NovelToon NovelToon
5 Hari Sebelum Aku Koma

5 Hari Sebelum Aku Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Romantis / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Suami Hantu
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maylani NR

5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________

"Celine, kau baik-baik saja?"

"Dia hilang ingatan!"

"Kasian, dia sangat depresi."

"Dia sering berhalusinasi."
__________________

Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.

Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?

Aku harus menguak misteri ini!
___________________

Genre : Horror/Misteri, Romance

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbangun dari koma

Pip ... Pip ... Pip ...

Suara monoton dari alat Holter rumah sakit di kesunyian malam. Ruang perawatan intensif itu sunyi, hanya diisi oleh alat dentingan medis dan napas berat seorang wanita yang terbaring koma. Dalam bayang-bayang lampu remang, tubuhnya tampak begitu rapuh, terselimuti selimut putih yang hanya menyisakan wajahnya.

Di salah satu sudut ruangan, seorang suster muda sedang duduk, memerhatikan layar monitor dengan pemandangan yang mulai kabur. Mata yang sudah setengah terpejam kembali terbuka perlahan saat ia mendengar suara khas itu lagi.

Pip ... Pip ... Pip ...

"Hoaaammm … aku mengantuk," gumam suster itu sambil menguap lebar. Ia melirik sekilas ke jam tangan di pergelangan tangan kanannya. "Eeeh? Pukul setengah satu malam, pantas saja aku mengantuk."

Ia mendekatkan sweater nya yang tipis, mencoba menghalau dingin yang menggigit. Pandangannya beralih ke mesin kopi kecil di pantry yang baru saja terlintas di pikiran. "Apa mungkin aku ke pantry saja ya? Sepertinya segelas kopi bisa menghilangkan rasa kantukku. Baiklah, aku akan pergi!"

Dengan langkah tergesa-gesa dan tanpa banyak berpikir, suster itu meninggalkan ruangan. Pintu tertutup perlahan di belakangnya, menyisakan ketenangan yang lebih pekat.

Namun, sesaat setelah dia pergi, suasana di ruangan itu berubah. Lampu yang sebelumnya stabil mulai berkedip-kedip. Suara mesin Holter berubah tidak teratur.

Pip… Pip… Piiip…

Bayangan samar melintas di sudut ruangan, seolah ada yang bergerak di balik tirai putih. Sang pasien yang koma, wajahnya yang pucat tiba-tiba menunjukkan ekspresi aneh—kelopak matanya bergerak, seperti berusaha membuka.

.......

.......

.......

Pip ... Pip ... Pip ...

Ritme monoton dari alat Holter jantung kembali memecah kesunyian. Tapi malam itu, kesunyian tak lagi biasa. Suara-suara aneh mulai bergema di ruangan.

"Celine."

"Celine."

"Bangun!"

Suaranya terdengar lembut, tapi tegas. Menggema di sudut-sudut ruangan tanpa sumber yang jelas. Tidak ada seorang pun di sana, selain tubuh pasien yang terbaring diam.

Pip ... Pip ... Pip ...

"Celine."

Wanita itu, yang seharusnya tak sadarkan diri, tiba-tiba seolah merasa ada yang menariknya keluar dari kegelapan.

"Siapa?" suaranya terpantul di ingatannya sendiri. "Siapa yang memanggilku terus menerus?"

Lalu, sesuatu terjadi. Jari-jemarinya yang dingin mulai bergerak perlahan. Seperti daun yang terbawa angin, jemarinya bergetar, nyaris tak terlihat. Kemudian, kedua matanya perlahan terbuka, sayup-sayup menatap ke langit-langit ruangan.

"Aku di mana?" bisiknya lemah, hampir tanpa suara. Pandangannya kabur, hanya menangkap warna putih yang menyilaukan dari lampu di atas.

"Apa yang sebenarnya terjadi denganku?" pikirnya lagi, tenggelam dalam kebingungan.

Hening.

Drrrrk!

Drrrrk!

Suara aneh itu memecah kesunyian.

"Ng?"

Drrrrk!

Ia menoleh, meskipun terasa berat. Di sudut ruangan, sebuah kursi yang sebelumnya diam tertata rapi di sudut dinding, kini bergerak perlahan. Kursi itu, seolah digerakkan oleh kekuatan yang tak terlihat, terus meluncur maju, mendekatinya.

Drrrrk!

