NovelToon NovelToon
Fantasi Liar Gadis Introvert

Fantasi Liar Gadis Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: 🌹Ossy😘

Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17

Aku siap bangkit, bangun dari keterpurukan yang tak penting. Aku akan terus melangkah walaupun sendiri.

🔥🔥🔥

Sepeninggal sang bunda, Aluna ke kamar mandi. Ingin membasuh tubuhnya yang terasa lengket. Sudah lebih tiga hari badannya tidak terkena air. Rasanya gerah dan tercium bau tujuh rupa.

Dengan perlahan Aluna berjalan. Walaupun tubuhnya sudah baik-baik saja, namun masih ada rasa takut. Tubuhnya sembuh secara instan. Tentu saja membuat Aluna harus waspada.

Aluna heran, kenapa semua bisa terjadi. Mimpi yang selalu datang seperti nyata, membuatnya penasaran ingin mencari tahu yang sebenarnya. Dia yakin bukan mimpi sekedar mimpi. Pasti ada sesuatu dibalik semua itu.

Sebagian orang yang hadir dalam mimpinya, hadir juga di dunia nyata dan bersikap seolah-olah mengenalnya. Aneh tapi nyata. Tidak mungkin hanya suatu kebetulan begitu saja bukan ?

Dengan perlahan Aluna membasuh tubuhnya. Merasakan kesegaran air yang menyentuh kulitnya. Sesaat rasa dingin menerpa. Lambat laun terasa hangat. Menyabuni seluruh tubuh sambil memperhatikan satu persatu bagian tubuhnya.

" Kemarin ada luka di siku, kemudian lutut. Lengan ada juga. Dahi dan juga pipi. "

Diusapnya semua bagian yang sebelumnya terkena luka. Tidak terlihat bekas sama sekali. Padahal kemarin di sana terdapat luka yang lumayan parah. Terlihat memutih karena kulit yang mengelupas.

" Kemana pergimu wahai luka.." Aluna tersenyum setelah berkata demikian.

" Lebay ikh."

Aluna tertawa. Dia usap perlahan tubuhnya dengan sabun. Dia gosok-gosok untuk menghilangkan semua kotoran yang menempel.

" Ada cermin di sini ternyata." Aluna mematut dirinya. Dia tersenyum melihat bagian tubuhnya.

"Apa yang kurang pada diriku. Ini.. ini. Ini. Pas dengan porsinya." Aluna menunjukkan bagian-bagian tubuh kewanitaannya.

" Apa kurang seksi. Apa kurang cantik." Dia tersenyum miris mengingat perkataan Bram yang tak sengaja pernah dia dengar.

Memang sebenarnya bukan di taman itu saja Aluna memergoki Bram dan Alisha bertemu. Itu sudah kesekian kali. Aluna saat itu belum mempercayai karena alibi mereka kuat.

Saat di taman itu baru dia sadar, kata-kata yang keluar dari mulut mereka memang buatnya. Aluna memang telah curiga. Namun dia belum yakin saja. Dan memang Allah masih sayang padanya. Menunjukkan kebenaran yang memang seharusnya di ketahui. Ibarat bangkai ditutup pasti akan tercium juga.

" Yang masih terasa sakit di sini." Aluna menunjuk dadanya. Mungkin tepatnya menunjuk hatinya.

" Tak apa-apa, akan segera sembuh. Tak ada luka yang abadi. Ini pelajaran berharga buatku. Sedekat apapun seseorang dia pasti berpotensi membuat luka. Jangan pernah percaya seratus persen. Cukup beri dia tiga puluh persen saja. Selebihnya percayalah pada diri sendiri dan serahkan semua pada Sang pemberi hidup"

Aluna mendesah. Rasa dingin mulai terasa di kulitnya yang putih. Sudah cukup lama dia berada di kamar mandi. Kemudian dia membilas tubuhnya dengan air bersih. Mencuci rambut dan semua bagian tubuhnya. Dia cium ketiaknya.

" Wangi. Hahahaha." Aluna tertawa dengan tingkahnya sendiri.

