Jatuh cinta pada pandangan pertama ? siapa yang percaya ?
Ziva bersyukur bisa terlepas dari mantan toxicnya atas bantuan Arshaka, tapi suatu ketika karena mantan toxicnya juga hubungan yang sedang mereka jalin harus berakhir.
Setelah kejadian buruk itu Ziva jadi trauma berat. Dan semakin berat pula hidupnya karena hubungannya dengan Arshaka berakhir di waktu yang sama.
Satu tahun terlewati tanpa saling berkomunikasi, mereka tidak sengaja di pertemukan lagi.
Akankah cinta yang selama ini Ziva jaga dan tertanam untuk Arshaka harus dia perjuangkan atau harus dia relakan ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyiem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17.
“Ck, pendendam” sindir Ziva membuat langkah pria itu terhenti
Ziva terkekeh melihat wajah kesal pria itu, hingga kini pria itu sudah berdiri di depannya.
“Siapa yang pendendam ?” ketus Arshaka
“Orang, pak”
“Hem, kayanya ada yang kangen aku panggil sayang” goda Arshaka
“G-Gak begitu”
“Terus ?”
“Ya masa disini manggil kakak juga, bisa heboh nanti beritanya”
“Lebih hebohan mana sama kamu aku panggil sayang ? hem ?”
“Astaga ya tuhan.. pak, ingat loh sama pacar”
“Ingat, ingat banget malah”
“Ya kenapa bapak begini ? jangan-jangan bapak ini buaya ya ?” seru Ziva memicingkan matanya
Baru saja tangan Arshaka menggantung, bersiap untuk mengetuk kening Ziva, Ziva sudah lebih cepat menutupi keningnya dengan kedua tangannya.
Arshaka tersenyum tipis, “jangan sembarangan ngomongnya”
“Hem”
“Mau jalan ?”
“Jalan ke mana ?”
“Ya ke mana aja, yang penting sama kamu”
“Maaf pak, gak bisa”
“Oh, mau jalan sama yang disana ya ?”
“Gak”
“Pakai ditutupin segala”
“Beneran, aku mau jalan sama Bia”
“Mau ke mana ?”
“Mau ngumpul sama teman-teman”
“Ada cowoknya ?”
“Emang sisanya cowok”
“Ck, aku ikut”
“Enak aja, mana bisa”
“Bisalah”
“Gak bisa, pak”
“Hem, awas ya selingkuh”
Ziva terkekeh, “ini selingkuhannya” tunjuk Ziva dengan dagunya pada Arshaka
“Kamu gak ada niatan mau jadiin aku pacar kamu gitu ?”
“Eh ?”
Ziva terdiam, tatapan Arshaka terlihat begitu dalam dan serius akan ucapannya.
“Eh ada pak Shaka” celetuk Bianca yang baru keluar dari loker wanita
“Kalian mau ke mana ?” kali ini pertanyaan itu tertuju pada Bianca
“Mau maiinnnn” jawabnya tersenyum ceria
“Ke mana ?”
“Ke rumah teman”
“Cowok ?”
“Iya, pak”
“Berapa orang ?”
“Berlima kita, kenapa pak ?”
“Saya mau ikut”
“Omaigat mana bisa bapak”
“Kenapa gak bisa ?” gerutu Arshaka
“Karena bapak bukan circle kita”
Bianca terkekeh sembari menarik tangan Ziva kabur sebelum mendapat amukan Arshaka.
..
Sedari tadi Bianca terus tersenyum menatap Ziva yang berjalan disampingnya.
“Kenapa sih ?” risih sekali Ziva
“Kalian udah jadian ya ?”
“Sembarangan”
“Tapi pak Shaka protektif banget Zi, apa lagi pas dia nanya teman kita itu cowok, kelihatan banget tau auranya”
“Aura kasih ?”
“Haish ini anak bercanda mulu”
“Jangan mikir kejauhan, gue gak ada hubungan kaya yang lo bayangin itu”
“Ck.. eh terus si kikil gimana Zi ?”
“Menurut lo gimana ? pakai cara apa lagi biar dia mau gue putusin ?”
Bianca terdiam, nampak memikirkan cara agar temannya itu bisa putus dengan pria toxic.
“Ah gue tau Zi !”
“Jangan yang aneh-aneh”
“Ck, dengarin dulu makanya”
“Apa ?”
“Lo jadian aja sama pak Shaka”
“Kan udah gue bilang jangan aneh-aneh”
“Lo yang aneh ! masa gak tertarik sama spek pangeran berkuda gitu”
Ziva tidak menjawab apapun. Bohong jika dia sama sekali tidak tertarik pada Arshaka, terlebih setelah kejadian kemarin.
Namun untuk mengatakan jika dia menyukainya pun masih belum tepat. Mereka baru kenal satu hari, Ziva tidak ingin terburu-buru memutuskan kata hatinya.
..
Keduanya tiba di rumah Kenny. Seperti biasa, keduanya mendapat sambutan hangat dari mama Kenny.
“Aduh aduh anak-anak tante ke mana aja ? jadi jarang kesini nih” ucapnya menyambut kedatangan Ziva dan Bianca
“Kita lupa kasih tau tante kalau sekarang lagi masa magang, maaf ya tan” seru Ziva
“Iya tan, mana capek banget lagi ngurusinnya, aku gak kebayang bakal secapek apa kehidupan di dunia manajemen itu” seru Bianca mengeluh
“Tante percaya kok kalian kuat menjalaninya”
“Makasih tan”
Setelahnya, Ziva dan Bianca langsung pamit menuju ruang studionya yang berada di lantai atas.