Seorang Presdir Perusahaan dikota Medan, dia pergi meninggalkan perusahaannya selama beberapa tahun lamanya, dia memilih untuk
mengasingkan diri disebuah Kuil.
Setelah beberapa tahun dia kembali dengan perubahan yang yang sangat besar, dia mampu menjadi Dokter Tradisional dan mampu seni bela diri.
Semoga para pembaca bisa terhibur dengan cerita ini. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeprism4n Laia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Marketing Delga Telaumbanua
Farel hanya menghela nafas panjang, dia menggelengkan kepalanya tak percaya dengan kenyataan yang terjadi dilapangan.
“Ini benar-benar merupakan pemerasan kepada masyarakat, ini tidak boleh dibiarkan” Gumam Farel dengan mengepalkan tinjunya dengan keras.
“Kalau saya boleh tau nama ibu siapa? Dan berapa Hektar tanah ibu yang dipergunakan dalam pembangunan poyek ini?” Lanjut Farel bertanya kepada wanita paruh baya yang ada dihadapannya saat ini.
“Namaku Beti Tarigan. Tanahku sudah dipakai 1,5 hektar dalam proyek ini” Ungkap bu Beti dengan sangat sedih, dia berharap akan ada bantuan dari Dewa Zeus untuk mengungkapkan kebenaran ini.
“Cihh.. B”debah kau! Kau masih belum mau pergi dari sini, baik kau akan tau akibatnya” Teriak Delga dengan sangat marah, dia merasa risih dengan keberadaan Farel ditempat ini karena sudah menanyakan tentang besaran ganti rugi kepada setipa warga.
Delga langsung mendekati Farel dan langsung melepaskan satu pukulan keras, pukulan itu terasa sangat mematikan karena kepalan tinju Delga sangat besar sebesar kepala bayi kecil.
“Whoos” suara angin pukulan Delga terdengar sangat jelas ditelinga.
Namun pukulan itu tidaklah mengenai sasarannya, karena Farel sudah lansung menghindar, yang mengakibatkan pukulan Delga kosong. Delga langsung tersungkur kedepan ketika pukulannya tidak mengena sasaran, namun sebelum dia jatuh terlalu jauh kedepan, dalam hitungan detik Farel langsung mengayunkan kaki kanannya, dan mengakibatkan suara “Boom”.
Kaki Farel mengena perut Delga yang membuat dia langsung tersungkur kesamping, dengan suara Gedebuk.
Delga terhempas ketanah dan dia mengerang kesakitan, dia memegangi perutanya yang sangat terasa sakit, dan dalam sekejab dia lansung memuntahkan d’rah segar dari mulutnya.
Delga mengerang ditenah bagaiakan udang rebus, dia lansung meraih ponselnya dan melakukan panggilan telepon.
“Kau harus membayar ini dengan nyawamu bocah!” Teriak Delga dengan masih memegangi perutnya yang terasa sangat sakit.
“Hallo bang! Aku dipukuli ditempat proyek bang, ada seorang anak ingusan yang melakukan pengeroyokan terhadapku, aku harap abang memberiku pembalasan” Ucapnya ketika sambungan telepon sudah berhasil dan dia memasang wajah yang sangat sulit diartikan.
“Siapa yang berani menindasmu di wilayah Kabanjahe ini! Apakah dia sudah bosen hidup” teriak orang tersebut diseberang telepon. “Ya sudah! Kau tunggu aku disana, dan ingat! Jangan kau biarkan dia pergi” Lanjutnya lagi.
“baik bang! Aku tunggu abang disini! Dan aku tidak biarkan dia pergi walau hanya selangkah saja” Jawab Delga dengan menganggukkan kepalanya.
Sambungan teleponpun terputus, dengan wajah bangganya Delga menatap Farel, kemudian dia mencibir.
“Kau akan tanggung akibatnya karena kau sudah berani memukulku, Aku Delga Telaumbanua tidak akan menerima penindasan seperti sekarang ini” Bentaknya dengan menggertakan giginya.
Beti Tarigan mendekati Farel yang masih terlihat santai ditempatnya, Beti kemudian berkata “Nak! Cepat kamu pergi dari sini sebelum teman-temannya datang, apalagi kalau ketua Preman itu datang, dia sangat bengis nak, dia membacok orang tanpa ampun”.
“Hemm.. ibu tidak perlu khawatir, saya bisa menjaga diri, sebaiknya ibu pergi saja dari sini, ini ada nomor telpon silahkan hubungi saja nomor itu, untuk mendapatkan ganti rugi yang pas” jawab Farel dengan santai, sambil dia menyodorkan kartu nama kepada Beti Tarigan.
“Nak! Kau jangan keras kepala, kau masih belum mengenal Jupe dan Liji, Preman dari Kota Gongsol yang sudah melalang buana didaerah Berastagi dan kabanjahe, cepatlah kau pergi sekarang” bujuk Beti Tarigan setelah dia mengambil Kartu Nama yang diberikan oleh Farel.
“Cuuiih,,, apakah kau punya kesempatan untuk kabur dari tempat ini! Kau jangan berharap pergi saja setelah kau menindasku, sekarang cepat kau berlutut dan patah kaki dan tanganmu! Maka kau kubiarkan hidup dan pergi dari tempat ini” Teriak Delga dengan penuh penekanan.
“Saya tidak akan pergi dari tempat ini, silahkan kau panggilkan dukunganmu itu dengan cepat, karena jangan sampai saya ngantuk untuk menunggu” Ejek Farel dengan senyuman meremehkan.
Kejadian barusan tidak Pak Juni ketahui, karena ketika dia berjalan mendekati Delga dan Farel dia mendapatkan telepon dari arah lain, karena ada sedikit insiden yang mengakibatkan beberapa orang masuk kerumah sakit. Sehingga dia tidak tau akan terjadi perdebatan yang berujung saling baku hantam.