NovelToon NovelToon
Kerudung Yang Tersimpan

Kerudung Yang Tersimpan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerudung Yang Tersimpan

"Aku di suruh om Carlos untuk membawa makanan, makanlah selagi masih hangat!" ujar Syakilah menaruh nampan yang berisi makanan di atas nakas, dia hendak kembali tapi panggilan Nuri menghentikan langkah nya. Syakilah menengok ke belakang.

"Ibu bisa minta tolong padamu?" Nuri mencoba bangun dan bersandar di kepala ranjang.

"Tolong besok kamu bisa kan mendampingi Zen operasi?" ujar Nuri berharap. Syakilah menatap ibu nya dalam.

"Baiklah jangan khawatir, aku sudah berjanji pada Zen jika aku akan menemaninya.

"Terima kasih" kata Nuri. Tak ada jawaban Syakilah berlalu dari kamar Nuri. Sepeninggal Syakilah Nuri menatap makanan yang tadi di bawah Syakilah tadi, Nuri hendak mengambil tapi sebuah tangan lebih dulu mengambil nampan itu di tangan nya.

"Aku suapin ya!" ujar Carlos duduk di tepi ranjang. Nuri mengangguk. Dengan telaten Carlos menyuapi Nuri.

Pagi ini Syakilah bersiap untuk pergi bertemu dengan Syamil dia membawa paper bag di tangan nya. Saat turun dari tangga dia berpapasan dengan Nuri dan Carlos yang berjalan ke ruang makan untuk sarapan, tubuh Nuri sudah lebih mendingan hanya tinggal rasa mual saja yang kadang tiba-tiba, karena asam lambungnya.

"Naomi, mau kemana?" tanya Carlos.

"Keluar, mungkin malam ini aku tak pulang ke rumah" jawab Syakilah, karena dia ingin menjaga Zen di rumah sakit. Carlos mengangguk.

"Ok, sebaiknya kita sarapan dulu sebelum kamu pergi" seru Carlos, Syakilah mengangguk. Mereka bertiga berkumpul di ruang makan dimana di atas meja sudah tersedia roti dan selai, juga susu. Mereka memang selalu sarapan dengan roti dan susu.

"Bagaimana keadaan ibu?" tanya Syakilah yang melihat wajah ibunya yang masih pucat, apalagi tanpa make up. Sebuah pertanyaan yang membuat hati Nuri bergetar bahagia.

"Baik, kamu mau ketemu Zen langsung?"

"Hem,, tapi aku mau ke taman dulu sebentar" jawab Syakilah di sela-sela menggigit roti.

"Honey, apa aku kirim pengawal untuk menjaga di rumah sakit?" tawar Carlos.

"Tidak perlu, aku sudah minta tolong dokter Camelia untuk mencari perawat yang bisa menjaga Zen sampai dia sembuh" jawab Nuri. Syakilah terpikir apakah operasi Zen ada hubungan nya dengan ibunya. Tapi Syakilah tak ingin bertanya pada ibu nya dia memilih acuh. Yang terpenting Zen sembuh itulah harapan Syakilah bagaimanapun Zen masih punya seorang adik yang harus menjalani pengobatan rutin.

"Aku pergi dulu, permisi" pamit Syakilah beranjak dari duduk nya tak lupa dia membawa paper bag yang di tangan nya.

Di taman kota Syamil duduk seraya menikmati waktu pagi di pulau ini, mungkin besok dia akan segera kembali ke negara asalnya dengan meninggalkan Syakilah juga kenangan yang mungkin akan selalu dia bawah.

"Maaf,kamu sudah lama?" tanya suara yang menghampirinya. Syamil melirik ke samping. Seulas senyum tersungging di bibir Syamil.

"Barusan" jawab Syamil seraya menggeser duduk nya, memberikan Syakilah tempat.

"Terima kasih" ujar Syakilah duduk di samping Syamil.

"Aku pikir kamu mengajak Arkan" kata Syakilah.

"Arkan sekolah" balas Syamil. Syakilah mengangguk.

"Ada sesuatu penting yang harus aku sampaikan" lanjut Syamil, Syakilah mencoba melihat ke arah Syamil.

"Apa?"

"Aku harus kembali pulang" lirih Syamil menunduk.

Deg'

Mendengar semua itu entah kenapa jantung Syakilah seolah berhenti berdetak, padahal dia sadar Syamil kesini memang hanyalah berlibur, dan kapan saja dia harus kembali pulang ke tempat nya. Dan dalam sudut hati Syakilah hadir perasaan lancang karena tak rela jika dia harus berpisah dengan sosok yang diam-diam di kagumi. Tapi kembali lagi bukan kah setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Mencoba untuk tersenyum dikala hati ingin menangis itu sangatlah sulit, sebisa mungkin Syakilah akan bersandiwara untuk baik-baik saja.

"Benarkah? kapan?" sebuah pertanyaan yang jawaban nya seolah tak ingin dia dengar.

