Tanpa disadari Bella, anak kembar di dalam rahimnya ternyata punya ayah yang berbeda.
Satu bayinya berayahkan suaminya. Satu bayinya adalah orang tak dia sangka.
Bagaimana ini bisa terjadi?
Apakah suami Bella mau menerima anak yang bukan darah dagingnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hana_story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 martabak manis
Manajer Jeffry datang untuk membawa Jeffry ke lokasi syuting. Sekali lagi ia mengingatkan Bella untuk tidak memotret dan meng-upload ke media sosial hal-hal yang berkaitan dengan Jeffry dan mamanya.
Sebelum Bella, ART yang dipekerjakan sebelumnya dengan terpaksa diberhentikan karena mencuri dan melelang barang-barang Jeffry di internet. Belum lagi memposting hal-hal tentang Jeffry dan mamanya tanpa ijin.
“Ma, Jeff harus pergi sekarang.” Jeffry tak lupa mengecup pipi sang mama. Victoria mengecup pipi Jeffry tiga kali sambil memeluknya seolah-olah tidak mau berpisah.
“Jeff cuma kerja di dalam kota. Nanti malam juga balik. Jeff pergi dulu Ma,” pamit Jeffry.
“Oh iya. Kita sudah pernah berkenalan sebelumnya. Namamu Bella, kan?” Jeffry hendak memperkenalkan dirinya pada Bella.
Jeffry sampai sekarang masih mengingat nama Bella, bagaimana rupa Bella dan perasaan perih hatinya saat Bella tidak bisa ia gapai. Wanita dalam lagu “Cinta Dalam Diam.”
“Betul. Nama saya Bella,” jawab Bella. Jeff, masih ingat aku?
“Aku harus pergi. Aku titip mamaku,” pamit Jeffry.
Jeff pergi meninggalkan rumah. Bella buru-buru menuju kamarnya. Dia segera membuka koper yang berisi Meme. Bella memeriksa keadaan Meme.
Bella takut jika Meme kekurangan oksigen dan pingsan. Syukurlah Meme baik-baik saja. Bella mengelap keringat di kening Meme.
“Meme di dalam kamari terus ya. Mama harus kerja,” pesan Bella.
Meme mengangguk tanda mengerti.
Bella mengambil snack dan membukanya. “Meme kalau lapar makan ini dulu.”
Meme sekali lagi mengangguk. Sepertinya dia tahu dia tidak boleh rewel. Bella segera keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar Victoria.
Victoria tersenyum. “Duduklah.” Victoria melihat Bella yang berdiri. Bella duduk di kursi samping kasur.
“Namamu siapa?” tanya Victoria.
“Bella.”
“Sudah menikah?”
“Sudah. Tetapi kami sudah bercerai.”
“Ada anak?”
“Ada. Tetapi suami saya yang mengurus mereka.” Maafkan Bella yang berbohong. Sebenarnya Bella bawa satu anak Bella. Mereka berbincang-bincang.
Tidak terasa waktunya makan siang. Bella mengambilkan makan siang untuk Victoria.
Victoria menerima piring berisi nasi dan lauk. "Terima kasih. Bel, kamu juga makan.”
Bella menuju ke dapur untuk mengambil makanan. Bella pikir dia akan mendapat makanan lain yang lebih murah atau masih mentah dan harus ia masak. Tetapi ternyata lauk yang dia dapat sama seperti yang Victoria makan.
Bella menuju ke kamarnya untuk makan bersama Meme. Meme yang berada di dalam bersembunyi saat mendengar suara pintu dibuka.
Bella menutup pintu kamar dan menguncinya. Dia bersuara pelan. “Meme, ini Mama.”
Mama. Meme mengenali suara Bella dan memunculkan wajahnya dari bawah ranjang.
“Ayo kita makan.” Bella menyuapi Meme. Ia juga makan.
“Mama tidak boleh lama-lama di sini. Mama harus kerja lagi. Meme main sendirian ya.”
Meme mengangguk. Bella membawa piring kotor ke dapur. Dia juga mengambil piring bekas Victoria lalu mencucinya.
Sepertinya di sini cuma ada Jeffry dan mamanya. Kata mama Jeffry seminggu sekali ada yang datang membersihkan rumah. Untuk makan mereka catering. Selesai mencuci piring, Bella kembali ke kamar Victoria.
Bella dan Victoria menjadi akrab. Mereka bercerita banyak hal. Bella merasa seperti punya mama. Tidak ada batas antara pemberi kerja dan pekerja. Tidak ada batas nyonya dan ARTnya.
Victoria itu orang yang ramah. Tidak seperti mantan ibu mertuanya yang membedakan kasta seseorang berdasarkan kekayaan.
Sore harinya.
Bella kembali ke kamar untuk membersihkan dirinya. Ia akan berada di kamar Victoria sampai pukul delapan saat Victoria tidur.
Bella melihat meme yang tertidur di lantai dengan mainannya. Bella tidak membangunkan Meme. Dia mengambil kain lap dan mengelap tubuh Meme. Lalu membaringkannya ke kasur.
Maafkan Mama. Sementara ini kita harus hidup seperti ini. Bella membersihkan dirinya. Dia kemudian menemani mama Jeffry.
Mengambilkan minuman jika haus, mengambilkan makanan jika lapar, mengambilkan buku untuk dibaca juga keperluan lainnya.
“Bel, tolong ambilkan buku warna biru navy itu.” Victoria menunjuk rak berisi banyak buku.
Bella berjalan mendekati rak buku dan mengambilkan buku yang dimaksud Victoria. Kemudian ia memberikannya ke Victoria.
“Terima kasih. Bel. Kalau kamu mau baca buku, baca aja. Cuma jangan dilipat halamannya kalau belum selesai baca. Pakai pembatas buku yang ada di setiap buku ya,” ucap Victoria. Dia sangat menjaga buku-buku yang ia punya.
Ada aturan yang dia buat.
Pertama, memastikan tangan harus bersih sebelum memegang buku agar buku tidak kotor.
Kedua, halaman buku tidak boleh dilipat. Harus memakai pembatas buku.
Ketiga, tidak boleh mencoret-coret buku. Kalau mau menandai hal penting harus memakai sticky note.
Alhasil buku yang Victoria punya, masih terlihat seperti buku baru.
Bella mengambil buku yang paling tipis supaya bisa cepat ia selesaikan.
Malam harinya.
Bella masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Kamar yang ia tinggali ini tidak seperti kamar ART pada umumnya. Mungkin lebih tepatnya kamar tamu. Ranjang dengan ukuran king size. Ada ac, ada kamar mandi dalam. Interiornya mirip hotel. Lebih baik dari kamar kos Bella.
Aku beruntung dapet pekerjaan ini. Tante Victoria orangnya baik.
Bella sedang bermain dengan Meme. Pintu kamarnya diketuk.
Bella kaget. Begitu juga Meme. Bella buru-buru menyembunyikan Meme di kamar mandi. Bella bersuara pelan. “Meme tunggu di sini ya. Jangan bersuara.” Jantungnya berdetak lebih kencang karena takut ketahuan.
Bella membuka pintu. Jeffry heran saat melihat ada boneka Barbie dan mainan anak berserakan di lantai. Apa masa kecil Bella kurang bahagia?
“Ini terang bulan untukmu.” Jeffry menyerahkan kantong kresek berisi makanan.
Bella menerima kotak berisi terang bulan (martabak manis)yang masih hangat. “Terima kasih.”