Reynard Fernando, seorang CEO sukses yang lumpuh, menikahi Caitlin Revelton, gadis ceria dan penuh semangat yang dikenal tak pernah mau kalah dalam perdebatan. Meskipun Caitlin tidak bisa membaca dan menulis, ia memiliki ingatan yang luar biasa. Pernikahan mereka dimulai tanpa cinta, hanya sekadar kesepakatan.
Namun, apakah hubungan yang dimulai tanpa cinta ini dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih mendalam? Atau, mereka akan terjebak dalam pernikahan yang dingin dan hampa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Reynard dan Nico semakin penasaran setelah mendengar jawaban dari Caitlin. Wajah Reynard tegang, dahinya berkerut tajam, menunjukkan betapa seriusnya situasi ini. Dia menatap istrinya dengan penuh harap, seolah menunggu jawaban yang lebih jelas.
"Bagaimana kamu bisa tahu soal ini?" tanyanya dengan nada rendah, namun penuh dengan tekanan.
Caitlin, yang awalnya berdiri agak jauh dari suaminya, melangkah maju dengan tenang.
"Kenapa kamu ingin tahu? Apakah kamu ingin membungkam mulutku?" Caitlin mendekatkan wajahnya.
"Caitlin," panggilnya pelan, "Aku dan paman selalu berbeda pendapat. Kamu juga sudah tahu hari ini. Dia membohongimu dengan dokumen itu. Hanya karena dia ingin menyingkirkan aku. Jadi, aku dan dia tidak pernah sejalan," jelas Reynard, suaranya terdengar lebih tenang.
Caitlin memiringkan kepalanya sedikit, menandakan bahwa dia mendengar namun belum sepenuhnya puas dengan penjelasan itu. "Baiklah, aku percaya katamu," ucapnya dengan sedikit ragu. Ia melipat tangannya di dada, "Setengah tahun yang lalu, aku melihat kecelakaan mobil yang terjadi di suatu tempat. Saat aku menghampiri lokasi itu, aku melihat seorang pria... pamanmu. Dia berada di dalam mobil dan tersenyum. Dan aku yakin dia adalah pelakunya," ungkap Caitlin dengan nada tegas namun tenang.
Reynard menegang mendengar pengakuan itu, jantungnya terasa berdegup lebih cepat. "Kamu ada di lokasi? Apa yang terjadi pada orang di dalam mobil itu?" tanyanya dengan mata terbelalak.
"Iya," Caitlin mengangguk pelan, mengingat kembali kejadian itu. "Aku yang menarik mereka keluar dan memanggil ambulans. Setelah itu, aku pulang karena ditelepon paman. Aku tidak tahu bagaimana nasib dua pria itu setelahnya. Aku tidak bisa ke sana lagi karena tidak diizinkan paman untuk keluar rumah saat itu," jawab Caitlin.
Reynard menggenggam tangannya kuat, menunduk sejenak sebelum kembali menatap Caitlin. "Ternyata kamu orang yang aku cari," ucap Reynard, suaranya terdengar lirih, nyaris seperti bisikan.
"Mencariku? Untuk apa?" tanya Caitlin bingung, matanya mengerut.
Reynard mengangkat wajahnya perlahan, menatap langsung ke dalam mata istrinya. "Aku adalah orang yang kamu selamatkan dari kecelakaan itu," jawabnya dengan tegas.
Caitlin membeku, mulutnya terbuka sedikit, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia perlahan mendekatkan wajahnya ke suaminya, mencoba mencari kebenaran di matanya. "Kamu adalah orang itu? Pantas saja sejak awal aku merasa seperti pernah melihatmu. Rupanya kamu adalah dia. Apakah karena kecelakaan itu kamu menjadi lumpuh?" tanya Caitlin dengan nada penuh kekagetan.
Reynard tersenyum tipis, meski matanya tidak bisa menyembunyikan rasa sakit yang masih ia rasakan. "Benar! Tapi setidaknya nyawaku berhasil diselamatkan. Hanya beberapa menit, kalau terlambat, aku pasti sudah mati," jawabnya sambil menahan emosi yang timbul.
Caitlin terdiam sejenak, berpikir keras. "Bukankah ada dua orang? Mana supirmu?" tanyanya, mencoba mengingat detail kecelakaan itu.
"Dia terluka cukup parah," Reynard menarik napas dalam. "Dan dia hanya bisa berhenti kerja dan kembali ke desanya," jelasnya sambil memalingkan pandangan.
"Dan kamu tidak pernah tahu niat pamanmu selama ini?" Caitlin mendesak, suaranya kini penuh kecurigaan.
"Tentu saja aku tahu, Hanya saja aku tidak punya bukti. Lokasi kejadian tidak ada kamera CCTV. Polisi juga tidak menemukan bukti. Tanpa saksi dan bukti kuat, aku hanya bisa pasrah. Tapi itu tidak berarti aku menyerah."
"Kita laporkan saja dia ke polisi. Aku bisa menjadi saksinya," ujar Caitlin dengan penuh tekad, mendekat ke suaminya.
Reynard menggenggam tangan Caitlin erat, lalu menggeleng pelan. "Tidak bisa! Aku tidak ingin dia tahu bahwa kamu ada di lokasi saat itu," katanya dengan nada tegas.
"Kenapa? Kita bisa menangkapnya!" seru Caitlin, bingung.
Reynard menatap Caitlin dalam-dalam, suaranya rendah dan penuh peringatan. "Berjanji padaku, jangan pernah mengatakan bahwa kamu adalah saksinya. Kamu mengerti?"
"Aneh sekali." Caitlin berbalik, melangkah perlahan menuju pintu dengan ekspresi yang sulit ditebak. Namun sebelum keluar, ia menghentikan langkahnya dan menoleh kembali ke arah suaminya. "Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan selama ini," ucapnya dengan nada serius, tatapannya penuh dengan rasa ingin tahu yang mendalam.
seru nih