Kursi itu berhenti tepat di sisi kasurnya. Ia mendengus, menahan napas. "Kursi nya bergerak?"

...****************...

7 hari telah berlalu, di sebuah Apartemen sederhana, pukul 06:00 pagi.

Kririririring! Kririririring!

Suara jam weker memecah keheningan pagi, bergema di dalam ruangan kecil yang hanya ditempati oleh seorang wanita muda. Di atas ranjang, Celine, seorang wanita dengan rambut hitam panjang yang terurai, terlihat di bawah selimut tebal. Matanya masih terpejam rapat, tetapi alisnya mulai berkerut, tanda bahwa ia merasa terganggu oleh suara tersebut.

"Hng?"

Klak!

Dengan gerakan refleksif, tangan yang putih mulus terulur untuk mematikan jam weker di atas meja kecil, di samping tempat tidur. Suasana kembali sunyi, hanya diiringi desahan panjang dari bibir Celine.

"Hahhh..." helanya, seperti beban dunia berada di pundaknya pagi ini.

Ia duduk perlahan di tepi kasur, rambut yang kusut jatuh menutupi wajahnya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia berbicara sendiri, mencoba mengumpulkan energi yang hilang.

"Semangat, Celine! Hidup ini keras. Kalau kau tidak bekerja hari ini, maka hidupmu akan berakhir sampai di sini," gumamnya pelan, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri.

Langkah kakinya terdengar pelan menyentuh lantai apartemen yang dingin.

Tap ...tap ...tap!

Celine berjalan menuju kamar mandi, membuka pintu dengan sedikit dorongan malas.

Klak!

Pintu kamar mandi terbuka, dan langsung tertutup kembali setelah ia masuk.

Blam!

Beberapa detik kemudian, suara khas air mengalir mulai terdengar.

Kieet! Kieet! Kieet!

Zaaaassssss!

Shower mulai mengalir, membawa kesegaran di pagi hari yang enggan ia jalani. Di balik pintu kamar mandi, Celine berdiri di bawah aliran air, mencoba membasuh rasa lelah yang membelenggu tubuh dan pikiran.

Seperti rutinitas sebelumnya, pagi ini adalah awal dari aktivitas nya. Meski monoton, ia tahu tak ada pilihan lain selain bertahan.

.......

.......

.......

Nama ku Celine, usia ku 25 tahun.

Aku adalah seorang wanita karir yang hidup sendiri di sebuah Apartemen sederhana.

Kedua orang tua ku sudah meninggal dunia sejak aku lulus kuliah, dan aku adalah anak tunggal di keluarga ku, jadi tidak ada lagi saudara yang aku miliki.

7 hari yang lalu aku mengalami koma karena insiden kecelakaan, syukurnya aku masih hidup dan masih bisa bekerja seperti biasanya.

Tapi, anehnya ada beberapa ingatan yang tidak bisa ku ingat, seperti kejadian sebelum kecelakaan, dan beberapa kejadian penting lain nya.

Dokter mengatakan ingatan ku akan berangsur-angsur pulih, tapi butuh proses, dan itu bukanlah waktu yang singkat, jadi selama ingatanku hilang, Dokter menyarankan kepada ku agar aku tidak telat meminum obat ku, dan sering-sering berolahraga.

Apa berolahraga sangat berpengaruh?

Hemm ... entahlah, mungkin saja.

.......

.......

.......

20 menit berlalu sejak suara shower memenuhi kamar mandi. Celine kini berdiri di depan cermin kecil yang tergantung di dinding kamar mandinya. Kulitnya yang putih tampak sedikit menggigil, dan rambut hitamnya yang basah meneteskan air hingga ke lantai. Ia segera meraih handuk, melilitkannya dengan cepat ke tubuhnya yang mungil. 

"Brrr ... dingin sekali. Aku benci mandi pagi," keluhnya sambil menggosok lengannya untuk mengusir rasa dingin. 

Klak!

Ia membuka pintu kamar mandi dan melangkah keluar, membiarkan udara hangat apartemennya menyambutnya. Namun, langkahnya terhenti ketika hidungnya menangkap sesuatu yang aneh. 

"Hmm? Aroma roti bakar?" gumamnya sambil mengerutkan dahi. 

