NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENUNGGU MAKMUN

Lia kini merasa khawatir suaminya sampai saat ini belum juga kembali pulang, Ia berusaha menelpon suaminya namun yang menjawab selalu operator.

"Ya Allah Makmun katanya lembur cuma sampai jm 8 ini sudah lebih dari jam 8, Kamu kemana sih, di kabarin susah banget"

Gerutu Lia berkata dalam hatinya.

Setelah berobat kasih langsung meminum resep obat yang di berikan oleh Dokter.

"Makasih ya mas.. Kamu sudah membawa Aku berobat, dan menemani Aku saat ini"

"Iya.. Kamu lebih baik saat ini tidak usah bekerja dulu"

"Tapi Aku sudah tidak masuk kerja tiga hari, kalau terlalu lama, takut ada yang menggantikan"

Makmun ingin sekali membiayai kehidupan Kasih sehari-harinya, tapi Kasih pasti akan menolaknya.

"Kasih.. kalau Aku ingin membiayai hidup Kamu, bagaimana?"

Kasih terdiam mendengar pernyataan itu, lalu Makmun berusaha menjelaskan maksud dan tujuannya.

"Begini, Aku hanya ingin membantu Kamu, Aku tidak tega Kasih, Kamu saat ini sedang hamil"

Kasih pun tertawa sinis lalu menjawab permintaan Makmun.

"Mas.. Kamu gak berhak sama sekali membiayai hidup Aku, Kamu bukan suami Aku Mas"

Lalu tiba-tiba Makmun berkata sesuatu yang mengejutkan Kasih.

"Kalau Aku menikahi Kamu bagaimana?"

Kasih cukup terkejut mendengar pernyataan Makmun, Kasih menatap wajah Makmun, begitupun dengan Makmun.

Tapi yang Kasih pikirkan saat ini bukan tentang dirinya atau anak di dalam kandungannya, melainkan tentang perasaan Lia jika tahu suaminya berpoligami.

"Tidak mungkin mas, Kamu milik Lia, Aku tidak ingin ada di antara Kalian"

"Aku akan bicarakan ini pada Lia, atau bila perlu Lia tak perlu tahu pernikahan ini"

Kasih pun marah ketika mendengar hal itu.

"Apa Mas, tidak Mas... Aku tidak ingin menjadi selingkuhan"

"Bukan Kasih aku tidak bermaksud menjadikan mu selingkuhan, maka dari itu Aku ingin menikahi mu"

"Tapi ini tidak mungkin Mas"

Kasih bicara sambil menangis, Kasih hanya takut jika nanti Lia akan membencinya.

"Sudah Mas.. Aku tidak ingin membicarakan ini, Aku tidak ingin Mbak Lia membenci ku"

"Tapi aku tidak tenang, Kamu hidup seorang diri, lihat sekarang Kamu sakit, tidak ada yang membantu Kamu, Kamu butuh pendamping hidup"

Kasih terdiam menatap wajah Makmun sambil menangis.

Melihat Kasih yang sedang menangis, membuat hati Makmun menjadi Terenyuh, rasanya Ia ingin menghapus air mata itu dari pipi Kasih, entah apa yang sedang di rasakan oleh Makmun saat ini, apakah Makmun mulai mencintai Kasih.

Waktu terus berjalan, Kasih kini tertidur pulas, setelah meminum obatnya,tapi Makmun belum juga pulang, Ia menunggu hingga demam Kasih menurun.

Jam hampir menunjukkan pukul 9.30, karena Lia tak kunjung mendapat kabar dari sang suami, akhirnya Ia mengabari kedua orang tua Makmun.

"Halo Mah.. Maaf Makmun ada disitu?"

Bu Alya melihat jam di dinding, lalu Ia menjawab,

"Tidak ada Lia, memang Makmun belum pulang, sebelumnya apa dia menghubungi Kamu?"

Lia mengatakan Makmun memang mengabarinya bahwa Ia akan lembur hingga jam 8 tapi sampai saat ini Makmun belum kunjung pulang.

