NovelToon NovelToon
Bianglala Negeri Impian

Bianglala Negeri Impian

Status: sedang berlangsung
Genre:berondong / Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Agung Riyadi

kisah cerita Randu, seorang anak korban musibah tanah longsor di kampungnya dan hanya dia satu satunya yang selamat, kemudian mendapatkan anugerah kesaktian yang tiada taranya dari jiwa leluhur, menjalani liku liku kehidupannya dan berusaha menggapai semua impian dan cintanya.
berhasilkah Randu, please check it out the story

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agung Riyadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Madu buat Bu Lurah

Hampir seminggu lamanya Randu yang masih dapat izin berkabung dari sekolahnya enggan melakukan aktivitas apapun kecuali menghabiskan waktu seharian di pusara keluarganya.

Meskipun ada kalanya ia, juga ikut membantu beberapa pekerjaan kecil di rumah kepala desanya yang seluruh anggota keluarganya berkenan menampungnya itu.

Randu sebenarnya lah adalah anak yang sangat rajin dan terampil dalam pekerjaan apapun bahkan untuk anak seusianya ia bahkan mampu melakukan pekerjaan yang seharusnya hanya bisa dilakukan orang dewasa seperti memanggul sekarung gabah seberat setengah kwintal dari sawahnya yang berada di lembah di bawa ke rumahnya yang berada di atas.

berjalan naik turun tebing di puncak bukit setinggi lebih dari tiga puluh meter guna memanen madu liar pun sering ia lakukan bersama pamannya.

Sejak kanak kanak ia telah dijejali bermacam pekerjaan berat oleh baik bapaknya maupun kakek dan pamannya yang juga menjadi gurunya dalam mengajarinya beberapa ilmu beladiri.

Kondisi Randu yang seolah sudah enggan berbuat apapun itu, tak pelak membuat Pak Sumitra dan keluarganya itu merasa prihatin mengingat mereka semua mengenal Randu sebagai anak yang sangat baik dan bersahaja namun kini anak itu seolah redup dan kehilangan gairah hidupnya.

"Bagaimana kalo kita minta Priyatna saja yang merawat Randu pak, mamah kasihan anak itu makin hari justru semakin kehilangan minat apapun," ujar Bu Sumitra mengutarakan pendapatnya tentang Randu kepada suaminya ketika mereka sedang berada di peraduan dan bersiap siap untuk istirahat.

"Boleh juga mah, tapi kira kira apakah Priyatna tidak berkeberatan nantinya ?" balas Pak Sumitra.

Priyatna sendiri adalah adik kandung dari Bu Sumitra yang tinggal di Bogor dan bekerja sebagai aparatur sipil negara di kantor dinas pertanian setempat.

"Coba bapak hubungi saja besok, hatiku rasanya pedih pak, tiap hari lihat Randu selalu bersedih dan tak ada gairah apapun,"

"Baiklah mah, coba besok bapak telepon dia, nanti kalo dana sosial untuk Randu yang diberikan oleh dinas sosial dan badan penanggulangan bencana sudah cair, kita berikan saja biar di kelola Priyatna,"

Pak Sumitra sendiri bukannya tak memahami kondisi Randu yang semakin hari semakin tenggelam dalam depresi, bahkan ia pun takut jika jiwa anak itu jadi terganggu dan menurunkan kesehatan mentalnya, hampir kepada setiap anggota di rumahnya bahkan ia selalu berpesan untuk selalu menjaga sikap baik agar tidak menyinggung Randu.

Hari berikutnya, di sela sela waktu menjalankan tugasnya sebagai seorang yang diberi amanah untuk mengurus desa Marga Jati, Pak Sumitra benar benar menghubungi adik iparnya yang tinggal di sebuah wilayah kabupaten Bogor bagian timur.

Ternyata keinginan Pak Sumitra bersama istrinya yang bermaksud menyelamatkan hidup Randu dengan menitipkannya kepada adik iparnya itu diterima dengan antusias oleh Priyatna yang memang selama ini baik ia maupun Yeni istrinya menginginkan kehadiran seorang anak lelaki di keluarga yang sudah tiga belas tahun mereka bina dan baru di karuniai seorang anak perempuannya yang kini berusia dua belas tahun.

Pada kesempatan itu pula Priyatna berjanji bahwa pada akhir pekan nanti ia akan mengunjungi desa Marga Jati bersama keluarganya.

Sementara itu di ruang depan kediaman keluarga Sumitra, Gandi sedang berkeluh kesah kepada mamanya, karena tak menemukan Agung di pusara keluarganya.