Penasaran, ia mengikuti aroma itu, berjalan menuju dapur yang berada di sudut apartemen kecilnya. Namun, ketika ia sampai, tidak ada apa pun yang terlihat. Meja dapur kosong, tidak ada alat pemanggang yang menyala, dan tentu saja, tidak ada roti. 

"Tidak ada apa-apa di sini, tapi kenapa aku mencium aroma roti bakar ya?" pikirnya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. 

Tiba-tiba, suara halus kursi yang digeser terdengar dari arah ruang makan. 

Drrrk!

Celine tersentak, matanya melebar. Ia memalingkan pandangannya ke arah ruang makan, di mana suara itu berasal. 

"Ah?" bisiknya, setengah bingung dan setengah waspada. 

Suasana mendadak terasa mencekam. Perasaan tidak nyaman menyelimuti dirinya, membuat bulu kuduknya meremang. 

"Sepertinya tadi aku mendengar sesuatu dari ruang makan. Apakah ada seseorang yang menyelinap masuk?" gumamnya dengan suara bergetar. 

Ketakutan mulai merayapi pikirannya, tetapi rasa penasaran mengalahkan segalanya. Celine melangkah perlahan menuju ruang makan. Namun, kali ini ia membawa alat Sapu di tangan kanan nya. Benda ini ia bawa untuk jaga-jaga, semisalnya ada hal buruk yang tidak ia inginkan terjadi.

Tap! Tap!

Celine berjalan dengan perlahan. Hatinya berdebar kencang, dan genggamannya pada gagang sapu semakin erat. Ia melirik ke arah meja makan yang tampak rapi dalam pencahayaan pagi. Namun, pemandangan yang ia lihat membuat tubuhnya terhenti.

Di atas meja, terdapat sepiring roti bakar yang menguarkan aroma menggoda dan segelas susu hangat yang terlihat masih mengepul.

"Hah? Roti bakar dan segelas susu? Sejak kapan makanan ini ada di sini?" tanyanya pada dirinya sendiri dengan nada setengah berbisik.

Ia menatap makanan itu dengan bingung bercampur rasa tidak percaya, kepalanya mulai memutar kembali kejadian pagi ini. Tidak ada yang menyentuh dapur, apalagi menyiapkan makanan seperti ini. Seingatnya, sejak bangun tidur hingga mandi, ia belum menyentuh peralatan dapur.

"Bagaimana bisa? Apakah ada seseorang yang masuk ke apartemenku saat aku mandi?"

Kecurigaan menyimpulkan dalam pikirannya. Namun, logikanya menolak kemungkinan tersebut.

"Tapi mana mungkin... pintu apartemenku selalu terkunci. Yang punya kunci cadangan hanya Sovia, teman masa kecilku. Apa mungkin Sovia?"

Nama Sovia mengalir di pikiran seperti seberkas kecil di tengah kebingungan. Tapi, kalaupun itu Sovia, kenapa tidak ada suara langkah atau sapaan seperti biasanya?

"Akan ku tanyakan!"

Rasa penasaran semakin mendesaknya untuk mencari jawaban. Tanpa ragu, Celine berbalik dan berjalan menuju kamar tidurnya. Langkahnya kali ini lebih cepat, dan sapu yang tadi ia genggam kini ia tinggalkan begitu saja di ruang makan.

.......

.......

.......

Celine meraih ponselnya dengan raut wajah penuh tekad. Jarinya dengan cepat menekan nomor Sovia, teman masa kecil yang selama ini menjadi satu-satunya orang yang memiliki akses ke apartemennya.

Pip pip pip!

Suara sambungan telepon terdengar.

Tuuuuuut ... Tuuuuuut!

Hingga akhirnya...

Klak!

"Halo?"

Suara Sovia yang baru bangun tidur terdengar dari seberang telepon.

"Halo Sovia, ah maaf pagi-pagi begini aku mengganggumu. Aku cuma mau tanya, apakah tadi kamu datang ke apartemenku?" tanya Celine dengan nada setengah ragu.

"Apa?" Sovia terdengar bingung.

"Yaaa... hahaha, aku cuma ingin mengucapkan terima kasih, karena kamu sampai repot-repot membuatkan aku roti bakar dan susu hangat pagi-pagi sekali. Seharusnya kau tidak perlu melakukan hal seperti itu untukku. Kamu tahu kan, aku bisa melakukannya sendiri. Tapi bukan berarti aku tidak berterima kasih! Aku sangat menghargai kunjunganmu, Sovia," jelas Celine dengan tawa gugup.

