Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Milik Gue. ( Renata)
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
... HAPPY READING... ...
.
.
Setelah menunggu hampir 3 jam. Renata akhirnya sadarkan diri. Namun, dia masih lemas dan wajahnya pun terlihat pucat.
"Rere, syukurlah Elo sudah siuman," seru Farrel yang sejak tadi duduk di sisi ranjang pasien. Akan tetapi dia sambil duduk berbalas pesan dengan Tasya. Gadis itu saat ini masih berada di sekolah belum pulang. Rencananya setelah waktunya jam pulang, Farrel akan menjemputnya lagi.
"Apakah Gue sudah mati atau lagi bermimpi, Rel?" tanya Renata mencoba ingin bangkit dari baringnya.
"Apa yang Elo katakan. Ini nyata dan Elo masih hidup," seru Farrel mencegah agar temannya itu tetap berbaring seperti semula.
"Farrel, apakah benar ini Elo? Atau gue hanya berhalusinasi?" Renata menatap lekat pada wajah sahabatnya.
"Ini gue, Farrel. Elo tidak lagi berhalusinasi, Re" ucap Farrel yang membuat Renata langsung menangis tersedu-sedu.
"Kenapa Elo malah menangis? Tenanglah semuanya akan baik-baik saja,"
"Rel, bukannya Elo mau menjauhi gue? Lalu untuk apa Elo ada di sini? Pergilah! Tinggalkan gue sendiri. Karena gue sudah biasa hidup dalam keadaan---"
"Hey... Tenanglah! Gue tidak akan meninggalkan Elo, Ca. Tapi hanya ingin membatasi jarak karena sekarang gue sudah memiliki istri. Gue harus bisa menjaga perasaannya juga," meskipun Renata memberontak, Farrel tetap memeluknya. "Please! Jangan lakukan hal seperti ini lagi! Elo sudah membuat kami semua khawatir," lanjut pemuda tersebut mengelus punggung Renata karena gadis itu yang duduk sendiri dan tidak bisa ditahan olehnya.
"Bohong! Elo sengaja menjauhi gue karena sudah bosan mendengar keluh kesah gue setiap hari 'kan?" seru Renata semakin menangis. Namun, dibalik air matanya dia tersenyum bahagia karena akhirnya Farrel datang untuk menemuinya meskipun di rumah sakit.
"No-no! Apa yang Elo pikirkan? Gue tidak pernah ingin meninggalkan Elo, Re. Gue melakukannya demi istri gue. Dia... "
"Dia apa, Rel? Dia tidak suka kita bersahabat?" tebak Renata karena Farrel tidak jadi melanjutkan ucapannya.
"Bukan tidak suka kita bersahabat. Tapi Tasya ingin gue sama Elo saling membatasi diri." jawab jujur Farrel karena dia tidak ingin Renata berpikiran buruk tentangnya.
"Apa bedanya, Farrel. Dia pasti sangat membenci gue. Pergilah! Kembali pada istri Elo, karena nanti dia akan marah sama Elo gara-gara gue sering menelepon dan minta diantarkan ke makam mama. Pergilah!" drama menangis pun semakin Renata lakoni.
"Tidak! Gue akan tetap disini menemani Elo sampai om kembali dari perusahaan. Sebentar lagi dia sudah datang, maka gue baru akan pulang," tolak Farrel karena jika ada yang menemani Renata, sudah dari tadi dia menyusul istrinya ke sekolahan.
"Apa dia mau pergi setelah papa datang? Tidak-tidak! Tidak akan aku biarkan pengorbanan ku ini sia-sia, Farrel. Elo adalah milik gue, bukan milik gadis bodoh itu."
Gumam Renata yang masih dipeluk oleh Farrel. Pemuda itu memang tidak tahu bahwa gadis yang dia anggap sahabat memiliki perasaan suka padanya.
"Pergilah! Gue bisa sendirian sampai papa datang. Nanti istri Elo cemburu buta pada gue, Rel. Gue tidak ingin dia salah paham pada persahabatan kita." titah gadis itu mendorong dada Farrel, meskipun dia masih mau berada dalam dekapannya.
"Rere, tidak seperti ini juga. Gue memang mau pergi, tapi setelah Om Niko datang. Elo baru saja siuman mana mungkin gue meninggalkan Elo sendirian," Farrel berusaha memberikan pengertian pada sahabatnya. Hingga Renata berpura-pura pun luluh.
"Sekarang baring lagi ya! Gue akan panggilkan dokter sebentar. Elo harus diperiksa," ucap Farrel hendak melangkah pergi menekankan tombol panggilan di dinding ruangan tersebut.
