Jodoh Untuk Azzam

    Pernikahan Nurman dan Lina di laksanakan hari ini karena mereka sama-sama terpandang jadi pernikahan mereka sangat mewah bagi orang di desa itu.

   Nurman adalah anak juragan Mulyo Nisa di bilang orang terkaya disana orangnya baik tapi tidak dengan istrinya.

   Sebenarnya dulu Zahra sempat tertarik dengan Nurman tapi ibu Nurman memarahi dan menghina Zahra habis-habisan makanya Zahra tidak mau berharap lebih sama Nurman.

   Zahra berangkat ke pernikahan bersama Azzam dan pak Sapto sampai di sana memang benar banyak makanan dan sangat ramai.

   Zahra dan Azzam lebih dulu memberi ucapan ke pengantin ke pelaminan.

   "Setelah ini jangan coba-coba merayu mas Nurman karena dia sudah jadi milikku seutuhnya"Kata Lina tepat ditelinga Zahra.

   Zahra dan Azzam sudah turun dari pelaminan mereka pergi mengambil makanan Azzam menyadari perubahan sikap Zahra setelah turun dari pelaminan.

    "Kamu kenapa Ra?"Tanya Azzam.

    "Aku nggak kenapa-kenapa mas"Jawab Zahra sambil tersenyum.

   "Makanlah yang banyak mumpung ada kalau buat beli pasti kamu nggak akan mampu"Hina ibunya Nurman tiba-tiba.

"Tenang saja kita kesini nggak tangan kosong kita bawa amplop dalamnya bisa bahkan lebih untuk membeli makanan ini"Tantang Azzam geram.

"Sombong banget orang miskin seperti kalian pasti hanya ingin makan"Ejek ibunya Nurman lagi.

"Zahra ayo kita"Ajak Azzam sambil menaruh makanan yang di pegang Zahra dan menariknya untuk pergi dari sana.

Azzam terus menarik tangan Zahra tanpa sadar tarikan Azzam terlalu kuat Al hasil zahra hampir terjatuh.

"Maaf maaf Zahra aku nggak sengaja"Pinta Azzam sambil menarik nafas panjang agar kemarahannya reda.

"Nggak apa-apa mas"Jawab Zahra sambil memegang tangannya yang sakit akibat Azzam terlalu kencang menariknya.

"Maaf Ra tanganmu sampai merah gara-gara aku, perempuan itu nggak seharusnya menghinamu cuma makanan seperti itu aja sampai menghinamu aku nggak terima"Kata Azzam dengan geram.

"Itu memang kenyataan mas kalau tidak ada hajatan orang kaya aku memang nggak bisa makan-makanan seperti itu"Kata Zahra.

"Tapi dia tidak berhak juga menghinamu Ra".

"Udah lah mas ayo kita lanjut pulang"Ajak Zahra sambil berjalan lagi.

Dalam hati Azzam tetap tidak rela kalau Zahra dihina apalagi di depannya.

Azzam semakin ingin mengajak Zahra dan pak Sapto ikut dengannya kembali ke jakarta.

Malam harinya Azzam sengaja ingin bicara pada pak Sapto masalah niatnya ingin mengajaknya dan Zahra pindah ke jakarta.

Pak Sapto menghela nafas panjang sebelum menjawab keinginan Azzam.

"Aku pastikan kehidupan kalian akan terjamin yah"Janji Azzam.

"Maaf nak Azzam ayah nggak bisa rumah dan desa ini sudah menjadi bagian dariku"Tolak pak Sapto halus.

"Tapi yah aku nggak akan tenang ninggalin kalian disini".

"Zahra ikutlah kemana suamimu pergi"Perintah pak Sapto.

"Nggak yah kalau ayah nggak ikut aku juga tidak ikut,aku nggak mau meninggalkan ayah sendirian di sini"Tolak Zahra.

"Sekarang Azzam adalah suamimu kamu harus menuruti perintah dan permintaannya,ayah nggak apa-apa di sini sendirian kalau ada apa-apa kalian bisa kesini".

"tapi yah".

"Zahra! Nak Azzam pasti mempunyai kehidupan di sana dan nggak bisa selamanya disini bagaimanapun caranya kalian sudah menikah dan pernikahan kalian sah menurut agama jadi ikutlah suamimu kemanapun".

Zahra tidak menjawab dia hanya menunduk dan meneteskan air mata.

"Kapan nak Azzam akan pulang?".

"rencananya seminggu lagi yah".

"Ayah titip Zahra ya jaga dia dengan baik jangan sakiti dia"Pinta pak Sapto.

"Aku janji yah akan jaga Zahra dengan baik".