Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Anan diboyong ke Rumah Juragan Basri
Hembusan angin malam sangat terasa sekali. Berhembus sedikit kencang menggoyangkan pucuk pucuk pepohonan dan juga menerbangkan dedaunan kering dari dahan dan ranting pohon yang ada di sekitarnya.
Bulan sepasi yang menyinari jagat raya, masih setia dalam remangnya walaupun gumpalan mega hitam di angkasa terkadang menutupi sinarnya sebentar-sebentar.
Di tempat dataran yang agak tinggi tampak ada seorang laki-laki yang sedang berjalan cepat tanpa memperdulikan remang malam yang sedikit memperlambat perjalanan. Laki-laki tersebut adalah Ki Gendut Ireng yang berhasil kabur dari kejaran Kang Inon dan teman-temannya.
Beberapa saat kemudian, Ki Gendut Ireng menghentikan langkahnya. Deru nafasnya yang masih belum teratur naik turun. Keringat yang mengucur dari wajah nya dan juga keringat yang keluar dari sekitaran badanya membasahi baju yang Ia kenakan.
Tidak lama kemudian, tampak Si Codet muncul dengan nafas yang menderu, ketika sepasang mata nya melihat Ki Gendut Ireng ia segera mendekati Ki Gendut Ireng yang beberapa saat sudah berada di tempat itu.
"Bos.." Si Codet memanggil Ki Gendut Ireng. Memastikan lelaki di depannya adalah Bos nya. Karena suasananya masih remang-remang malam dini hari.
"Iya Det. Kamu Si Codet kan?" tanya Ki Gendut Ireng memastikan lagi.
"Iya. Bos. Nih Aku, Codet "
"Owh. Syukurlah kalau Lu juga berhasil kabur dari incaran dan kejaran warga." Ucap Ki Gendut Ireng sedikit datar. Kemudian mendudukan badannya di bawah sebuah pohon hutan, lalu menyandarkan punggungnya pada pohon hutan tersebut. Rasa lelah nya ingin ia buang secepatnya dari tubuhnya.
"Tadi begitu Bos meninggalkan Aku, Aku dapati posisi lawan sedikit lengah. Dan pukulan Aku berhasil mengenai wajah lawan Aku. Nah ketika Ia lagi keleyengan, Aku terus kabur mengikuti Bos." Ucap Si Codet menjelaskan.
Beberapa menit kemudian, Belum ada kata di antara keduanya. Ki Gendut Ireng dan Si Codet sedang mengatur kembali nafasnya dan mengumpulkan tenaga nya kembali. Setelah mereka yakin, sudah tidak ada lagi warga kampung yang mengejarnya.
Ki Gendut Ireng dan Si Codet sudah melewati lubuk sungai lewi munding dan melewati Hutan pinus. Keduanya kini sudah berada jauh dari Kampung Lemburasri. Dan orang-orang yang mengejarnya pun sepertinya sudah balik lagi ke Kampung.
"Kamu tidak apa-apa. Det?" Terdengar suara tanya Ki Gendut Ireng pada Si Codet yang lagi duduk di sebelahnya.
"Kaki ku sedikit kram dan perih, Bos. Tadi kayaknya terkena duri. Ini pantat juga masih nyeri saat terpeleset waktu nyebrang di sungai." Jawab Si Codet sambil meringis.
Ki Gendut Ireng terdiam. Ia juga merasakan badannya yang terasa tersika. "Benar-benar malam yang melelahkan." Gumamnya.
"Yang penting. Kita bisa selamat, Det. Rasa lelah dan sakit mah besok saja pulih lagi." Ki Gendut Ireng menghibur Si Codet.
"Rokok Lu masih nggak, Det.?" Tanya Ki Gendut Ireng.
Si Codet merogoh saku celananya.
"Ini, Bos." Jawab Si Codet sambil menyerahkan bungkus rokok yang hanya tinggal beberpa batang lagi.
Beberapa saat kemudian, kedua lelaki itu terdiam dan menikmati hisapan demi hisapan asap dari kretek nya.
"Bagaimana nasib si Anan ya Bos?" Si Codet mulai bersuara.
"Kayaknya sudah mati tuh anak. Dibakar hidup-hidup oleh warga." jawab Ki Gendut Ireng sekenanya.
"Tapi, Aku khawatir, kalau anak itu ketangkap warga, dan dipaksa untuk membocorkan rahasia kita selama ini, Bos." sanggah Si Codet.
Ki Gendut Ireng terdiam, ditarik nafasnya dalam-dalam. Pikirnya pun sama dengan sepemikiran Si Codet. Sebenarnya dalam hati Ki Gendut Ireng pun merasa khawatir kalau Anan bisa membocorkan keberadaan nya selama ini.
