Grace, gadis SMA yang bercita-cita menjadi musisi terkenal bersama bandnya, secara tidak sengaja terikat dalam takdirnya sebagai penjaga kitab penakluk arwah.
Maka dimulailah petualangan Grace yang ingin menjadi musisi ditengah permasalahan demi permasalahan yang harus dia hadapi sebagai penjaga kitab.
Mampukah Grace menggapai impiannya sebagai musisi terkenal sekaligus penjaga kitab penakluk arwah, Atau malah gagal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon icebreak20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 : Trik terakhir
Malam itu di sebuah warung pinggir jalan, terlihat sekelompok pemuda tengah minum kopi dan makan gorengan di sana dengan suara heboh karena menyaksikan sebuah acara televisi.
"Aksi sulap master Dani bener-bener keren,"
"Iya, anjir mana menantang maut semua lagi,"
Terdengar obrolan dari empat pemuda di warung tersebut, dan tampak mereka tengah menonton acara sulap yang ditayangkan di TV.
"Tapi orangnya baik banget, gue kemarin ketemu dan dapat tanda tangan dia," jawab salah satu pemuda berkepala plontos sambil nyengir ke mereka.
"Wiih gile!"
"Anjir hoki!"
"Udah, hoki setahun kepake itu," tanggal ketiga temannya seraya mengalihkan pandangan menyaksikan aksi sulap pria bernama Dani Jagat.
"Kali ini... Saya akan melakukan aksi meloloskan diri dari kobaran api di dalam mobil," ucap sang pesulap seraya masuk ke dalam mobil dengan kondisi sudah terikat rantai yang digembok di sekitarnya.
"Mampukah... Master Dani jagat lolos dari maut kembali... Mari kita saksikan!" teriak sang host acara tersebut, dan tepat setelahnya sang pesulap mulai dibawa masuk ke dalam mobil.
Satu menit waktu yang dibutuhkan untuk sang pesulap lolos, namun hingga menjelang akhir satu menit sang pesulap belum juga keluar. Dan tentu menambah ketegangan dari para penonton termasuk empat pemuda yang menyaksikan di warung.
Hingga akhirnya mobil itu meledak, dan membuat keempatnya terkejut, akan tetapi ketiga pemuda itu lebih terkejut karena tiba-tiba baju pria berambut plontos yang menonton disana mulai terbakar.
"Cep... Baju lo," ucap salah satu pemuda tepat sebelum seluruh tubuh pria itu terbakar hingga membuatnya berteriak kesakitan, dan tampak membuat mereka yang ada disana juga berteriak panik hingga akhirnya hanya bisa terpaku melihat tubuh pemuda itu hangus terbakar.
Sementara di televisi master Dani berhasil lolos dari maut diikuti suara teriakan penonton.
"Aksi yang sangat spektakuler dari master Dani!" teriak sang host berteriak mengajak para penonton di sana untuk memberikan tepuk tangan pada master Dani yang tersenyum puas dengan penampilannya.
***********
Tiga hari kemudian, tampak Grace bersama Sonya berjalan memasuki koridor sekolah.
"Lu yakin ga apa Gre?" tanya Sonya berjalan di samping gadis berambut hitam panjang dan mengenakan kacamata, dan terlihat menatapnya kesal.
"I am Fine Sonya! Sumpah ya! Kalau lagi sekali lu nanya gue udah dapet piring cantik ini," jawab Grace dengan nada kesal, sementara Sonya tampak murung sambil tetap berjalan di samping gadis itu.
"Gue cuma mau mastiin, karena setelah kejadian itu..."
"Iya gue tau, tapi soal yang ngerasukin gue dari kitab seperti penjelasan kakek, sama sekali ga ada! Sumpah!" ucap Grace menjelaskan ke Sonya yang kini berdiri menghadap gadis itu.
"Yakin?" tanya dia lagi yang dibalas anggukan Grace seraya menatapnya polos dengan mata bulatnya.
"Terus... Kenapa sekarang lu pakai kacamata?" tanya Sonya dengan tatapan curiga.
"Ya... Karena gue mau gaya aja, sekarang lagi trending yang namanya kacamata gaya," jawab Grace seraya kembali berjalan menuju kelasnya.
"Grace! Sonya!" panggil suara di belakang mereka, dan ternyata adalah Della serta Linda.
"Lu beneran gapapa Grace?!" tanya Della yang terlihat mengikat sebagian rambut pendeknya, dan tampak menepuk pundak Grace yang merengut kesal.
"Gue baik-baik aja," jawab Grace singkat.
"Style baru gue gimana Grace? Keren kan?" tanya Linda yang terlihat memainkan poninya seraya tersenyum manis menatap Grace.
"Tuh... Yang mengubah penampilan ga cuma gue Sonya, lu tuh aneh monoton mulu punya gaya," ejek Grace setelah berhasil membuktikan kalau dirinya baik-baik saja.
"Oke, yaudah kalau begitu kita ke kelas, hari ini jadwalnya bu Sekar," ucap Della pada mereka yang langsung bergegas menuju kelas.
"Bu Sekar ga masuk, jadi dia ngasih tugas," ucap Nathan yang berdiri di depan kelas.
"Hadeeh, tau gitu ke kantin dulu," gerutu Della sementara Grace dan Sonya terlihat fokus mengerjakan tugas.
"Bebeb Linda... Mau liat trik sulap gue gak?" sapa Ajun yang langsung berjalan mendekati Linda.
"Sekali lagi lu ngomong gitu, sumpah gue tonjok lu," omel Della yang dibalas cengiran Ajun, sementara Linda hanya tersenyum dan mengubah posisi duduknya menghadap Ajun.
"Wah boleh Jun, lu bisa sulap aja?" tanya Linda dengan senyum manisnya.
"Sok iye banget lu bisa sulap," gerutu Della yang rupanya penasaran.
"Sifat cemburu dan penasaran ayang Della emang ga ada duanya, jadi gue bisa sulap setelah belajar tujuh hari tujuh malam trik-trik sulap yang diajarkan oleh master Dani Jagat," terang Ajun yang menarik perhatian Grace, dan kini ikut mengalihkan pandangan ke Ajun.
"Pesulap yang udah empat kali lolos dari maut itu?" tanya Grace yang dibalas jentikan jari dan senyum ngeselin pemuda itu.
"Exactly my boo," jawab Ajun yang dibalas ekspresi jijik Grace.
"Tapi btw, Rico kemana ya?" tanya Linda yang baru tersadar akan keberadaan temannya.
"Izin, katanya ada urusan," balas Ajun sambil mengocok kartunya dan mulai menunjukkan trik sulap sederhana dia.
"Tiara ya," gumam Sonya sembari fokus mengerjakan tugas yang diberikan Nathan.
**********
Di rumah sakit kota, terlihat Tiara yang baru keluar dari sana tengah dibantu berjalan oleh Crystal dan Rico.
"Serius udah baikan? Gapapa gue tinggal?" tanya Rico memastikan kondisi Tiara, gadis yang kini berdiri di pintu taksi itu hanya tersenyum menatap Rico.
"Aman kak, aku sendiri bisa kok urus kak Tiara," ucap Crystal yang memasukkan tas ke bagasi taksi itu.
"Makasih banyak Co, gue sama Crystal bakal baik-baik aja kok, tapi... thanks banget buat tiga hari ini," ucap Tiara sambil mengelus pundak Rico, tepat sebelum ia masuk ke dalam taksi itu dan perlahan bergerak keluar dari rumah sakit, meninggalkan Rico yang berdiri di sana menatap ke arah taksi itu.
Namun begitu ia mengalihkan tatapannya ke arah lain, sudah berdiri Erlang dan Carissa disana.
"Mau apa lagi lu berdua?" tanya Rico sinis.
"Kalem bro, kita disini cuma mau mastiin kondisi lu kok," ucap Erlang pada Rico yang mulai berjalan meninggalkan mereka berdua.
"Ada pergerakan anomali yang lebih berbahaya dari makhluk di taman, korban mulai berjatuhan," terang Carissa yang membuat langkah Rico terhenti.
"Denger Rico, gue tau lu saat ini masih diliputi rasa bersalah karena ga bisa ngelindungin siapapun saat di taman, tapi lu ga bisa larut dalam hal itu," ucap Carissa yang mulai mendekati pemuda itu.