Baru saja ia pulang dari sekolahnya dan langsung bergegas ke pemakaman yang selama dua minggu terakhir ini selalu menjadi tempat favorit buat Randu, namun sampai di pemakaman itu Gandi sama sekali tidak menemukan sahabatnya itu.

"Asih, kau lihat Randu nggak ?" ujar Gandi kepada adiknya yang baru pulang dari rumah kawan sepermainannya. Asih memang selalu pulang lebih awal daripada Gandi mengingat ia baru duduk di kelas tiga.

"Loh, kan biasanya juga di makam kan," jawab Asih apa adanya.

"Nggak ada Sih, barusan aku dari sana dan ga ada seorang pun ada disana,"

"Sudahlah tunggu saja dulu, barangkali Randu sedang pergi sejenak ke rumah temannya yang lain," ujar Bu Sumitra, yang cukup masuk akal dan sedikit mampu menenangkan Gandi yang saat itu sangat cemas.

"Gandi dan Asih makan siang duluan saja sana !" lanjut Bu Sumitra lagi menyuruh anak anaknya untuk segera makan siang.

"Iya mah, Asih memang sudah lapar ini, Ak ayo kita makan !" jawab Asih yang lalu menatap Gandi kakaknya

"Kamu duluan saja dek," ucap Gandi.

Hatinya belum tenang jika belum mengetahui keadaan Randu yang sedang entah kemana.

Namun baru saja Gandi akan menghempaskan badannya ke bale bambu yang saat ini sedang menjadi tempat Bu Sumitra beristirahat melepaskan penatnya, Randu datang dengan langkah gontai sambil menjinjing dua buah batang tabung bambu petung yang berukuran sekitar satu meter kurang sedikit.

Gandi segera bergegas menghampiri sahabatnya itu dengan wajah berseri seri.

"Randu, kamu abis dari mana ? itu apa yang kamu bawa ?" begitulah lontaran pertanyaan dari Gandi kepada sahabatnya itu.

"Abis dari tebing Gan, mengambil madu," jawab Randu lirih dan datar saja.

"Madu..madu apa ?" tanya Gandi sambil memegang salah satu bumbung bambu yang di bawa Randu.

"Kau bawa madu nak ?" tukas Bu Sumitra yang lalu bangkit dari tempat duduknya di bale bambu kemudian menghampiri Randu dengan antusias.

"Iya Bu lurah, saya bawa madu lebah liar yang ada di atas tebing sektor satu," jawab Randu apa adanya.

Baik Gandi maupun mamahnya sedikit tertegun mendengar penuturan dari Randu karena sepengetahuan mereka sektor satu yang dikatakan olehnya itu adalah tebing yang sangat tinggi dan curam yang hampir jarang sekali di jamah oleh warga di desa itu.

"Ini buat Bu lurah," kata Randu lagi sambil menyerahkan kedua bumbung bambu berdiameter sekitar hampir dua puluh senti itu dan cukup berat terasa di tangan ibu kepala desa karena penuh berisi madu.

"Banyak sekali ini nak, bagaimana kamu bisa mengambilnya ?" tanya Bu Sumitra yang jujur saja merasa sangat keheranan karena anak sekecil Randu bisa mendapatkan madu sebanyak itu dari tempat yang hampir tidak mungkin mereka bisa menjangkaunya.

Randu hanya terdiam saja karena tidak tau harus menjelaskan bagaimana cara dia mendapatkan madu madu itu. Karena yang Randu tau, pamannya mendapatkan banyak uang dari madu madu itu yang ia jual ke seorang bandar madu di kota.

Saat pamannya memberikan sejumlah yang kepada Randu atas jerih payahnya, Randu sangat senang sekali dan langsung memberikan semua uang yang diberikan pamannya itu kepada emaknya.

Namun segala kenangannya itu kini telah sirna begitu saja.

"Terimakasih banyak nak, tapi lain kali kamu nggak perlu mengambil madu lagi di tempat itu ya nak itu tempat yang sangat berbahaya, andaikata kamu terpeleset sedikit bisa dibayangkan kan akibatnya seperti apa," ujar Bu Sumitra sambil mengusap rambut kepala Randu dengan penuh rasa kasih sayang yang tulus.

1
Agung Riyadi
luar biasa
Laelia
Ngangenin deh ceritanya.
Agung Riyadi: makasih 🙏🙏
total 1 replies
Phoenix Ikki
Bingung mau baca apa lagi sekarang. 🤷‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!