NovelToon NovelToon
3 IMPIAN

3 IMPIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Mengubah Takdir / Chicklit
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Tiga gadis desa yang memiliki pemikiran sama, tidak mau menikah muda layaknya gadis desa pada umumnya. Mereka sepakat membuat rencana hidup untuk mengubah citra gadis desa yang hanya bisa masak, macak dan manak di usia muda, menjadi perempuan pintar, santun, dan mandiri.

Nayratih, dan Pratiwi terlahir dari keluarga berada, yang tak ingin anak mereka menikah muda. Kedua orang tua mereka sudah berencana menyekolahkan ke luar kota. Terlebih Nayratih dan Pratiwi dianugerahi otak encer, sehingga peluang untuk mewujudkan citra perempuan desa yang baru terbuka lebar.

Tapi tidak dengan, Mina, gadis manis ini tidak mendapat dukungan keluarga untuk sekolah lebih tinggi, cukup SMA saja, dan orang tuanya sudah menyiapkan calon suami untuk Mina.

Bagaimana perjuangan ketiga gadis itu mewujudkan rencana hidup yang mereka impikan? ikuti kisah mereka dalam novel ini.
Siapkan tisu maupun camilan.
Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MELAPOR

"Pelakor?" tebak Nayratih setelah mendengar penjelasan Tiwi tentang penampilan Mina tempo hari. Kini giliran Tiwi dan Nayratih nongkrong berdua di cafe depan kampus Nay.

"Dijambak dong!" ujar Tiwi mengingat kebiasaan pelakor di luar sana yang pasti kena jambak istri sah.

"Sugar baby?" tebak Nay.

"Hah? Kayaknya benar yang itu deh," Tiwi mengangguk setuju. Sejak hari itu, Tiwi terus chat Mina. Dan anehnya Mina membalasnya sangat cepat. Seperti pengangguran saja, padahal ia kerja di toko roti yang sangat ramai, toh biasanya juga dichat kapan, balasnya kapan. Tapi sekarang? Mencurigakan.

"Apa kita ke tokonya terus tanya gitu?" Nay memberikan ide ala detektif.

"Boleh juga! Gimana kalau weekend ini?" ajak Tiwi, karena hanya weekend dia bisa leluasa keluar.

"Aku gak bisa, Wi! Ada kuliah tamu dengan dokter ganteng," ujar Nay kecentilan. Tiwi cuma melengos, seperti biasa Nay selalu sibuk dengan kegiatan kuliahnya meski di hari libur. Bahkan Tiwi saja sampai ke kampus demi melapor kondisi Mina sekarang. Bisa saja lewat video call tapi kan kurang nampol.

Jujur saja, kecurigaan terhadap Mina membuat Tiwi sering melamun, ia sering tiba-tiba menerka apa yang pada sahabatnya itu. Gak mungkin sekali hanya dalam beberapa bulan gayanya berubah drastis, dan lagi Tiwi sempat mendengar kalau ayah Mina sempat menjalani operasi kanker hati.

Dorrr!

Siska sengaja mengangetkan Tiwi yang sedang bertopang dagu, dan cemberut. "Kenape lu?" tanya Siska dengan logat betawi.

"Lagi banyak pikiran!"

"Hah? Jangan bilang kamu terjerat pinjol!".ucap Siska dengan lantang, beberapa teman langsung menoleh ke arah keduanya. Tiwi hanya menunduk pasrah, lantas menampol lengan Siska dengan gemas. Seenaknya menuduh pinjal pinjol, warisan dari pihak ayah masih banyak juga, ngapain pinjol segala. Naudzubillah.

"Lu tuh gak pantes sedih kali, Wi. Biasanya nyablak juga."

"Ya kan ada kalanya aku sedih, Sis!"

"Sini biar gue naikin mood loh."

"Ngapain? Awas konyol?"

"Dijamin ketawa! Lu tahu gak, Wi, Waktu SD gue pernah jawab gini. Soal PPKN sih, lambang sila ke 4 pancasila adalah, kira-kura aku jawab apa ayo tebak?" sebuah pertanyaan yang bikin Tiwi berdecih kesal, temannya ini selalu saja punya cerita konyol.

"Apa?" balas Tiwi sedikit kesal.

"Kepala sekolah! Yang benarkan kepala banteng, duh gue pulang sekolah dijitak sama enyak gue! Ya mana gue tahu lah, otak gue waktu SD juga belum berkembang pesat."

"Berarti aku waktu SD gak sebego kamu, Sis. Cuma aku pernah sih, dikasih tahu ibu buat kasih koma antar kata, ya udah aku tulis koma bukan lambang koma!"

"Bego lu!" keduanya tertawa kompak, sejenak melupakan kecurigaan Mina.

Pulang kampus, Tiwi sengaja mengajak video call Mina, dan langsung diangkat! Tiwi dibuat melongo dengan kamar Mina, yang mewah sekali bahkan terlihat interior ranjangnya bukan untuk karyawan toko. Gila, Mina kerja apa sih sebenarnya?

