Dara tinggal bersama Fira di sebuah desa. Kakak beradik itu mengontrak karena hanya tinggal sementara dengan tujuan untuk melanjutkan sekolah Fira pada jenjang SMA. beberapa tetangga tidak menyukai hingga selalu menghina serta menggangu mereka yang dianggap miskin. Padahal kenyataan nya, mereka adalah orang kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elinazy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Mbak Hesti lupa kalau telah menyinggung orang tua saya? Seandainya waktu itu mbak gak lancang, saya akan masih mau berbuat baik" Dara mengungkapkan kekecewaan nya terhadap Hesti. Ia hanya berharap jika setelah ini, Hesti mau merubah sikap.
Obrolan mereka terjeda sesaat karena ada orang yang mengirimkan steak pesanan Fira.
"Silahkan dilanjutkan lagi mbak, Fira mau makan di dalam kamar aja" Ujar Fira berjalan masuk ke kamar.
Dara terus menatap Hesti dengan tajam. Ia menunggu perkataan yang akan keluar dari mulut nya. Apakah sebuah permintaan maaf atau justru pembelaan diri tanpa rasa bersalah.
"Saya minta maaf telah menyinggung orang tua kamu, tapi waktu itu saya tidak bisa mengendalikan diri. Harusnya kamu ngerti itu"
Dara menyunggingkan senyuman akan jawaban yang diberikan oleh Hesti yang tidak memiliki rasa bersalah sedikit pun ataupun penyesalan.
"Beri saya uang lima ratus ribu maka saya akan berhenti menganggu mbak Hesti" Dara menodongkan tangan dengan hembusan nafas berat. Rasanya lelah sekali kalau harus marah marah terus. Ia memilih tidak melanjutkan perdebatan yang akan sangat panjang jika tidak dihentikan sekarang.
"Nih, adanya segitu. Lagipula kan harusnya saya bayar dua ratus lima puluh ribu karena dibagi dua sama kamu" Hesti terpaksa memberikan uang seratus ribu yang dipinjam nya dari restoran. Niatnya untuk makan sehari hari malah diminta oleh Dara.
Dara menyiapkan motor untuk bersiap pergi ke restoran. Tetapi ia dihentikan saat ada orang yang menanyakan sebuah alamat.
"Permisi mbak, maaf saya mau tanya alamat rumah mbak Gita apa benar di sekitar sini? " Ujar seorang pria berpakaian kaos khas toko tempat menjual laptop waktu itu.
"Mas mau nagih hutang laptop nya mbak Gita ya? " Dara menyeringai.
"Iya betul"
"Mari saya antar" Dara bisa saja menunjukkan tangan karena rumah Gita ada di sebelah nya persis. Namun ia penasaran dengan reaksi dari Gita.
"Mbak Gita, ada orang mau ketemu nih" Ujar Dara tidak berhenti tersenyum.
Gita terkejut saat melihat orang yang diketahui nya merupakan karyawan toko laptop. Ia menjadi gugup karena Dara tetap berdiri disitu.
"Kamu gak pulang Dara? "
"Silahkan masuk mas" Gita mempersilahkan masuk dengan niat agar Dara tidak melihat karyawan itu menagih hutang nya.
"Gak perlu mbak, saya buru buru. Ini besar tagihan yang harus dibayar, total satu juta seratus untuk bulan pertama. Tolong segera disiapkan uang nya ya" Ujar karyawan itu tanpa basa basi.
"Nanti saya antar ke toko aja, kebetulan belum narik uang di ATM" Balas Gita berbohong.
"Ehem, mbak gita mau saya pinjamin uang dulu gak? " Dara sengaja meledek Gita yang terlihat malu.
Gita hanya menggelengkan kepala karena tidak ingin berurusan hutang dengan Dara. Namun karyawan tersebut justru mengiyakan dengan alasan takut dimarahi atasan jika kembali tanpa membawa uang hutang yang ditagih.
Setelah karyawan itu pergi, Dara terus menatap Gita yang terlihat kesal dan gelisah.
"Kamu kenapa masih disini? Udah sana pergi, seperti gak ada kerjaan aja" Ujar Gita ketus tanpa menyinggung uang yang dipinjamkan oleh Dara.
Dara beranjak pergi dengan senyuman lebar, rasanya puas sekali melihat orang yang ingin berbuat jahat kepada nya malah sekarang menjadi senjata makan tuan.
"Jangan lupa bayar hutang sama saya mbak Gita" Teriak Dara yang mengendari motor menuju restoran.
Gita masuk ke dalam rumah dengan memukul pintu karena kesal. Ia menyesal karena telah membuat masalah dengan Dara, tetapi di lain waktu, ia akan mencari cara lagi untuk membuat Dara lebih menderita.
Dara mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran namun tidak menemukan keberadaan Ivan. Ia bertanya kepada salah satu pelayan yang menjawab jika Ivan pergi sejak tadi.
"Ivan pergi kemana? Kenapa gak kabarin aku dulu? " Gumam Dara lirih. Ia memilih menunggu di salah satu kursi yang terletak di bagian paling pojok. Saat sedang asyik memperhatikan para karyawan dan pelanggan yang selalu ramai, ia difokuskan oleh Luna yang baru keluar dari ruangan nya lalu menuju ke kasir.
Dara melihat ekspresi takut dari wajah Hesti yang sepertinya digertak oleh Luna. Ia mendekat karena Hesti mengeluarkan sejumlah uang untuk diberikan kepada Luna. Dengan gerakan cepat, uang itu berhasil direbut sebelum tangan Luna meraih nya.
"Ngapain kamu, sini balikin uang nya" Seru Luna mencoba merebut namun dihalau oleh Dara.
"Untuk apa kamu ambil uang di kasir? Kamu mau korupsi? " Dara sengaja mengeraskan suara nya agar didengar oleh orang sekitar. mata Mereka pun langsung tertuju kepada nya.
"Kamu jangan sembarangan nuduh ya, kamu gak punya hak apapun disini. Cepat pergi dan kembalikan uang itu! " Luna bersikeras melawan Dara padahal tuduhan yang dilayangkan itu memang benar.
"Mbak Hesti, coba kamu bilang sama semua orang disini. Tadi kamu diancam apa sama Luna? " Dara mendesak Hesti untuk mengatakan yang sejujurnya namun dia tidak berani dan hanya menunduk karena tatapan tajam Luna mengarah untuk nya.
"Maaf mbak, sepertinya ada kesalahpahaman disini. Tolong jangan buat keributan di DResto" Ujar seorang karyawan laki laki.
"Iya, mana mungkin sih manager restoran mau mencuri, yang ada Dara tuh pencuri nya"
"Aneh banget, kan Luna punya kuasa untuk restoran ini sedangkan Dara orang miskin yang gak ada apa apa nya kok berani ikut campur"
"Uang yang diambil palingan untuk dikelola lagi, kenapa dianggap korupsi ya? "
Hinaan dan cacian dari para pelanggan DResto mengarah kepada Dara yang dianggap tidak memiliki keterkaitan dengan restoran. Namun ia tidak gentar begitu saja untuk membiarkan Luna mengambil uang dari kasir. Tangan nya menggenggam erat uang itu dan tidak akan pernah diberikan begitu saja.
Luna tersenyum penuh kemenangan karena dibela oleh orang sekitar. Ia pun masih berusaha mengambil uang dari tangan Dara hingga saling berebut.
"Tolong hentikan, bu Luna cukup! Jangan lupakan etika yang harus dijaga sebagai seorang manager. Apa bu Luna gak malu bersikap kekanak kanakan seperti ini? " Ujar karyawan tadi berani menegur atasan nya.
"Nama kamu siapa? Dan apa posisi yang kamu tempati? " Ujar Dara yang kagum melihat keberanian serta kebijaksanaan dari karyawan tersebut.
"Saya Liam hanya seorang tukang cuci piring. Maaf kalau sudah lancang karena kebetulan pak Ivan yang seharusnya menangani masalah seperti ini sedang pergi keluar. Jadi saya coba menyelesaikan masalah tanpa mengurangi rasa hormat" Liam menundukkan kepala.
Dara menyukai cara Liam yang gesit menggantikan keberadaan Ivan. Ia rasa kalau Liam pantas mendapatkan posisi yang lebih baik.
"Kamu simpan uang ini, berikan kepada Ivan setelah dia kembali" Dara menyodorkan uang itu dan langsung diterima oleh Liam.
"Apa hak dia memegang uang itu, sini berikan ke saya" Luna ingin merebut nya dari Liam namun dihalangi oleh Dara.
Liam langsung pergi dari mereka berdua agar tidak terus memperebutkan uang yang dipegang oleh nya.