NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Kami pun sampai di mansion. Semua yang berada di dalam mansion gusar dan terkejut melihat kami kembali dalam keadaan yang kacau. Para pelayan yang membayangkan hal indah yang seharusnya terjadi pada kami justru mendapatkan kenyataan yang pait.

Ivander menurunkan ku ke kasur dengan perlahan dan para pelayan menyaksikan kami dari depan pintu kamar. Mereka menunggu perintah dari Ivander namun terlihat mereka sangat khawatir melihat keadaan kami.

“Akh” Ivander memegang bahunya yang terluka. Aku pun duduk dan melihatnya dengan sangat cemas. “Suamiku, duduk. Aku akan membantu mengobati lukamu” pintaku sambil menyentuh tangannya. Ivander akhirnya mau duduk dan mendengarkan ucapanku.

Aku meminta Rose mengambilkan kotak obat dan membawakan air bersih yang hangat. Mereka bergerak sangat cepat dan langsung membawanya ke kamar. Raut wajah cemas dan penuh tanya terlihat dari semua orang yang ada di mansion tersebut.

Mereka semua kembali ke tempatnya masing-masing sesuai dengan perintahku dan membiarkan kami hanya berdua di dalam kamarku. “Suamiku, aku akan membantumu membuka bajumu” ucapku semakin khawatir.

“Hmm.. iya istriku” jawabnya dengan tersenyum malu. Ivander menahan rasa sakitnya agar tidak membuatku khawatir namun justru sebaliknya karena aku sangat takut terjadi hal buruk padanya.

Aku perlahan membuka baju mewahnya yang kini terkoyak di bagian pundaknya. Aku membukanya dengan hati-hati agar tidak menggesek lukanya. “Mmph..” Ivander menahan rasa sakitnya tanpa mengeluarkan suara.

Untuk pertama kalinya aku melihat dengan jelas tubuhnya yang kekar dan berotot. Ivander memiliki tubuh yang besar dan sangat indah untuk dilihat. Sepintas aku memikirkan bahwa dia adalah tipeku yang selama ini aku impikan saat aku berkhayal.

Saat tanganku ingin menyentuh punggung lebarnya yang berada tepat di depanku. Aku pun tersadar dan berhenti. Bukan saatnya aku mengagumi tubuh yang indah ini. Aku langsung melihat lukanya yang terkena pedang sebelumnya. Luka itu terbuka dan masih berdarah meski sudah tidak terlalu banyak seperti saat sebelum sampai di mansion.

“Suamiku, tahan ya. Aku akan mulai membersihkan lukanya” kataku sambil mengambil air untuk membasuh lukanya. Ivander mengangguk.

Ivander duduk membelakangi ku. Dia tidak ingin menunjukkan raut wajahnya yang menahan sakit. Berhubung dia tinggi, aku pun menyeka lukanya dengan posisi bertumpu dengan lututku untuk melihatnya dengan jelas.

Sesekali Ivander tersentak saat aku menyekanya. Namun ia menahannya dengan baik. “Pasti sakit sekali, kan? Hmph” ucapku merasa sedih.

“Tidak sayang, ini bukan apa-apa dibanding saat kamu tidak sadarkan diri. Jangan sedih” Ivander berbalik lalu mengatakan hal itu seolah menghiburku. Bagaimana aku bisa diam dan tak membalas perasaannya jika dia selalu membuatku merasa lebih baik. “Suamiku, maafkan aku” kataku dengan mata berkaca-kaca.

Aku menangis tanpa sadar dan sudah tidak peduli dengan siapa aku dan untuk apa aku di sana. Semua yang kutahu saat ini adalah aku akan melakukan apapun yang menjadikan kebahagiaan itu hadir dalam hidupku meski melalui hal yang tidak masuk akal ini. “Istriku, kenapa kamu menangis?” katanya dengan raut wajah sedih. Ivander menyentuh wajahku dan mengusap air mataku.

“Suamiku, maaf aku tidak bisa menahan diriku. Aku tidak tega melihatmu terluka. Se, sekarang aku akan mengoleskan obat dan membalut lukanya” aku mengambil obat untuk di oleskan ke lukanya.

Ivander semakin tidak tega melihatku sedih.

Grep!..

Dia menarik tanganku lalu memelukku dengan erat. “Istriku, tolong biarkan aku bersamamu malam ini. Ijinkan aku untuk memelukmu hingga pagi datang, aku takut kamu tidak ada di sampingku saat aku bangun” pintanya dengan tangan yang gemetar.

Aku pun melingkarkan tanganku ke punggungnya dan mengusapnya. “Baiklah suamiku” jawabku. Ivander sangat senang mendapatkan persetujuan dariku. “Terimakasih sayang” katanya dengan nada suara yang ceria.

“Tapi sebelum itu, aku masih harus menyelesaikan ini sayang. Tunggu sebentar lagi”aku kembali merawat lukanya dan menyelesaikannya dengan ceopat.