" Sudah bersih dan wangi. Siap dengan langkah baru. Sudah seharusnya ku buang luka lama. Bahagia menungguku di depan sana. Semangat Aluna."

Setelah itu Aluna mengeringkan rambutnya. Berganti pakaian dan keluar dari kamar mandi dengan pakaian baru dan tubuh yang segar.

"Assalamualaikum..."

Aluna terkejut saat baru saja dia melangkah keluar, ada suara seorang laki-laki mengucapkan salam. Dia menoleh ke pintu. Dilihatnya dua orang yang sangat dia kenal. Melangkah beriringan memasuki ruangan.

" Wa'alaikumsalam. Pak Azlan, pak Arga." Jawab Aluna sejenak setelah dia terdiam. Dia tidak menyangka dua orang atasannya meluangkan waktu menjenguk. Untungnya saat keluar dari kamar mandi dia sudah memakai hijab instan.

" Kok sudah segar habis mandi ya. Memang luka kamu tidak apa-apa. Tidak perih kena air?" Pak Azlan mendekati Aluna dan mengulurkan tangannya. Aluna menyambutnya sambil tersenyum.

"Tidak pak, Alhamdulillah.."

" Maaf saya kesini karena kamu tidak ada kabar. Semalam saya menghubungi Alisha dan dia bilang kamu ada di ruangan ini. Ruangan yang nyaman. Iya kan Pak Arga.."

Yang ditanya tidak menjawab. Dia sedang menatap Aluna tanpa berkedip.

"Pak..."

Azlan menepuk bahu Arga. Dan itu membuat Arga terkejut lalu menoleh.

" Iya pak Azlan . Ada apa?"

" Hahahaha.. Pak Arga sedang memikirkan apa. Sampai terkejut begitu. Oh ya maaf Luna, saya kesini sama bos besar."

" Saya yang meminta maaf, membuat anda berdua sampai datang ke rumah sakit ini. " Jawab Aluna menatap bergantian kedua atasannya tersebut.

"Eh maaf belum dipersilahkan. Silahkan duduk.." sambungnya. Kemudian Aluna melangkah menuju ranjang setelah melihat Azlan dan Arga duduk di sofa yang ada.

" Bagaimana keadaan kamu, Aluna?" Tanya Arga sambil menatap Aluna.

" Alhamdulillah, sudah membaik. Maaf merepotkan bapak berdua." Aluna menunduk. Dia malu ditatap sedemikian rupa oleh Arga, Aluna memang jarang bertemu Arga. Semua pekerjaan melalui Azlan. Kecuali ada hal penting yang harus berhubungan langsung dengan bos besar. Tapi mereka cukup dekat. Kedekatan yang wajar antara bos dan bawahan tentunya.

" Jangan sungkan. Kamu adalah karyawan saya. Sudah sepantasnya saya kesini. Hem ... Kelihatannya kamu sudah sehat. Kapan kamu diperbolehkan pulang." Tanya Azlan memecah keheningan.

" Belum tahu pak. Nunggu kunjungan dokter terlebih dahulu. Tapi saya sudah baik-baik saja. Mungkin nanti sore saya bisa pulang." Jawab Aluna sambil memilin jemarinya. Aluna merasa kikuk dijenguk oleh atasannya tersebut.

" Tapi saya lihat tidak ada luka ditubuh kamu. Kata Alisha kemarin cukup parah luka yang kamu alami.." Azlan menatap Aluna, seperti meneliti seluruh tubuh Aluna. Tentu saja hal itu membuat Aluna risih.

" Ya begini keadaan saya, sebenarnya ada luka di dalam pak. Jadi tidak terlihat." Jawab Aluna masih terus menunduk. Pandangan mereka berdua yang terlihat menelisik membuat Aluna tidak nyaman.

" Maaf Aluna bukan bermaksud tidak sopan." Azlan memahami kalau Aluna terlihat tidak nyaman.

" Iya pak, saya paham. "

" Permisi, nona Aluna diperiksa dulu ya."

