NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:506
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rahasia penculikan

Hiroshi mengikuti Calista menyusuri koridor yang panjang dan megah, hingga akhirnya mereka tiba di pintu besar yang mengarah ke perpustakaan.

Pintu itu terbuka dengan bunyi berderit, memperlihatkan ruang yang luas dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi. Aroma kertas tua dan debu menyelimuti udara, menciptakan suasana yang damai.

“Di sini adalah tempat banyak pengetahuan disimpan,” ujar Calista sambil tersenyum.

“Tunggu sebentar, aku perlu melaporkan beberapa kejadian kepada atasanku.”

Hiroshi mengangguk, merasa sedikit canggung. Calista pergi meninggalkannya, dan dia merasa seolah-olah berada di dunia lain. Tempat ini sepi, mungkin murid-murid lain sedang sibuk belajar di kelas-kelas.

Sambil menunggu, Hiroshi berjalan perlahan di antara rak-rak buku. Dia melihat banyak judul yang tidak dikenalnya, sebagian besar tertulis dalam huruf yang tampak asing baginya. Dengan rasa penasaran, dia mulai memeriksa beberapa buku, tetapi kebanyakan tulisan itu sulit dimengerti.

Kemudian, di sudut ruangan, dia menemukan sebuah ruangan kecil yang tampak berbeda dari bagian perpustakaan lainnya. Ruangan itu tua dan berdebu, dengan rak-rak kayu yang tampaknya tidak pernah tersentuh selama bertahun-tahun.

Dia merasakan aura misterius di tempat itu, dan jantungnya berdegup kencang saat melihat sebuah buku yang menarik perhatiannya.

Di atas meja, sebuah buku dengan sampul yang jelas tertulis dalam bahasa Jepang tergeletak.

“Ini…?”

pikir Hiroshi, merasa tertegun. Meskipun dia tidak bisa membaca tulisan di buku-buku lainnya, buku ini memancarkan daya tarik yang kuat.

 Hiroshi meraih buku itu, namun saat jarinya menyentuh permukaan sampulnya, dia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Calista muncul, terlihat sedikit terkejut melihat Hiroshi memegang buku tersebut.

“Hiroshi! Tunggu, jangan ambil buku itu!” teriak Calista, cepat menghampiri.

Hiroshi terhenti, melihatnya dengan bingung. “Kenapa? Apakah ada yang salah dengan buku ini?”

Calista menarik napas dalam-dalam, kemudian menjelaskan, “Buku itu sangat tua dan tidak ada yang bisa membacanya. Itulah sebabnya buku ini diletakkan di tempat yang tidak penting. Banyak yang percaya bahwa itu adalah buku terlarang atau hilang.”

Hiroshi menatap buku itu dengan rasa ingin tahu yang mendalam. “Tapi… kenapa ada buku berbahasa Jepang di sini?” tanyanya, mengabaikan peringatan Calista.

“Ah, mungkin itu sisa dari zaman dahulu kala, ketika banyak pengetahuan dari berbagai budaya masuk ke kerajaan ini. Namun, siapa pun yang mencoba membaca atau mempelajari buku ini tidak pernah berhasil,” jawab Calista, menatap buku itu dengan nada khawatir.

“Hati-hati, Hiroshi. Ada alasan mengapa buku ini terlupakan.”

mengabaikan peringatan Calista yang baru saja muncul di belakangnya. Saat dia membuka buku tersebut, sebuah cahaya lembut menyinari wajahnya.

Kata-kata di halaman itu tampak mengalir dengan lancar, dan untuk keheranannya, Hiroshi menyadari bahwa dia dapat memahami semua yang tertulis di dalamnya.

“Ini… bahasa Jepang!” serunya, terpesona.

Calista tertegun, matanya membesar saat mendengar kata-kata Hiroshi. “Apa? Kamu bisa membaca buku itu?” tanyanya, suara penuh kekhawatiran dan ketidakpercayaan.

“Iya! Aku bisa mengerti setiap kata di sini,” jawab Hiroshi, menunjukkan halaman-halaman yang dipenuhi tulisan yang tidak biasa ini. “Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, tapi… ini adalah bahasa dari dunia tempatku berasal!”

Calista melangkah mendekat, mencoba melihat dengan jelas. “Ini tidak mungkin… Buku ini seharusnya tidak bisa dipahami oleh siapapun. Mengapa kamu bisa memahami semua ini?” Dia tampak sangat bingung dan terkejut.

Hiroshi menatap Calista dengan serius. “Aku tidak tahu. Mungkin ada kekuatan tertentu yang membuatku bisa mengerti bahasa ini. Tetapi, isi buku ini… tampaknya menyimpan informasi penting.”

Dia mulai membaca lebih dalam, dan seiring waktu, Hiroshi menyadari bahwa buku tersebut berisi kisah perjalanan seseorang yang juga terjebak dalam situasi serupa—masuk ke dunia yang sama setelah mengalami sebuah peristiwa misterius.

 Kisah itu menggambarkan bagaimana orang tersebut beradaptasi dengan dunia baru ini, menghadapi berbagai tantangan, dan mencari cara untuk kembali.

Saat Hiroshi semakin terlarut dalam bacaan, tiba-tiba buku itu menutup dengan kencang, seolah-olah ada kekuatan yang tidak terlihat yang mengendalikannya. Hiroshi terkejut, hampir menjatuhkan buku tersebut.

“Kenapa buku ini tiba-tiba menutup?” tanyanya, bingung dan cemas.

Calista tampak ketakutan, matanya melebar. “Ini tidak biasa. Buku ini biasanya tidak bersikap seperti itu. Mungkin ada sesuatu yang tidak beres.”