Ivander mengangguk dan senang dengan penantiannya yang terasa panjang namun akhirnya ia bisa berada di dalam kamar yang sama denganku malam ini.

Jika Ivander melihatku mungkin dia berfikir bahwa aku terlihat tenang namun dalam diriku terasa sangat kacau dan berdebar. Meski aku merasa lega karena Ivander pasti tidak akan melakukan hal yang mengarah kesana karena terluka namun tetap saja aku masih merasa gugup dan belum siap jika harus melakukannya.

“Sudah selesai suamiku, sekarang rebahan disini” pintaku untuk berbaring di ranjang. Ivander menaikkan kakinya lalu meluruskannya dan membaringkan tubuhnya dengan rileks di atas kasur. Sedangkan aku semakin gugup dan tak tahu harus berbuat apa.

Aku berusaha terlihat sibuk dengan membereskan obat yang telah di gunakan itu dan tidak menatap ke arahnya yang sedang berbaring.

“Istriku, kemarilah! Kamu bukan sedang menghindari ku kan?” tanya Ivander merasa ada yang janggal.

Deg!

“I,iya” jawanku dengan sangat berdebar.

Ivander tidak bisa di bohongi meski dengan hal sepele. Aku pun meletakkan kembali alibi yang kulakukan untuk menghindarinya.

Dengan perlahan aku mendekat dan masih duduk di sampingnya. Ivander menatapku dengan tatapan dalam dan tersenyum senang melihatku.

“Sayang.. kenapa?” tanyanya dengan suara yang rendah. Ivander menyentuh tanganku dan terus menatapku. “Ah, tidak.. tidak apa-apa suamiku” jawabku semakin gugup.

Sret!..

Ivander menarik tanganku dan membuatku jatuh ke dalam pelukannya. Wajahku bersandar di dadanya yang tidak memakai sehelai kain pun hingga aku bisa merasakan kulitnya yang bersentuhan dengan pipiku. Aku pun bisa mendengarkan detak jantungnya yang berdegup kencang.

Mataku melebar dan semakin salah tingkah. Aku bahkan tidak berani menatapnya. Tanganku tanpa sadar menyentuh dadanya yang kokoh. “Ugh! Sayang, jangan menyentuhnya seperti itu” ucapnya tergelitik. Ivander merasakan kegelian dari tanganku yang menyentuhnya.

“Ah, maaf aku tidak sengaja” ucapku merasa semakin gugup. Aku pun mengangkat tanganku untuk tidak menyentuhnya. Saat aku melakukannya justru tangan Ivander meraih tanganku. “Tidak apa-apa sayang, aku hanya bercanda. Kamu bisa menyentuhnya sebanyak yang kamu mau” ucapnya sambil menempelkan kembali tanganku ke dadanya.

Ivander tersenyum saat aku mendongak untuk menatap wajahnya.

Tanpa sadar aku sangat menyukai kehangatan tubuhnya yang terasa sangat nyaman saat kami saling memeluk dan berbagi kehangatan tubuh.

Tatapannya semakin dalam saat mata kami bertemu. Ivander mendekatkan wajahnya hingga sangat dekat dengan wajahku. Dia terlihat penuh dengan nafsu sehingga aku dengan refleks menutup mataku.

“Cup” Ivander menyentuh keningku alih-alih bibirku. Aku pun membuka mata dan terkejut merasa kecewa.

“Kenapa? Apa aku juga menantikannya? Astaga!! Sejak kapan aku berpikiran seperti itu” dalam benakku.

Aku membuka mataku dan melihat Ivander tersenyum senang lalu dia kembali menciumiku namun di pipiku. “Tidur ya sayang, aku tidak akan menyentuhmu sebelum kamu mengijinkannya. Kamu pasti terkejut dengan apa yang terjadi hari ini. Aku akan berada di sampingmu, kamu tidak perlu takut lagi” katanya dengan penuh kasih sayang.

Ivander menyentuh belakang kepalaku dan mendekatkannya ke dadanya. Dia memelukku kembali dengan erat.

Aku khawatir dengan lukanya yang mungkin akan terbuka jika terlalu banyak bergerak namun tampaknya Ivander terlihat nyaman saat melakukannya.

Aku pun merasa sangat nyaman berada dalam pelukannya dan membalas melingkarkan tanganku dan memeluknya.

“Jika itu Ivander, tidak masalah” dalam benakku. Aku pun memejamkan mataku dan berharap tidak mengingat kenangan buruk yang baru saja ku alami.

Aku bertanya-tanya, gerangan orang yang menempatkan ku dalam bahaya dan apa tujuannya. Aku belum mengatakannya kepada Ivander karena yang terpenting dia bisa istirahat lebih dulu.

Malam ini kami tidur di dalam kamar yang sama dengan saling berpelukan.

1
Luna
semangat ya
Luna
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!