Sekuel off 'Pesona Mama Mertua Muda'
Wajib baca season satu duluan ya ≧∇
"Duniaku ikut mati tanpamu."
Kehidupan Javas hancur saat wanita yang paling dicintainya meninggal. Ia mencoba melarikan diri, menyingkir dari tempat yang menenggelamkan banyak jejak kenangan tentang wanita itu.
Namun, ia tak bertahan lama, Isvara selalu tinggal di kepalanya, sehingga pria itu memutuskan kembali.
Hanya saja, apa jadinya jika Isvara yang mereka pikir telah meninggal—justru masih hidup? Bisakah Javas menggapai dan melanjutkan hidupnya bersama wanita itu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 | Diantar Pulang Dion
Di dalam mobil, kedua orang itu hanya diam saja hingga mereka merasakan kecanggungan yang luar biasa. Chilla merasa sangat bosan sekali jika tidak ada obrolan. Akhirnya ia memberanikan diri untuk memulai obrolan dengan pria yang ada disampingnya, tidak lain tidak bukan adalah Dion.
"Udah lama sahabatan sama Kak Isvara?" tanya Chilla sengaja, karena ia tidak punya topik yang bagus untuk dibicarakan dengan Dion. Ini pun kali pertama Chilla mengajak Dion berbicara setelah beberapa bulan dikenalkan oleh Isvara, karena Dion memang type pendiam jika bukan pada orang yang benar-benar dekat dengannya.
"Sejak kecil," jawab Dion dengan singkat. Chilla tersenyum dan mengangguk, ia berkata dalam hati pantas saja Dion dan Isvara sangat dekat. Karena mereka sudah bersahabat sejak kecil, itu jelas bukan waktu yang sebentar.
"Enak ya berarti punya sahabat dari kecil, kalau aku nggak punya sahabat selama. Paling temen dekat, ya nggak sedekat itu juga sih."
"Iya, enak karena nggak perlu cari temen lagi. Sama mereka bertiga udah cukup bagi gue."
"Kalau cewek lo pernah nggak berantem sama ketiga sahabat lo? Terus kalau berantem lo bakal pilih bela siapa?" Entah keberanian dari mana Chilla sampai berani memberikan pertanyaan seperti itu pada Dion, padahal mereka hanya sekadar kenal. Dibilang dekat ya tidak.
"Untungnya nggak pernah kejadian, karena gue juga baru pacaran sekali sama yang udah putus dua bulan lalu, itu pun gue belum kenalin sama ketiga sahabat gue."
Dion terdiam sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya. "Kalau mereka berantem, ya gue netral aja deh. Gue nggak mau memihak salah satu dari mereka biar adil. Walau gitu gue jelas berharap bisa punya pacar yang bisa nerima gue punya sahabat yaitu Isvara, Friska dan Amara. Gue emang peduli banget sama ketiga sahabat gue, tapi gue bisa kok prioritaskan pacar gue nantinya. Cuma kalau gue dilarang-larang biar nggak sahabat dan dekat lagi sama mereka, gue jujur nggak bisa. Padahal kalau pacar gue atau pasangan gue kelak bisa dekat sama sahabat gue, pasti gue bakal senang banget. Gue pun selalu mau dekat kok sama pasangan sahabat-sahabat gue, contohnya waktu itu sama Papa lo gue juga dekat. Bahkan saat resepsi, gue yang nemenin Papa lo, Chill," cerita Dion panjang lebar.
Chilla malah merasa speechless karena Dion mau bercerita panjang lebar padanya, ditambah ia juga sedikit terkejut saat mengetahui pria setampan Dion baru pertama kali berpacaran."Gitu ya, semoga lo bisa dapat pasangan sesuai yang lo mau deh."
"Aamiin. Satu lagi, gue juga nggak suka kalau pacar gue nanti terlalu cemburu atau cemburu berlebihan karena kedekatan gue sama Friska, Amara dan Isvara. Bagi gue itu, ketiga sahabat gue itu kayak keluarga gue sendiri. Karena umur gue sama mereka sama, ya kayak kita itu adalah kembaran gitu. Jadi nggak perlu terlalu cemburu, sedangkan gue sama mereka nggak akan pernah punya hubungan lebih dari sahabat atau keluarga. Karena kalau gue mau atau suka sama salah satu dari mereka, gue pasti langsung bilang sejak dulu. Jadi persahabatan kami murni tanpa ada perasaan lebih satu sama lain, mungkin banyak orang nggak percaya karena ada yang bilang cowok dan cewek nggak bisa benar-benar bersahabat karena salah satu mereka pasti ada yang nyimpen perasaan. Padahal nggak semua orang kayak gitu, gue sama sahabat-sahabat gue nyatanya kayak gitu kok."