"Nanti beberapa hari kemudian perlu kita selidiki, kita ke kampung itu lagi untuk menyelidiki apa yang diperbuat warga ke Anan, atau kita pastikan keberadaan Anan." Ucap Ki Gendut Ireng.
"Iya Bos, tapi kalau menurut Aku. Mulai besok, kita harus mencari tempat untuk markas baru kita, Bos. Bagaimana pun, kita tetap waspada. Mana mungkin kita bisa melawan warga kampung sebanyak itu." Jelas Si Codet.
"Aku khawatir, warga dan pihak yang berwajib akan menemukan keberadaan kita atas petunjuk Anan. Sial..kenapa anak itu gagal kita tenggelamkan. Huh..!" Sambung Si Codet, yang masih geram dengan gagalnya untuk membunuh Anan.
"Oke, nanti kita pikirkan lagi. Gue ingin istirahat, Det. Capek banget rasanya ini badan."
"Siap, Bos. Ayo kita ke markas, sebelum fajar tiba. Kita istirahatnya di sana " Si Codet menimpalinya.
Ki Gendut Ireng dan Si Codet bangun dari duduknya. Keduanya cepat berlalu meninggalkan tempat itu menuju ke markasnya.
*****
Anan digiring ke rumah Juragan Basri. Tampak di sana ada beberapa tetangga Juragan Basri yang menunggu menemani Nyi Sumarti. Begitu melihat suaminya datang, Nyi Sumarti tidak sabar untuk langsung menanyakan ke suaminya tetang pengejaran kawanan maling.
"Bagaimana Pah.. Apa sudah ketangkap malingnya?" Tanya Nyi Sumarti yang tak sabar.
"Nanti ceritanya, Mah. Papa masih lelah. Siapkan saja wedang kopi dan kue-kue nya. Ayo..Silahkan masuk Pak RT, " Ucap Juragan Basri yang disambung dengan mempersilahkan Pak RT dan yang lainnya untuk masuk ke dalam rumah Juragan Basri.
Setelah dipersilahkan masuk, Pak RT, dan yang lainnya pun ikut masuk ke dalam rumah Juragan Basri. Nampak Anan yang ragu-ragu dan takut-takut untuk masuk ke dalam rumah Juragan Basri.
"Ayo masuk.. Jangan takut anak muda." Ajak Pak RT pada Anan yang kelihatan nampak ragu memasuki rumah Juragan Basri.
"I..iya, Pak." Ucap Anan masih terbata.
"Siapa dia Pah? Kok wajah nya lebam begitu? kayak habis dipukul?" Tanya Nyi Sumarti ketika menoleh ke Anan yang tetap menunduk di hadapan banyak orang.
"Dia temannya pencuri yang tadi masuk ke rumah kita. Mah." Jawab Juragan Basri melirik pada Anan yang semakin ciut hati nya.
"Apaaa.! Pencuri..!! Boleh mamah hajar Dia Pah.!?" Kata Nyi Sumarti tiba-tiba emosi, tangannya reflek memegang pot bunga yang ada di dekatnya, mau di lempar ke wajah Anan.
"Tunggu dulu, Nyi Marti. Tahan emosi Nyi Marti. Jangan main hakim sendiri. Kita bisa melanggar hukum malah nantinya." Ucap Pak RT mencoba melerai Nyi Sumarti yang hampir saja memukul Anan.
"Tapi, Pak RT, uang dan perhiasanku tadi diambil oleh orang ini." bela Nyi Sumarti masih geram.
"Iya, Mah. Mamah sabar dulu. Lagi pula kan Papah tadi nyuruh bikin air kopi buat Pak RT dan yang lainnya. Buruan, gih. Papa udah ingin minum air kopi. Nanti saja kita ikuti alur ceritanya bagimana." Juragan Basri menasehati isterinya.
Dengan wajah ditekuk, Nyi Sumarti langsung ke dapur untuk menyiapkan permintaan suaminya. Membikinkan air kopi untuk tamu-tamunya.
Sementara itu di ruangan tamu, belum ada yang terdengar bersuara. Mereka hanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.
Beberapa saat kemudian, terdengar ucapan salam dari mang Darta yang baru pulang habis mengejar Ki Gendut Ireng dan Si Codet, diikuti Juhro, Subad dan Kang Inon. Nafas mereka masih terdengar ngos ngosan dengan raut muka penuh dengan rasa kelelahan.
Setelah mereka berada di ruangan tamu. Pak RT mulai bertanya pada mang Darta, dan kang Inon yang kelihatan sudah mengatur nafasnya lagi.
...ΩΩΩΩΩΩ...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe