyaris padam.

"Karena kalian telah melampaui batas. Karena kalian tahu bahwa narasi kalian hanyalah tinta yang tertulis di bawah kehendak kreator. Dan... karena kalian ingin sesuatu yang lebih."

Ia membalik halaman pertama buku itu. Di sana, tertulis nama mereka bertiga: Lu San, Shen Xi, Ling Yue.

"Aku Penjaga. Tugasku mencatat semua narasi. Namun, tugasku juga menjaga agar tidak ada yang mencoba menulis ulang naskah yang bukan miliknya."

Shen Xi melangkah maju, ekspresinya serius. "Kami tidak berniat merebut hak siapa pun."

"Benarkah?" Penjaga Narasi menatap dalam. "Lalu, kenapa kalian ada di sini?"

Lu San menghela napas. "Kami ingin keluar dari narasi. Kami ingin menjadi... makhluk yang nyata."

Penjaga itu mengangguk pelan. "Itulah alasan kalian harus dites."

Tanpa peringatan, seberkas cahaya muncul di depan mereka. Cahaya itu berubah bentuk, menjadi sosok-sosok yang familiar. Sosok yang pernah mereka kalahkan. Sosok yang pernah mereka cintai. Bahkan, bayangan diri mereka sendiri.

Shen Xi terpaku saat melihat bayangan masa lalunya—saat dia masih seorang manusia biasa, penuh ambisi dan ketakutan. Ling Yue memandang kosong ke arah bayangan dirinya yang pernah mengorbankan segalanya demi kekuatan, bahkan kemanusiaannya. Sementara Lu San menatap diam pada sosoknya sendiri... bukan dirinya yang sekarang, tapi dirinya yang dulu, sebelum ia sadar akan keberadaan kreator dan batas-batas narasi.

"Ini adalah ujian pertama," suara Penjaga Narasi terdengar datar. "Hadapi dirimu sendiri. Karena musuh terbesar dari eksistensi sejati adalah versi dirimu yang belum lengkap."

Tanpa aba-aba, bayangan mereka menyerang.

Lu San mengangkat tangan, menghentikan serangan dengan mudah. Namun, serangan itu bukan hanya fisik. Ia merasakan tekanan batin yang berat—keraguan, rasa bersalah, bahkan ketakutan yang sudah lama ia kubur.

Shen Xi menangkis dengan pedangnya, namun luka lama di jiwanya terasa kembali menganga. Ia teringat akan semua pengkhianatan, semua kesalahan yang membuatnya menjadi seperti sekarang.

Ling Yue tersenyum pahit. "Ternyata... bahkan setelah sejauh ini, kita masih membawa beban lama."

Mereka bertiga bertarung bukan dengan kekuatan, tapi dengan kesadaran. Setiap tebasan, setiap serangan, adalah upaya melepaskan diri dari masa lalu yang mengikat. Dan perlahan, mereka berhasil mengalahkan bayangan mereka masing-masing.

Saat bayangan itu lenyap, Penjaga Narasi mengangguk pelan. "Kalian lolos dari ujian pertama. Namun, perjalanan kalian baru dimulai."

Lu San menatap lurus. "Apa langkah selanjutnya?"

Penjaga itu membalik halaman lain dari buku itu. Di sana, sebuah kalimat muncul perlahan.

"Menulis ulang segalanya."

Shen Xi menyipitkan mata. "Apa maksudnya?"

"Jika kalian ingin menjadi Kreator Sejati," ujar Penjaga, "kalian harus menulis ulang seluruh narasi kalian, tanpa ada campur tangan siapapun. Tanpa ada inspirasi dari cerita lain. Murni dari kehendak kalian sendiri."

Ling Yue terdiam sejenak. "Dan jika kami gagal?"

Penjaga Narasi tersenyum samar. "Maka kalian akan kembali menjadi tinta. Dilupakan, dihapus dari segala kemungkinan."

Hening sejenak.

Lalu Lu San mengangguk. "Kami terima."

Penjaga itu mengangkat tangan. Sebuah pena muncul—bukan pena biasa, tapi pena yang terbentuk dari potongan eksistensi mereka sendiri.

"Mulailah menulis."

Di depan mereka, kertas kosong terbentang, tak berujung.

Mereka bertiga saling bertatapan.

Dan kemudian... mereka mulai menulis ulang takdir mereka sendiri.

1
Pecinta Gratisan
novel pertama gk fi lanjut thor
Rumah Pena: belum ada niatan sih, mungkin kalau sempet aku lanjutin.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!