"Farrel, bisakah Elo membelikan gue sesuatu? Gue ingin makanan apa saja, karena tiba-tiba perut gue terasa lapar," tatapan mata Renata sengaja dibuat sayu. Seakan-akan sangat lemas tidak berdaya.
"Oke, tapi tunggu dokternya datang ya,"
"Tidak! Elo pergi saja karena gue ingin sekarang, bukan nanti," kata gadis itu karena dia tidak ingin rencananya berantakan.
"Baiklah! Tapi Elo harus diam tidak boleh banyak bergerak ya. Gue akan membelikan makanan kesukaan, Elo," tidak ingin membuang waktu sia-sia untuk memperdebatkan hal yang tidak penting, Farrel akhirnya pergi meninggalkan Renata sendirian.
"Hahaha! Sepertinya keberuntungan memang berpihak padaku," tawa gadis itu mengambil cepat ponsel Farrel yang ada di atas meja samping ranjang pasien. Tadi karena kaget melihat Renata sudah siuman, pemuda itu menaruh asal ponselnya. Dengan tersenyum kecil Renata mengirimkan sesuatu ke ponselnya yang saat ini tidak tahu kemana. "Done... Tidak akan gue biarkan Elo menghancurkan hubungan kami berdua, Anastasya. Farrel adalah milikku bukan suami Elo, karena jauh sebelum kalian menikah dia sudah bersama gue" setelah berhasil Renata menaruh kembali ponselnya ke tempat semula.
Kleeek!
Suara pintu ruangan tersebut dibuka lebar. Ternyata yang datang adalah papanya bersama satu orang dokter dan dua orang perawat.
"Rere, kamu sudah siuman, sayang. Syukurlah papa sangat khawatir padamu," seru Tuan Niko.
"Jadi benar Papa apa ada di sini juga?" tanya Renata
"Iya, Nak. Maafkan papa yang sudah membuatmu seperti ini," kata Tuan Niko merasa bersalah. Karena tadi dia meninggalkan putrinya ke perusahaan gara-gara ada rapat yang tidak bisa diwakilkan oleh bawahannya.
"Papa... " Renata yang sangat jarang mendapatkan perhatian khusus, tentu langsung menangis haru. Sudah lama sekali ayah dan anak itu memiliki hubungan yang pelik.
"Sudahlah jangan menangis! Papa minta maaf ya," ucap Tuan Niko dan di iyakan oleh gadis itu.
"Tidak gue sangka sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Niat ingin mendapatkan perhatian Farrel, tapi papa juga jadi sadar bahwa gue juga putrinya."
Renata merasakan bahagia karena seakan lengkap sudah kebahagiaan nya. Meskipun dengan cara yang salah dia tidak akan perduli.
Sementara itu di SMA prasasti, Tasya hanya duduk diam di kelasnya. Padahal mata pelajaran terakhir sudah selesai beberapa menit yang lalu. Hanya saja dia seakan-akan malas untuk melakukan aktivitas apapun. Apalagi hari ini Rista izin tidak masuk sekolah karena ada acara keluarga.
"Farrel kenapa tidak membalas pesanku lagi ya? Malas banget kalau terus-terusan seperti ini." keluh Tasya mulai merasakan jenuh. "Mudah-mudahan tu cewek mati aja sekalian! Karena gue tahu banget tatapan matanya menyukai suami gue." ucap gadis itu terus menatap layar ponselnya. Hingga bel sekolah berbunyi dia pun keluar kelas dengan kaki melangkah malas.
"Apakah Farrel tidak akan datang ya?" berbicara sendiri dengan suaranya yang kecil.
"Tasya, ayo pulang bersama gua saja. Farrel belum datang kan?" tawar Edo ketika Tasya baru menuruni anak tangga.
"Tidak terima kasih! Gue akan naik taksi saja," tolak Tasya tersenyum kecil, takut pemuda itu marah sudah ditolak niat baiknya.
"Tapi, Sya---"
"Gue mau ke rumah teman gue, Edo." sela gadis itu cepat. Jika sudah badd mod maka Tasya tidak akan mau ada orang yang menghiburnya. Soalnya dia sudah biasa menanggung semuanya sendiri.
"Oke, baiklah! Elo hati-hati ya," ucap Edo yang tidak bisa juga memaksa Tasya untuk pulang bersamanya.
"Ya, thanks, Do. Gue duluan ya," jawab Tasya sambil melambaikan tangannya untuk menyetop mobil taksi.
... BERSAMBUNG... ...
kapan mau update lagi selalu aq tunggu😊