NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17 Pria Panti

“Lu nggak ada pacar yah?” tanya Riza pada Gisel dengan nada berbisik namun bisa didengar oleh Juan dan Haikal.

“Eh?” Gisel terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Riza.

“Ah nggak gitu maksud Gue, soalnya Lu bilang tadi datang disini biasanya lari-lari doang, jadi nampak banget Lu datangnya emang sendiri dan buat lari doang” Riza mencoba meluruskan maksudnya agar tidak menjadi salah paham.

“Oh gitu yah kak” jawabnya dengan senyum canggung.

“Gue biasanya lari bareng kakak atau teman kakak Gue, Cuma akhir-akhir ini kakak sibuk, terus teman kakak Gue juga sakit jadi Gue bisa beli jajanan dulu, karena biasanya mereka ngelarang” Gisel bercerita dengan santai pada Riza.

Juan dan Haikal menyimak dengan seksama apa yang dikatakan Gisel, mereka seperti pendengar podcast yang baik.

“Kak Riza suka banget gambar yah?” tanya Gisel yang melihat gambar Riza yang tampak seperti pemula namun tidak begitu buru.

“Ah iya, Gue cuma pengen aja, lagian kan nggak ada salahnya mempelajari banyak hal” jawabnya dengan sedikit gugup, Riza bahkan tampak mencari-cari alasan menjawab pertanyaan Gisel.

“Lu mau balik nggak, bareng aja jarak apartemen sama taman cukup jauh apalagi ini sudah mulai panas” tanya Haikal tiba-tiba yang membuat Gisel terkejut.

“Gue?” Gisel tidak ingin salah sangka, sehingga Ia menanyakan terlebih dahulu siapa yang Haikal ajak pulang bersamanya.

“Iya kita juga udah mau balik nih” tambah Juan yang mendekati Riza dan membantu membersihkan beberapa alat Riza yang berserakan.

Gisel kembali menatap Riza yang tiba-tiba menjadi diam dan tidak mengeluarkan pendapat,

“Oah iya boleh” ucapnya karena merasa ada yang aneh dengan sikap mereka, Ia juga tidak ingin bertanya apa yang terjadi pada Riza yang tiba-tiba diam.

.

Karina memasuki cafe dengan memperhatikan pengunjung yang datang, Ia saat ini mencari keberadaan Jeno yang entah Dimana dan tidak ditemukan di tengah-tengah pengunjung.

“Permisi, nona Karin?” tanya pelayan cafe tersebut.

“Iya mbak kenal saya yah?” tanya Karin yang terkejut dengan pelayan yang menyebut namanya.

“Maaf mbak sudah ditunggu di ruang VIP” jawabnya dengan rama sembari menunjukkan ruangan yang tampaknya berada disamping cafe.

“Oiya terima kasih ya mbak” jawab Karin dengan ramah, lalu segera menuju pada balik tembok yang ditunjukkan oleh pelayan tersebut.

.

“Kak” Karin tersenyum melihat Jeno yang sedang membaca buku ditangannya dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.

“Oh, duduklah” Jeno mengarahkan tangannya pada salah satu kursi yang tersedia.

Karin duduk dan memperhatikan suasana cafe yang begitu sejuk dengan gemercik air mengalir yang terdapat beberapa tanaman bunga dan ikan hias yang ada di kolam samping tempat duduknya. Tempat tersebut hanya untuk satu reservasi sehingga tidak akan ada orang lain kecuali datang bersama.

“Pilihlah apa yang ingin diminum, bentar Gue pesan kan” ucap Jeno dengan senyum manisnya yang tidak sirna dari wajahnya.

‘Hei apakah dia tidak tahu bahwa senyumnya itu berbahaya bagi jantung Gue’ Gerutu Karin dalam hatinya dengan senyum yang dipaksakan

Karin melihat menu dan menunjukan pada Jeno apa yang ingin dipesannya, Lalu Jeno segera memesankan pesanan Karin pada pelayan.

“Kak Jeno kenapa sampai pesan tempat vip segala?” Tanya Karin yang masih memperhatikan suasana yang begitu menyegarkan

“Gue pengen aja tempat yang enak, lagian kalau di depan kan rame jadi bising aja” jawabnya dengan senyum santai.

“Kak, Gue boleh nanya nggak?” Tanya Karin dengan sungkan

“Hmm” jawabnya dengan menganggukkan kepalanya, dan tatapannya yang lembut pada Karin.

“Kak Jeno nggak punya pacar?” tanya Karin, Ia cukup penasaran, bagaimanapun Ia cukup tertarik pada Jeno.

“Gue nggak punya pacar, tapi Gue udah punya calon istri” jawabnya santai

Karin membulatkan kedua matanya karena terkejut, Bahkan Jeno menjawabnya tanpa beban, sepertinya Ia cukup senang dengan hal tersebut dan tidak keberatan dengan pernikahan yang tanpa berpacaran.

Sepertinya Jeno memang tidak mau berpacaran sehingga memilih menikahi langsung gadis pujaannya, atau memang Ia tidak ingin gadis pujaannya direbut orang lain sehingga tidak ingin berlama-lama pacaran dan memilih menikahinya langsung.

“Kenapa bisa menikah tanpa berpacaran?” Tanya Karin yang seperti orang putus asa, Ia tidak bisa bohong jika perasaanya sedikit ter cubit mendengar Jeno yang mempunyai calon istri

“Kenapa tidak, Gue percaya sama pilihan nyokap Gue, lagian perempuannya juga tidak terlihat merepotkan bahkan Ia lucu dan Gue nggak masalah” jawabnya lagi.