Tiba-tiba masuk dokter Davian bersama asistennya. Davian melihat ke sekeliling ruangan. Saat dilihatnya ada Arga di sana, Davian tersenyum.

" Apa kabar dokter Arga. Anda sampai berkunjung langsung kemari. Ada sesuatu kah?" Davian menjabat tangan Arga begitu erat sambil tersenyum.

" Dokter" Aluna dan Azlan berkata bersamaan. Mereka tidak mengetahui kalau Arga adalah seorang dokter juga.

" Baik sekali dokter Davian. Saya menjenguk karyawan saya. Anda hebat sekali, Anda begitu mendalami peran anda di sini." Arga berdiri dan menyambut uluran tangan dari Davian.

" Apa kalian saling kenal?" Azlan melihat bergantian ke arah kedua orang tersebut yang belum juga melepas tangannya.

"Kami teman lama." Davian melepas tangannya kemudian merangkul Arga.

Hanya Aluna yang menyadari ada sesuatu diantara mereka berdua, terlihat dari sorot mata mereka saat saling pandang. Aluna memperhatikan dari pertama interaksi mereka berdua. Aluna merinding melihat tatapan tajam mereka, yang sepertinya bisa menghancurkan gedung rumah sakit ini.

" Pak dokter kapan saya boleh pulang." Aluna menyela pembicaraan mereka.

" Saya periksa dulu ya." Davian mendekati Aluna. " Berbaring saja biar mudah pemeriksaannya."

Davian mengeluarkan alat yang diperlukan untuk pemeriksaan. Terlihat senyum di bibir Davian saat melihat tubuh Aluna.

" Bagaimana mine? Luka kamu sudah hilang bukan? Inget pesan saya? Kamu harus hati-hati ke depannya." Bisik Davian di telinga Aluna

" Apa semua ulah pak dokter." Ucap Aluna lirih. Bahkan nyaris tak terdengar. Namun sepertinya Davian mendengarnya. Terlihat ada senyum yang menghiasi bibirnya.

" Anda sudah boleh pulang hari ini. Biaya rumah sakit sudah ditanggung si penabrak. " Ucap Davian sambil melirik Arga. Dia tahu semua penyebab Aluna ada di sini termasuk siapa yang telah menabraknya.

" Terima kasih pak dokter."

Aluna bangkit. Dia merasa tidak nyaman berbaring. Disana banyak lelaki berkumpul dan juga keadaannya sudah baik-baik saja. Berulangkali Aluna menoleh ke pintu berharap sang bunda segera kembali.

" Kamu nunggu siapa lun." Azlan yang melihat tingkah Aluna merasa curiga Aluna sedang menunggu seseorang.

" Bunda, pak Azlan. Tadi pamit beli sarapan. Sampai sekarang belum datang juga. Apa nyasar lagi ya." Jawab Aluna dengan wajah cemas.

" Kok bisa nyasar lun. Memang tidak tahu daerah sini "

" Bunda saya dari kampung. Datang kesini saat saya dirawat." Aluna masih melihat ke pintu. Berharap Dewi segera saya datang. Aluna merasa canggung ditengah banyak lelaki.

" Mine, dicopot dulu infusnya.." ucap Davian yang telah mempersiapkan semua alat.

" Mine..."

Arga dan Azlan berkata bersamaan. Tentu saja mereka terkejut dengan panggilan tersebut.

" Maaf kebiasaan saya begitu. Aluna mirip kekasih saya. Jadi saya sering lupa menyebut namanya." Davian menatap Azlan dan Arga bergantian sambil tersenyum. Dia sudah waspada, tidak ingin ada yang tahu yang sebenarnya.

Aluna terkejut mendengar semua yang diucapkan Davian. Dia menatap Davian seolah ingin bertanya, " benarkah?" tapi tak ada kata yang keluar. Aluna takut jika kebenaran yang akan di dengarnya bisa membuat yang mendengar terkejut. Karena Aluna yakin belum saatnya semua terbongkar.

Entah kenapa itu yang terpikir di kepalanya. Dia merasa ada suatu hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lain. Dengan perlahan dia mulai mencari pangkal semuanya untuk menemukan ujungnya.