Sejenak, keheningan melingkupi percakapan mereka sebelum Sovia menjawab.

"Apa yang sedang kamu bicarakan, Celine? Aku tidak mengerti."

"Eh? Tadi kamu ke apartemenku, kan? Membuatkan aku sarapan pagi?"

"Kau ini bodoh ya? Aku baru saja bangun tidur. Teleponmu ini yang membangunkan ku," jawab Sovia dengan nada kesal.

"Apa?"

Celine terdiam. Keyakinannya bahwa Sovia adalah orang di balik kehadiran sarapan itu langsung runtuh. Dadanya terasa berat, dan udara di sekitarnya tiba-tiba terasa dingin. Ketakutan yang semula terpendam mulai menjalar perlahan.

"Hei, Celine? Apa sudah selesai? Kalau tidak ada yang penting, aku ingin lanjut tidur," kata Sovia dengan nada lelah.

Namun, Celine tidak menjawab.

"...Celine? Hei, jawab aku!"

Pip!

Tanpa sengaja, Celine menekan tombol untuk mengakhiri panggilan. Ponsel itu jatuh dari tangannya ke atas meja. Ia membeku di tempat, pikirannya dipenuhi dengan berbagai skenario mengerikan.

"Jadi ... siapa yang membuatnya?" bisiknya, suaranya hampir tak terdengar.

Di apartemennya yang sepi, hanya suara detak jam yang menemani kegelisahannya. Perasaan tak nyaman menjalar semakin dalam, seperti ada sesuatu, atau seseorang ... yang diam-diam mengawasinya.

...Bersambung ......

1
Ulfa Ariani
good Briyon 👌🏻🔥
Maylani NR: niceeee 😌
total 1 replies
Ulfa Ariani
iri aja, Briyon juga udah profesional kelezzzz
Maylani NR: bener udah profesional gitu juga 😑
total 1 replies
Nanda Sari
maaf ya reina, briyon udah punya Celine:)
Maylani NR: bener udah ada yg punya 😌
total 1 replies
Syelina Putri
nah bagus briyon ajak istri mu makan bareng. 😤
Maylani NR: bener biar Reina tau ya. 😌
total 1 replies
ball
lanjutin aja Briyon biar dia kaget -______-
Maylani NR: ahahaha 🤭 bener
total 1 replies
ball
maaf ya mba Reina dia suami orang. 😑
Maylani NR: benerrrr 😒
total 1 replies
Gebi Simamora
jgn tarik tarik Briyon heh sana cewek lenjeh /Grimace/
Maylani NR: iya ga tau apa udah ada yg punya 😔
total 1 replies
Gebi Simamora
gak enak juga ya kalau harus nutupin, gak bisa bareng-bareng 🥺
Maylani NR: iya, kasian mereka 😔
total 1 replies
Acil Supriadi
hadewwwwhhh kasian Celine
Maylani NR: kasian Celine 🥺🥺🥺
total 1 replies
Acil Supriadi
belum apa-apa udah cemburu😒 situ siapa ya?
Maylani NR: tau tuh 😑😑😑
total 1 replies
Acil Supriadi
wahhh Reina suka Briyon nih kaya nya 😔
Maylani NR: emang 😔
total 1 replies
Ellana_michelle
Noooo😭
Maylani NR: /Sob/ huhuhu kasian udah nenek nenek
total 1 replies
Tania Laras
aku jadi Celine sakit hati/Cry/
Maylani NR: pasti sakit 🥺
total 1 replies
Syelina Putri
tanda tanda tukang tikung
Maylani NR: hahaha iya bener 😔
total 1 replies
Sasa Bella
iya si devid kek nya posesif+ obsesi bgt sama Celine 😒
Maylani NR: iya banget 😒
total 1 replies
Sasa Bella
terus aja nyari alasan 🗿
Maylani NR: hooh 😒😒😒
total 1 replies
Tania Laras
apaan si devid uler banget
Maylani NR: iya laki kaya uler 😒
total 1 replies
AmSi
bermuka dua/Speechless/
Maylani NR: bener 😒
total 1 replies
ball
gak tau kenapa ya, kesel bgt sama si devid
Maylani NR: sama 😔
total 1 replies
Gebi Simamora
ngeles mulu kaya bajai si reina/Right Bah!/
Maylani NR: bajai aja gak ngeles 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!