"Aku sudah menelponnya beberapa kali, tapi nomor ponselnya tidak aktif Mah"

Bu Alya kini ikut bingung di mana Makmun berada, lalu Ia berkata pada Lia untuk jangan khawatir dulu.

"Mungkin handphone Makmun lowbat, sebaiknya Kamu tunggu dulu kalau sampai jam 11 belum pulang, nanti mamah suruh papah Helmi ke tempat kerjanya Makmun.

Lia pun mengikuti perkataan mertuanya, Ia akan terus menunggu Makmun sampai pulang, lalu obrolan pun di akhiri.

Bu Alya hanya terdiam berfikir kemana Makmun saat ini, Ia tak pernah begini sebelumnya, apakah Lia dan Makmun bertengkar, Tanya nya dalam benak Bu Alya.

Asri menunggu kabar dari Sam namun Sam belum mengabarinya sampai saat ini.

"Katanya mau menghubungi Aku, mana ini sudah malam belum juga Dia menelpon Ku"

Ucap Asri dalam hatinya sambil duduk manyun di atas ranjang, tak lama handphone Asri berbunyi suara panggilan dari Sam, Asri pun tersenyum sumringah melihat panggilan itu walaupun tanpa nama, tapi Asri yakin bahwa itu adalah Sam, Asri segera mengangkatnya dan bicara.

"Halo..."

"Halo sayang"

Ternyata benar itu panggilan dari Sam.

"Sam Kamu kok lama sekali sih kabari Aku"

Sam pun tertawa kecil mendengar suara manja Asri.

"Iya sayang Aku minta maaf ya, Aku tadi ada telepon sebentar dari polisi"

Asri kaget, mengapa Sam berurusan dengan polisi, lalu Sam menceritakan soal Pak Herman dan masalah Tini dengan Fahmi anak dari Pak Faris.

Asri cukup terkejut mendengar semuanya, lalu Ia menanyakan soal keadaan Tini saat ini.

"Aku gak tahu sekarang Dia di mana, terakhir kita berpisah di pengadilan agama"

Asri merasa kasihan pada Tini, karena ia saat ini seharusnya butuh support dari banyak orang.

"Sam, apa yang Kita lakukan ini apakah jahat?"

Sam tak mengerti dengan maksud ucapan Asri.

"Apa yang jahat, seharusnya Fahmi bertanggung jawab atas perbuatannya"

"Aku mengerti tapi maksud Aku, Kamu menceraikan Tini dalam keadaan hamil apakah itu tidak kejam Sam"

Sam merasa lelah, di tambah ucapan Asri yang membuatnya merasa sia-sia sudah berjuang sejauh ini.

"Jadi Kamu mau Aku kembali dengan Tini lagi"

Asri kaget membelalakkan matanya mendengar Sam berkata seperti itu, lalu Sam menjawab,

"Bukan seperti itu Sam, Aku hanya sebagi sesama wanita merasa...."

"Cukup Asri, Kamu juga hamil, Aku meninggalkan Kamu, apakah Aku tidak jahat"

Asri terdiam mendengar ucapan Sam.

"Baik.. Aku mengerti.. Maafkan Aku Sam, Aku tidak mau kehilangan Kamu lagi"

Sam merasa lega akhirnya Asri mengerti kondisi yang terjadi saat ini.

"Aku mohon, Aku sudah berjuang sejauh ini, Aku juga tidak ingin kehilangan Kamu, setelah beres kasus Herman Aku akan segera melamar Kamu"

Asri kini tersenyum senang, Ia tak sabar hari itu tiba, dimana Ia akan menikah dengan orang yang sangat ia cintai.

"Ya sudah Kamu tidur ya, ini sudah malam, Aku masih harus mengerjakan proyek kemarin"

"Kamu tuh ya, kalau soal pekerjaan gak ada capeknya, istirahat sayang"

Sam merasa senang akhirnya Ia bisa kembali bermesraan dengan Asri sekian lamanya tak pernah berjumpa.

"Iya...Aku akan istirahat sayang, setelah selesai pekerjaan ku"

"Ya sudah Aku tutup ya teleponnya, love you"

"I love you to"

Sam berbicara sambil tersenyum. Ia sangat sungguh bahagia hari ini.

Bu Anita tak bisa tertidur, lalu Ia mencoba memasuki kamar Asri, namun Ia melihat Asri masih terjaga duduk menghadap handphonenya dengan tersenyum-senyum.

"Asri.."

Asri kaget dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba.

"Mamah ngagetin tahu gak"

"Oh ya, Kamu belum tidur?"

"belum.. Belum mengantuk"

"Lalu kenapa senyum-senyum?"

Pertanyaan Bu Anita sungguh sangat menggangu kenyamanan Asri di kamarnya.

"Cuma senyum gak boleh Mah"

Lalu Bu Anita mendekati Asri dan berkata,

"Apa Kamu punya pacar?"

Asri terkejut mendengar ibunya bertanya begitu.

"Hah.. Gak kok, aduh mamah sudah deh jangan seperti polisi banyak interogasi"

"Mamah cuma gak mau, Kamu salah arah, Kamu jangan bertindak aneh-aneh kalau memang Kamu suka dengan seseorang kasih tahu mamah, karena dengan kondisi kamu yang sekarang itu gak memungkinkan sayang untuk berpacaran"

"Mah.. Asri mengerti, mah kalau misal Sam datang lagi dan melamar Aku bagaimana?"

Bu Anita sedikit curiga dengan Putrinya yang tadi senyum-senyum sendiri, Ia mengira mungkin Sam kini menghubunginya lagi, lalu Bu Anita menjawab pertanyaan Asri.

"Ya kalau status Dia sudah sendiri, kenapa Mamah harus melarang, Dia ayah dari anak ini, itu justru lebih baik dan memang Sam lah yang harus bertanggung jawab"

Asri pun tersenyum lega mendengar pernyataan sang ibu, itu artinya hubungannya dengan Sam akan di restui.

"Kamu kenapa bertanya soal Sam, apa Dia menghubungi Kamu lagi?"

Asri tidak tahu apakah saat ini ia harus jujur atau diam tutup mulut dan menunggu waktu yang tepat.

"Asri..mamah bertanya?"

Asri melirik ke wajah Bu Anita, namun Ia masih belum bisa mengatakan yang sebenarnya, akhirnya Ia berbohong jika Sam tidak pernah mengabarinya.

Bu Anita hanya terdiam memandangi wajah Asri penuh banyak tanya.

"Ya sudah mamah ke kamar ya, Kamu tidur, jangan begadang gak baik untuk kandungan Kamu"

Ditengah malam Bu Dian terbangun karena seseorang menelponnya.

"Halo ini siapa?"

Bu Dian berbicara sambil mengusap-usap matanya dan melihat jam dinding.

"Saya Malik Bu pengacara pribadinya almarhum apak Fery Tanoto"

"Iya Pak ada apa bapak menghubungi Saya malam-malam begini"

Lalu Pak Malik menjelaskan jika almarhum Fery Tanoto telah membuat surat wasiat pembagian harta.

"Apa suami Saya membuat surat pembagian harta, tapi untuk siapa hartanya di bagi, anak Fery kan hanya Farhan"

Bu Dian lupa jika Asri juga anak dari Fery, namun pengacara menjelaskan jika dirinya akan datang besok pagi menjelaskan wasiat yang sudah Pak Fery amanah kan padanya.

"Baik.. Saya akan menunggu kedatangan bapak"

Lalu Pak Malik juga berpesan jika besok saudari Asri dan Bu Anita harus datang mendengar wasiat dari almarhum.

1
Alang Sari
konflik di dalam cerita cukup rumit namun salut bagi penulis bisa menjabarkan dengan detail, dan tersusun rapih
Alang Sari
ceritanya menarik, semakin penasaran
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!