"Kalau lu perlu sesuatu, kita bisa bantu kok... Lagian Carissa juga paham sama kemampuan yang lu punya," tambah Erlang yang membuat Rico menghela nafas, dan kini mengalihkan pandangannya ke arah sepasang remaja seusianya itu.
"Oke, makhluk kaya apa yang bahkan buat kalian nyamperin gue?" tanya Rico datar.
"Siluman, dan makhluk ini sudah punya wadah," jawab Carissa yang membuat ekspresi Rico berubah.
"Jadi... Kejadian kebakaran misterius ini, terjadi saat anda sedang nonton sebuah acara TV?" tanya Dwiki yang sedang mencatat keterangan pemilik warung, sementara Sekar terlihat memeriksa dengan seksama bekas kebakaran itu.
"Ga ada jejak supranatural," gumam Sekar pelan sembari mengambil beberapa serbuk hitam dan memasukkan di kantung kecil.
"Berarti tatapan matamu belum tajam," ucap seorang pria berambut Blonde rapi yang tampak berdiri dengan mengenakan setelah kemeja santai dan celana jeans.
"Komandan?!" kaget Gita yang memberi salam, sementara pria itu hanya tersenyum sambil mengusap jejak debu itu di kedua jarinya.
Dan setelah itu ia bangkit menghampiri sang pemilik warung sambil mengeluarkan foto Dani Jagat.
"Apa kejadian kebakaran itu terjadi, tepat setelah pesulap yang ada di foto mengeluarkan trik berbahaya?" tebak pria itu yang dibalas anggukan pelan sang pemilik warung.
"Anda siapa?!" kaget Dwiki mencoba menginterupsi pria itu yang langsung menunjukkan lencananya.
"John Fernando, kepolisian khusus," ucapnya yang langsung membuat ekspresi Dwiki berubah panik, sementara John hanya tersenyum di hadapan pria itu.
***********
"Umm, Sorry Co, keknya buat sekarang gue ga bisa kasih lu info, soalnya Anggika juga ada perlu sama gue," ucap Rudi menerima telfon Rico siang itu.
"Perlu? Anggika kenapa?" tanya Rico yang sedang menghubungi pemuda itu di sebuah cafe.
"Iya, ekskul Jurnalis dapet kesempatan buat wawancara pesulap terkenal, master Dani Jagat," ungkap Rudi pada Rico.
Mendengar ucapan Rudi, tampak Rico melirik ke arah Erlang dan Carissa yang duduk di hadapannya.
"Oke, semoga lancar Rud," ucap Rico sebelum mematikan telfonnya.
"Temen lu dalam bahaya, Rico," ucap Carissa meyakinkan pemuda yang tampak menutup telfonnya.
"Gue tau, makanya gue juga lagi mikirin... Gimana caranya biar gue bisa menolong ga cuma mereka tapi juga orang-orang dari kutukan sulap Dani Jagat," jawab Rico yang terganggu oleh Erlang yang asyik minum jus alpukat disana.
"Seger banget, tambah lagi dong!" ucapnya sambil menyodorkan gelas besar kosong pada pelayan cafe itu, dan terkejut saat dia ditatap Rico dan Carissa sinis.
"Kenapa?" tanya Erlang dengan tatapan bingung, sementara Carissa kembali mengalihkan pandangannya pada Rico.
"Kemampuan heredis lu, kalau lu emang mau bertingkah sok naif dan berharap bisa menyelamatkan orang-orang, kemampuan lu sekarang ga bakal cukup," pesan Carissa seraya menatap wajah Rico serius.
"Terus gimana... Lu tau cara biar bisa ngembangin kemampuan heredis?" tanya Rico pada Carissa yang tersenyum dan bersandar di kursinya.
"Gue bukan heredis, jadi gue ga tau apapun soal itu... Tapi yang pasti kalau mau ngenalin kemampuan lu, coba kenali energi batin lu dulu," pesan Carissa pada Rico yang terdiam dan menatap ke arah minuman yang dia pesan.
*********
"Sonya dan Grace, kebetulan banget kalian ada disini," sapa Anggika yang berjalan bersama Rudi dan beberapa murid jurnalis tepat di belakang Grace dan Sonya yang tampak berbalik menghadap dia.
"Ada perlu apa?" tanya Grace datar, sembari Anggika memainkan dua buah tiket.