"Kok bengong, Wi? Ada apa?"

"Kamu lagi di mana?" tanya Tiwi to the point, ia sudah tak perlu basa-basi, sahabat sudah menyimpang. Sebagai sahabat Tiwi harus mencegah biar gak bablas.

"Di apartemennya Bu Bos!" jawab Mina santai.

"Ngapain di ajak ke situ, Mina?" Tiwi sudah greget. Mina hanya tersenyum sembari menunduk.

"Kerjalah, apalagi!"

"Min, kerja apa sampai di bawah ke apartemen? Kamu gak?" Tiwi mau menebak dengan pikiran kotornya tapi urung, ia masih punya hati untuk tidak menghakimi sang sahabat.

"Ada apa?" Tiwi bingung jawab, dan Mina tahu tujuan Tiwi video call dirinya. Mina juga tak berniat menjelaskan via video call, ia akan menjelaskan dengan detail saat bertemu, tidak dalam waktu dekat ini karena dirinya saja belum siap.

"Aku cuma kangen kamu saja!"

"Yakin kangen? Bukan curiga ya?"

"Kok tahu sih?" Tiwi keceplosan, keduanya pun tertawa.

"Suatu hari aku akan cerita, dan kamu berhak untuk marah."

"Halal gak sih, Min?"

"Jadi karyawan toko ya halal, Wi!"

"Kalau pekerjaan sekarang?"

Mina terdiam.

"Aku cuma mau ingetin aja, Mina. Semua hal yang niatnya buruk gak akan berakhir baik."

"Aku tahu, Wi!"

"Apalagi demi uang!"

"Orang yang punya uang akan bilang seperti itu, tapi untuk orang yang tidak mampu, uang adalah tujuan utamanya, apalagi untuk sekedar makan."

"Mina!"

"Aku merasakan sendiri, Wi. Aku tumbuh dengan keterbatasan, untuk mewujudkan mimpi kita saja akau kalah duluan sama kalian. Kalian hanya memikirkan sekolah, tapi tidak untuk aku. Aku juga harus memikirkan soal uang, baru terkumpul sedikit orang tuaku meracau dengan sakitnya ayah. Kamu pasti dengar kan kabar ayahku?" tampak Tiwi mengangguk.

"Belum lagi Risma dipulangkan oleh Pak Sul, banyak beban pikiranku yang akhirnya memilih jalan ini."

"Jalan apa yang kamu maksud, Mina?"

"Sekarang aku menyesal sih, kenapa tidak menerima tawaran menikah dengan Pak Sul dulu. Andai saja aku menikah mungkin aku masih terhormat. Aku aja yang sok sok an bisa hidup di kakiku sendiri, nyatanya ego tinggi bisa menjerumuskan ku ke arah yang yah kamu bisa menebaknya!"

"Min, kamu jadi pelac*r?" tebak Tiwi sudah tak bisa menyembunyikan kecurigaannya.

"Pelacur sih enggak lah, Wi!"

"Terus?"

"Nanti!"

"Tolong, Min. Kita merantau demi pengalaman hidup yang bisa kita ceritakan di desa nanti. Biar anak perempuan bisa meniru kesuksesan kita."

"Iya aku tahu! Tapi jalan kita berbeda sedikit, Wi! Doain aku kuat saja!"

"Kamu ini kenapa sih, Min? Lembek banget sekarang!"

"Ya karena kerasnya hidup bikin aku selembek ini! Rasanya mengangkat kepala aku sudah gak kuat, cuma sekarang dipaksa untuk tetap hidup!"

"Aku gak ngerti dengan omongan kamu, Min. Kalau gak punya tempat tinggal, ke kosku aja deh. Daripada tinggal di apartemen mewah tapi gak baik."

"Iya nanti kalau aku sudah melambaikan tangan, mungkin aku akan kembali ke kamu!"

"Gila lama-lama aku dengerin omongan kamu!"

Mina tertawa, memang benar ya hanya Tiwi yang bisa membuat Mina senyaman ini. Ia bahkan lupa kapan ia tertawa sengakak ini. Sungguh dalam hati Mina tetap Tiwi yang membuatnya berpikir masih ada asa untuk kehidupan selanjutnya.

"Nay!" buru-buru Tiwi melapor ke Nayratih setelah panggilan video dengan Mina diputus oleh Mina.

"Wi, aku masih di lab!" ucap Nay bisik-bisik, sepertinya ia masih ada kelas atau apalah emang jurusan kedokteran super sibuk meski di semester pertama.

" Huh, gitu kok banyak yang berminat jadi dokter!" gumam Tiwi terpaksa menutup panggilan Nay.

Nay kapan kamu senggang sih. Ini mah kondisi gawat. Mina sudah menyimpang. Barusan aku video call dan kamu tahu? Dia berada di apartemen milik bosnya. Aneh banget gak sih? Sebaik apa bosnya sampai mengajak Mina ke apartemen mewah, aku yakin dia jadi augar daddy. Kalau udah gak sibuk balas cepat ya!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!