Hiroshi membuka kembali buku itu, tetapi kali ini, halaman-halaman di dalamnya tampak bergeser, seolah-olah menampilkan informasi yang berbeda, berisi peringatan yang tampak lebih gelap dan menakutkan.

“Sepertinya ada yang aneh dengan buku ini,” kata Hiroshi, merasakan ketegangan di udara. “Kamu yakin kita harus tetap di sini?”

Calista menarik napas dalam-dalam. “Kita tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Jika buku ini memiliki kekuatan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.”

Hiroshi merasa ketakutan yang sama, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan ketakutan tersebut.

“Tapi Calista, aku merasa ada sesuatu yang lebih dalam di sini. Kita tidak bisa hanya meninggalkannya begitu saja.”

Calista menggelengkan kepalanya, menatap buku itu dengan penuh ketakutan. “Tidak ada waktu untuk itu, Hiroshi! Kita harus pergi sebelum sesuatu yang buruk terjadi!”

Akhirnya, meskipun ragu, Hiroshi mengikuti Calista yang menarik tangannya dan bergegas keluar dari ruangan tua itu. Saat mereka melangkah keluar, dorongan untuk menemukan kebenaran semakin kuat, tetapi bahaya juga semakin dekat.

___

Setelah keluar dari ruangan perpustakaan yang berdebu, Hiroshi dan Calista berjalan menuju pusat perpustakaan. Ketegangan masih membayangi mereka, dan Hiroshi merasakan jantungnya berdegup cepat. Ia penasaran dengan informasi yang dimiliki Calista tentang bangsawan yang diculik.

“Dengar, Hiroshi,” Calista mulai menjelaskan, suaranya serius. “Aku baru saja mendapatkan informasi mengenai bangsawan yang diculik itu. Setelah berbicara dengan atasanku, kami mendapati bahwa ada kemungkinan pengkhianatan yang melibatkan bangsawan itu sendiri.”

Hiroshi terkejut. “Pengkhianatan? Maksudmu, ada orang dari dalam kerajaan yang terlibat?”

“Benar. Ada rumor bahwa pemimpin organisasi yang menculiknya adalah seorang bangsawan. Ini bisa menjadi masalah besar,” kata Calista, wajahnya tampak khawatir. “Jika ini benar, kita tidak hanya menghadapi penculik, tetapi juga pengkhianat yang mungkin sudah ada di antara kita.”

Hiroshi mengangguk, merasa beban misi ini semakin berat. “Apa kita tahu siapa bangsawan itu?”

“Belum ada informasi spesifik, tetapi kita harus bergerak cepat. Sementara itu, aku ingin kamu menjalani tes kekuatan sihir,” Calista menjelaskan.

Mereka tiba di tengah perpustakaan, di mana sebuah meja besar berdiri di tengah ruangan. Di atasnya terdapat bola kristal yang berkilau, memancarkan cahaya yang lembut. Calista melanjutkan,

“Ini adalah bola kristal energi sihir. Setiap orang yang mengujinya akan menunjukkan seberapa kuat energi sihir yang mereka miliki. Meskipun aku tahu kamu tidak memiliki sihir, tetap penting untuk mengetahui sejauh mana kekuatanmu.”

Hiroshi melihat bola kristal itu dengan penuh rasa ingin tahu. “Apa yang terjadi jika aku menyentuhnya?”

“Bola ini akan menunjukkan hasil kekuatanmu dalam bentuk cahaya,” Calista menjawab. “Walaupun kamu bukan penyihir, mungkin ada potensi lain yang bisa diungkap.”

“Baiklah, mari kita coba,” kata Hiroshi, berusaha menahan rasa gugup yang melanda dirinya. Dia melangkah maju dan mengulurkan tangan ke arah bola kristal.

Begitu telapak tangannya menyentuh permukaan bola, sebuah harapan menyelimuti hatinya. Namun, saat Hiroshi menunggu, tidak ada cahaya yang memancar dari bola itu. Bola kristal tetap redup, tanpa memberi tanda bahwa ada kekuatan di dalam diri Hiroshi.

Calista mengerutkan kening, tampak tidak terkejut. “Seperti yang aku duga. Hasilnya tidak menyala,” katanya, suara sedikit penuh rasa ingin tahu.

“Namun, fenomena ini cukup langka. Meskipun banyak orang tidak memiliki kekuatan sihir, mereka seharusnya tetap dapat menunjukkan sedikit energi.”

Hiroshi merasa campur aduk. “Jadi, itu berarti aku tidak punya kekuatan sama sekali?”

“Tidak bisa dibilang begitu. Ada kemungkinan bahwa kamu memiliki potensi yang tidak terdeteksi oleh bola ini. Kita mungkin perlu menemukan cara lain untuk mengujinya,” Calista menjawab dengan nada optimis.

Meskipun tak ada cahaya yang memancar, rasa ingin tahu Calista tetap terjaga. Dia merenung sejenak sebelum melanjutkan,

“Namun, kita tidak bisa mengabaikan informasi tentang bangsawan yang diculik. Ini masih menjadi prioritas utama kita.”

Keduanya menatap bola kristal dengan rasa penasaran yang mendalam. Apa yang sebenarnya terjadi di balik pengujian ini? Mengapa Hiroshi tidak bisa menunjukkan kekuatan meskipun di dalam dirinya ada sesuatu yang berbeda?

Calista menatap Hiroshi dengan penuh harapan. “Kita mungkin bisa menggunakan informasi ini untuk keuntungan kita dalam menyelamatkan bangsawan tersebut. Jika ada pengkhianat di kerajaan, kita harus menemukan siapa mereka sebelum terlambat.”

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!