"Melihat kalian... Band kebanggaan sekolah kita ternyata tidak ikut ditunjuk oleh sekolah untuk menghadiri sebuah acara sulap tingkat nasional di kota, maka aku ketua jurnalis berinisiatif untuk membantu kalian dengan memberikan dua tiket ini," ucap Anggika dengan nada meremehkan mereka.
"Ga perlu makasih, gue ga suka sulap," ucap Grace menolak tiket pemberian Anggika dengan nada kesal.
"Yakin? Gue denger ada penampilan band nasional disana, yaa... Siapa tau bisa sekaligus menjadi referensi atau menambah skill band kalian yang masih dibawah rata-rata itu, sekalian balas budi karena udah bawain gue berita yang keren soal Indra kemarin," jawab Anggika yang berjalan melewati Grace dan memberikan tiket itu ke Sonya.
"Selamat menonton," ucap Anggika sambil berjalan meninggalkan kedua gadis itu.
"Sumpah pingin gue jambak sesekali itu cewek!" geram Grace yang ditahan oleh Sonya.
"Sabar Gre," ucap Sonya yang melihat dua tiket itu.
"Jarang bahkan hampir ga mungkin loh, tiket masuk aja sampai ada tanda tangan asli artisnya," gumam Sonya sembari menatap dua tiket itu, namun mata Sonya menatap pancaran energi gelap yang menguap dari dalam tiket itu.
"Energi hitam, ini bukan level anomali tingkat arwah," gumam Grace yang matanya sudah berubah warna.
"Tiana?" tanya Sonya yang mengenali suara dan gelagat Grace.
"Sorry... untuk sementara wujud hantuku engga bisa dipakai karena energi Grace masih terkuras akibat dikuasai arwah dalam kitab, jadi cara satu-satunya adalah ngerasukin Grace," ungkap Tiana di dalam tubuh Grace.
"Oke... Tunggu, kalau bukan tingkat arwah, berarti pemilik energi hitam ini?" ucap Sonya seraya menatap Grace yang mengangguk mengiyakan seolah membaca pikiran Sonya.
"Iya, yang kita hadapi adalah anomali tingkat Siluman," jawab Grace yang tiba-tiba kembali kesadarannya dan menatap Sonya bingung.
"Lu kenapa Nya?" tanya Grace pada Sonya yang kini menatap gadis itu cemas, namun setelah tersadar ia menggelengkan kepala dan tersenyum.
"Engga, gapapa, nanti malam kita kesana ya Grace," ajak Sonya sambil menyimpan tiket itu dan berjalan menuju pintu keluar diikuti Grace yang masih bingung.
*********
Sementara di rumah Grace, tampak kakek Wijaya tengah meneguk kopi hangat buatannya, sembari membuka lembaran demi lembaran kitab penakluk arwah, diikuti dengan beberapa kliping yang ia sudah ambil dari beberapa sumber di masa lalu.
"Harusnya ga se berbahaya itu, tapi kenapa sampai tiga hari ini Tiana benar-benar tidak bisa kembali," gumam Kakek Wijaya yang mencemaskan kondisi Tiana.
Tampak sang kakek mulai membuka dan memastikan apa isi yang dibaca di kitab itu.
"Yang kubaca benar, mantra pemulihan, tapi kenapa malah berakhir seperti ini," gumamnya sembari menatap salah satu kliping tentang sebuah sosok yang menghantui rumah sakit tempat Grace dirawat.
"Grace... Soal Tiana," gumam Sonya sambil mengendarai mobil bersama Grace, dan begitu mendengar nama Tiana, terlihat ekspresi Grace menjadi murung.
"Kondisinya benar-benar melemah, aku ga menyangka efek racun dari ular paman itu benar-benar berefek parah ke Tiana," gumam Grace sembari menatap Sonya.
"Kalau gitu kalau ada bahaya..."
"Sumpah Sonya, kalau sekarang lu mau sok jadi pelindung dengan ngelarang gue, gue ga bakal nurut," ucap Grace yang matanya tiba-tiba berubah berwarna hijau, membuat Sonya kaget dan mengalihkan tatapannya ke jalan.
"Oke Gre, oke," ucap Sonya yang mencoba mengendalikan aliran nafasnya, berusaha tenang walau tau ada sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya itu.
To Be continued