Chilla hanya mengangguk kecil, karena bingung bagaimana lagi menimpali cerita Dion. Hingga tidak terasa mereka sampai di rumah Chilla, Chilla tidak mengajak Dion mampir karena memang sudah sangat malam.
Sebelum Dion pergi dari rumahnya, Chilla sudah mengucapkan terima kasih pada pria itu.
Chilla tiba-tiba senyum-senyum sendiri saat berjalan ke depan pintu rumahnya, gadis itu merasa bahagia karena diantarkan pulang oleh Dion bahkan bisa mengobrol panjang lebar dengan pria itu. Walaupun memang topiknya adalah persahabatan Dion dengan Amara, Isvara dan Friska.
***
Isvara terus berdiri di depan cermin memastikan penampilannya tidak mengecewakan, walau nanti wajahnya akan ia tutupi dengan cadar. Gadis itu juga merasa sangat gugup sekali, karena sebentar lagi akan berangkat ke kediaman keluarga Bimantara.
"Lo itu diapain aja tetap cantik, Nan. Sekalipun nanti lo pake cadar segala, aura kecantikan lo pasti tetap keliatan," ujar Amara.
"Apaan sih, gue nggak pengen tampil cantik ya. Gue itu cuma nggak mau malu-maluin Dion sama Sheva nanti. Ya gue emang cadaran, tapi gue nggak mau penampilan gue sampai bikin malu," balas Isvara sedikit kesal.
Isvara tengah kesal pada putrinya sendiri, tetapi ia tidak bisa melampiaskan kekesalannya tersebut. Siapa yang tidak kesal, Sheva malam-malam saat Chilla sudah pulang tiba-tiba mengajak dirinya datang ke pesta Given dan Givana. Gadis kecil itu sampai tantrum jika Isvara tidak menuruti kemauannya, sekarang demi Sheva akhirnya Isvara memutuskan hadir walaupun harus menggunakan cadar agar tidak ada yang mengenali dirinya di sana.
Selain Sheva, yang bersalah tentu adalah Chilla. Mengapa gadis itu menceritakan tentang pesta ulang tahun yang sangat megah itu pada Sheva, hingga Sheva yang belum pernah menghadiri pesta ulang tahun seperti itu ingin sekali menghadirinya.
Selama dua tahun ini, Isvara hanya merayakan ulang tahun Sheva secara kecil-kecilan karena ia sadar tempatnya di desa. Tidak terlalu pantas rasanya jika harus bermewah-mewahan, tetapi Isvara tetap tidak lupa berbagi pada anak-anak kecil yang ada di desa tempatnya tinggal saat ulang tahun Sheva. Isvara melakukan hal itu anak-anak lain juga bisa merasakan kebahagian yang putrinya.
"Udah, Ra, Nan. Nggak usah debat deh, nggak liat udah jam berapa sekarang? Nanti terlambat loh," ujar Friska melerai perdebatan kedua sahabatnya.
"Ini kalian berdua beneran nggak mau ikut dateng ke pesta itu nemenin gue sama Sheva?" tanya Isvara memastikan.
"Kita berdua nggak bisa, Kinan sayang. Soalnya habis ini kita mau ketemu klien penting, ini aja kita berdua sempetin waktu ke sini sebentar buat kasih semangat lo yang mau pergi ke pesta di rumah keluarga Bimantara. Tempat lo tinggal dulu selama beberapa bulan," ujar Amara panjang lebar.
Amara dan Friska sekarang bekerja di firma hukum ternama sebagai pengacara magang, keduanya sedang mendapatkan kasus yang sama sekarang ini.
"Yaudah deh, gue juga nggak bisa egois buat maksa lo pergi sama gue dan Sheva," ujarnya sedih.
"Lo nggak cuma berdua, Kinan. Ada Dion nanti yang bakal temenin lo sama Sheva, Dion yang bakal jadi suami pura-pura sekaligus Papanya Sheva biar bisa jagain lo dengan lebih leluasa," balas Amara santai.
Tidak lama kemudian, Dion muncul dengan Sheva. Namun, penampilan Dion terlihat sangat berbeda seperti bukan Dion biasanya. Dengan memakai kumis dan gaya rambut yang aneh, pria itu seperti bapak-bapak. Mungkin jika ketiga sahabat perempuan Dion itu tidak mengenal pria itu sejak kecil, tentu mereka tidak akan bisa tahu bahwa pria yang ada di depannya adalah Dion.
Isvara, Amara dan Friska tidak bisa menahan tawanya, jadi mereka bertiga tertawa terpingkal-pingkal.