"Syakilah, apa tidak bisakah kamu keluar dari pekerjaan mu?" bukan jawaban tapi sebuah pertanyaan yang Syamil sadar akan kelancangan nya. Syakilah terdiam sejenak.

"Maafkan aku yang-"

"Kenapa?" sela Syakilah bergetar.

"Apa kau tak mau berteman lagi dengan ku?" lirih Syakilah.

"Bukan Syakilah, justru aku menyayangimu, untuk itu aku ingin kamu keluar dari situ" balas Syamil menatap Syakilah dalam. Syakilah menggeleng. Andai saja Syamil tahu perjuangan nya untuk dia lari dari semua itu tapi semua sia-sia karena bagaimanapun ibunya tidak akan membiarkan nya.

"Kenapa? aku bisa bantu kamu cari pekerjaan yang halal" ujar Syamil.

"Jika hanya ini yang kamu bahas aku akan pergi" ujar Syakilah.

"Ini kerudung yang waktu itu, aku berjanji akan mengembalikan nya" kata Syakilah menyerah kan paper bag yang dia bawah pada Syamil. Syakilah beranjak, jujur saja dia tidak bisa bersandiwara lagi untuk baik-baik saja, genangan air mata sebisa dia bendung, dia ingin segera pergi dari hadapan Syamil.

"Tunggu Syakilah!" cegah Syamil, entah keberanian dari mana sampai Syamil memegang lengan Syakilah untuk menahan kepergian Syakilah. Syakilah tak lagi bisa membendung air matanya pun jatuh, Syamil membiarkan Syakilah menumpahkan semua air matanya dia hanya dapat menunggu sampai air mata itu kering.

"Pakailah ini!" Syamil mengulurkan sapu tangan miliknya yang di buat oleh ibunya yang ada rajutan inisial namanya (S).

"Terima kasih" ujar Syakilah mengambil saputangan dari Syamil. Hening sejenak, setelah dirasa emosi dalam dirinya mereda Syakilah mulai bercerita tentang kenyataan hidupnya.

"Hidup ku terlalu rumit, sebenarnya aku adalah anak kembar, saudaraku meninggal, ayahku pergi entah kemana sejak ibu mengandung, ibu menitipkan ku pada nenek dan kakek karena ibu ingin mencari keberadaan ayah di kota. Meski jauh dari kata cukup tapi aku bahagia hidup bersama dengan nenek dan kakek, aku didik sangat baik, bahkan kamu tahu aku dulu hafidz Al Qur'an, tapi sejak nenek meninggal saat usiaku 15 tahun, itulah awal kehidupan suram ku, ibu mengajak ku pindah kesini dan parahnya lagi aku tahu ibuku seorang germo dan aku di tuntut untuk bekerja menghibur para lelaki bejat itu, kau tahu aku berusaha untuk lari dari semua ini tapi ibuku selalu menemukan ku, jadi percuma, sejauh apa pun aku lari aku tak akan bisa lepas" lirih Syakilah.

"Kadang aku berdoa ini semua hanya mimpi dari tidurku, tapi kenyataan selalu menampar ku dan menyadarkan aku ini wanita pendosa" lanjut Syakilah tercekat.

"Untuk itu, aku tak pantas memakai kerudung ini" Syakilah menaruh paper bag di dekat Syamil.

"fa man tâba mim ba‘di dhulmihî wa ashlaḫa fa innallâha yatûbu ‘alaîh, innallâha ghafûrur raḫîm. Maka, siapa yang bertobat setelah melakukan kezaliman dan memperbaiki diri, sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Q.S. Almaida;39"

"Aku berjanji akan membantumu untuk lepas dari jerat ibumu"

"Jangan membual Syamil sedangkan kau akan kembali" Syakilah tersenyum kecut. Sedangkan Syamil menatap dalam Syakilah.

"Aku serius Syakilah!" tekan Syamil.

"Jika aku berhasil tolong hidup lah lebih baik" lanjut Syamil. Syakilah menunduk, bisakah dia berharap pada Syamil?

"Dan barang yang sudah ku berikan haram bagiku menerima nya kembali" ujar Syamil mengembalikan paper bag itu pada Syakilah.

"Anggap saja sebagai kenangan dari ku, jika aku berhasil melepaskan mu apakah kau bersedia berhijrah?" sebuah pertanyaan yang membuat Syakilah mamang.

"Aku yakin hatimu seperti namamu dan-" Syamil menarik nafas panjang.

"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" lanjut Syamil sebelum dia beranjak meninggalkan Syakilah. Syakilah menatap kepergian Syamil sampai menghilang dari pandangan nya. Syakilah mengambil kerudung yang ada di dalam paper bag.

"Aku akan menyimpan kerudung ini, seperti cintaku padamu" lirih Syakilah.

1
Lita
baca ah...
Lia siti marlia
masih nyimak
Adiba Shakila Atmarini
kisahx menarik..lnjut up thor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!