Aluna hanya berharap kebenaran yang ada tidak merugikan pihak manapun. Dan tidak ada konsekuensi apa pun.

"Assalamualaikum. Alu-na Ma-af bun-da..."

Saat Dewi masuk ruangan, dia terkejut . Dia tak bisa berkata-kata saat melihat siapa yang ada di dalam ruangan. Entah apa yang ada dipikiran Dewi, saat dia menatap Arga dengan tatapan tajam.

" Bunda Aluna ?" Tanya Azlan memecah kecanggungan. Dia tidak mengerti kenapa mereka semua terdiam ketika Dewi masuk. Apa mereka saling kenal.

" Iya benar, saya bundanya Aluna. Bapak sendiri...?" Dewi tersenyum canggung. Terlihat dia berusaha bersikap biasa saja.

" Saya Azlan dan ini Pak Arga, pemilik perusahaan.." Azlan mengulurkan tangannya pada Dewi dan disambut dengan baik.

Namun terlihat Dewi menatap Arga. Tak berbeda dengan Arga juga menatap Dewi namun hanya sejenak, lantas Arga mengulurkan tangan juga pada Dewi sambil tersenyum.

" Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mengunjungi putri saya. Alhamdulillah semua sudah baik-baik saja. " Bunda meletakkan kantong yang dia bawa di atas meja. Membuka salah satu kantong yang berisi makanan.

" Maaf tadi saya beli gorengan dan sedikit cemilan. Ini ada getuk dan cenil. Saya beli agak banyak. Silahkan dinikmati.." Dewi menyiapkan tempat untuk makanan tersebut. Kamar VVIP memang lengkap. Semua yang dibutuhkan tersedia . Termasuk piring dan gelas serta sendok juga.

Dewi menata semua dalam piring dan meletakkan di hadapan mereka. Entah ada firasat atau bagaimana Dewi membeli banyak makanan. Dan semua yang dia beli cukup untuk semua orang yang ada di dalam ruangan termasuk dokter dan asistennya.

Davian dan sang asisten juga masih ada. Mereka ikut bergabung sambil menikmati makanan yang terhidang. Mereka berbincang, sesekali diiringi candaan. Untung sekali ada Azlan yang bisa meramaikan suasana. Padahal kalau berdua Aluna dia irit bicara. Tetapi terlihat dia pandai mencari topik pembicaraan yang seru.

Aluna sendiri menikmati makanan yang dia inginkan. Untungnya tidak ada pantangan. Apa yang di beli Dewi tidak mubazir dan bisa dimakan.

Bersambung

Loveee ❤️ ❤️ ❤️

1
arya
baguslah Aluna akhirnya bisa lepas dari Bram
arya
Azlan menghina tapi pas 🤣🤣
arya
baik beb🤣🤣
arya
daya tarik Juan memang besar,🤭🤭
arya
memang lebih baik begitu sih
arya
hem ,😘😘😘
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
asal bermanfaat ... ambiiill 😅
🥀Ossy🔥: yups betul sekali
total 1 replies
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
waah.. makanan ghoib 🤣🤣
🥀Ossy🔥: semua ghoib kan serem 🤣🤣
total 1 replies
RAIN
untung tidak ngompol 🤣
RAIN
Azlan keren jd penyelamat Aluna
RAIN
Arga ,mah seenaknya nyuruh .. mentang2 bos
RAIN
kenapa Arga kesal ya jgn2 dia suka sama Aluna
RAIN
nyata ya , kirain mimpi kaya biasanya
RAIN
iya mau enaknya saja
RAIN
benar2 membuang waktu
RAIN
siplah
Fitri Yani
ku tnggu up-nya thor
🥀Ossy🔥: sudah up kakak, terima kasih
total 1 replies
🍊🥀Forget Me 🥀
bos selalu begitu
🍊🥀Forget Me 🥀
terima saja Aluna , bisa membuat Alisha kepanasan
🍊🥀Forget Me 🥀
bisa saja Azlan mengerjai Arga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!