“Hmm” jawab Karin dengan menganggukkan kepalanya memahami apa yang dikatakan Jeni

“Eh, jadi kak Jeno dijodohin ?” sambungnya lagi setelah mengingat ada kalimat pilihan nyokap yang diucapkan Jeno

“Iya, Gue juga udah kenal sih sebelumnya” jawabnya lagi dengan mantap dan senyum yang membuat matanya tertutup.

‘Ya udah sih, Gue emang nggak punya kesempatan sih buat berharap sama Kak Jeno, bahkan sekalipun Gue nggak di jodohkan dia juga bukan takdir Gue’ gumam Karin sembari membalas senyum Jeno.

“Permisi, ini pesanannya” datang seorang pelayan yang membawakan pesanan keduanya.

“Makasih Mbak” balas Karin dengan sopan.

Lalu mereka kembali membahas beberapa hal random sembari menikmati minuman pesanan masing-masing yang sudah di antarkan oleh pelayan cafe tersebut.

.

“Huhuhu” Tangis Karin yang saat ini sedang berada di apartemen Gisel untuk curhat mengenai rencana Maminya yang sudah final akan mempertemukannya dengan calon suami pilihannya.

“Udah Lu nggak usah nangis gini deh, bukanya sebelumnya Lu udah nggak masalah” Gisel menenangkan Karin sembari mengusap punggung gadis itu.

“Tapi Gi, Gue jadi goyah, soalnya Gue kayanya suka sama Kak Jeno deh” jawabnya dengan jujur dan tidak ingin menutupinya lagi dari sahabat baiknya itu.

“Lu juga kan belum lama ketemu Kak Jeno Rin” Gisel tahu Jeno baik tapi mungkin saja itu hanya rasa ketertarikan Karin saja.

“Nggak Gi, Gue sebenarnya sengaja ikut BEM karena tahu ada Kak Jeno” jawabnya dengan tetap menitikkan air matanya.

Karin tahu Ia tidak akan bisa menyukai pria lain karena Maminya yang sudah menjodohkannya, namun Ia juga tidak bisa bohong mulai menyukai Jeno saat awal Ia melihatnya.

“Lu jadi udah kenal Kak Jeno sebelumnya?, Pantes aja Lu mau ikut organisasi dan nggak masalah ikut repot tanpa mendapatkan nilai tambahan” Gisel menggelengkan kepalanya, Ia sebelumnya sudah yakin jika temannya ini punya maksud lain mau bergabung dengan BEM

Karin memang bukan anak yang akan suka membuang-buang waktu apalagi untuk organisasi, bahkan saat SMA dengan Ia harus dipaksa Gisel dan dijanjikan nilai tambahan oleh gurunya untuk mau jadi visual manding sekolah karena wajahnya yang begitu cantik.

“Ya udah, Sekarang Lu bilang aja sama Mami Lu, kalau misalnya Lu suka sama teman kampus dan Lu nolak perjodohan itu” ucap Gisel mencoba memberikan saran pada Karin.

“Nggak bisa juga Gi, Kak Jeno juga sudah akan menikah, bahkan Ia begitu bangga membahas wanita yang akan menjadi istrinya nanti” Karin menatap Gisel dengan matanya yang sudah sembab.

Gisel bahkan tidak tahu harus bagaimana lagi menenangkan sahabatnya itu. Karena jika Jeno yang sudah tidak bisa dimiliki maka jalan satu-satunya adalah membuat Karin move on dan menerima takdir.

“Lagian Lu kenapa bisa suka sama Kak Jeno sih” tanya Gisel Ia sedikit penasaran apa yang membuat Karin menyukai Jeno

“Jadi waktu itu….”

‘Flash back on

Karin yang sudah mendapat libur sekolah mulai jenuh tinggal di rumah, sehingga memutuskan berjalan-jalan ke taman yang tidak jauh dari rumahnya dengan bersepeda.

Ia melewati panti asuhan yang yang di halamannya terdapat beberapa anak yang bermain dengan seorang pria, dari punggungnya cukup jelas jika pria itu mempunyai badan yang berotot apalagi tubuhnya saat ini hanya terbalut kaos hitam dengan jeans demin.

“Keren banget, jarang banget padahal ada pemuda yang mau main sama anak-anak saat ini, apalagi anak panti” ucap Karin yang kini terlena memperhatikan mereka bermain.

Ia memperhatikan pria dan anak-anak itu bermain, hingga tubuh pria itu kini menghadap padanya dan memperlihatkan wajahnya yang kini sedang tersenyum dan matanya yang menyipit membuat pria itu semain lucu.

“Lucu banget matanya mau ilang, mana mukanya lucu banget gitu. Emang pantas yah mukanya selucu itu tapi tubuhnya gede gitu?” tanya Karin pada dirinya sendiri dan tertawa dengan pikirannya sendiri.

Ia kembali memperhatikan mereka hingga tidak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan Jeno yang memergokinya sedang memperhatikan mereka.

Karin salah tingkah dan membalas senyum Jeno dan segera mendorong sepedanya menjauh dari area panti asuhan tersebut. Bahkan Ia merutuki kebodohannya yang sedang menertawakan pikirannya yang kemungkinan dilihat oleh pria tersebut.

Flash back off

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!