Elisabeth Veronica Louie adalah seorang gadis yang tingkat pemalasnya sudah mencapai tingkat akhir.
Elisa hidup dengan kekayaan dan kasih
sayang yang lebih dari cukup, karena kedua itu membuatnya menjadi gadis pemalas.
Walau Elisa pemalas dia juga mahir dalam segala hal misalnya dalam bidang olahraga dan akademik.
Otaknya cerdas tapi sayang sifatnya sangat pemalas itu julukan Elisabeth si gadis pemalas.
Karena sifatnya sangat pemalas yang sudah mencapai tingkat akut, Elisa hidupnya harus berakhir dengan mengenaskan ditabrak sebuah bus di depan campusnya.
Bukannya masuk ke surga ataupun neraka,
Elisa harus menepati sebuah tokoh antagonis di dalam sebuah novel yang direkomendasikan oleh kakaknya.
Elizabeth Annabele Britannia.
Hidup antagonis yang penuh dengan masalah baik dalam maupun diluar.
"Dasar novel sialan! Harusnya tadi aku bisa masuk surga dan malas malasan disana, bukannya masuk kedalam novel apalagi aku harus menjadi si tokoh antagonis yang penuh dengan masalah."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Hari ini kamu ke kantor, Eliza?"tanya ayah Eliza duduk dikursinya.
Aku mengangguk tanpa melihat wajah ayah pemilik tubuh, memotong steak lebih
menggoda daripada menjawab pertanyaan itu.
"Eliza, tolong tatap muka kalau menjawab Daddy mu"tegur wanita yang berpakaian sederhana tapi bermerek, Mila Anara. Ibu dari Mikayla.
"Hm,"
"Mungkin kak Eliza sedang sibuk jadi gak bisa lihat Daddy"ucap Mikayla dengan wajah polos.
Cih baru aja satu bulan mereka bergabung, mereka sudah beraninya menegurku.
Dasar gak sadar diri.
"Kak Eliza nanti bisakah temankan Mika ke butik untuk mencari gaun untuk pertunanganku?"
"Gak!"tolakku mentah mentah.
"Kenapa?"
Dengan raut nada kecewa tersirat
diwajahnya.
"Sesuai katamu, aku sibuk!"
Aku bangkit meninggalkan mereka, baru aja memakan beberapa potong steak harus pergi karena muak melihat drama mereka apalagi si Mikayla itu yang sengaja memamerkan pertunangan nya dengan Alaska yang akan dilaksanakan dua Minggu lagi.
Pernikahan mereka berdua akan dilaksanakan setelah Mikayla selesai sekolah atau kalau bisa lebih cepat saat
Mikayla sedang mengandung.
*****
"Astaga nona, kenapa anda terlambat? Kliennya sudah menunggu nona dua puluh
menit yang lalu"ucap Liam Sekretarisku.
"Kan sudah aku bilang kamu aja yang urus semuanya, tapi kamu malah suruh aku kesini yah otomatis kamu dan kliennya harus menunggu"jawabku dengan santai masuk
kedalam restoran.
Meja VIP dilantai atas. Aku mengernyit menatap punggung seorang pria yang sepertinya aku kenal, entah siapa tetapi
aura nya membuatku sedikit merinding.
Dingin, mencengkram.
"Dia!"
Tunjukku pada seorang pria yang sedang duduk disana dengan seorang pria.
"Ya nona dia klien penting kita"jawab Liam.
"Excuse me, sir. I'm sorry for being late"ucapku terkejut melihat wajah pria itu.
OMG aku ketemu lagi dengan pria berbahaya ini. Sial! Kenapa dunia ini kecil sekali?
Xavier Archie Leonhard.
"No problem"jawab seorang pria disamping Xavier.
"Meet again?"tanya Xavier dengan wajah datarnya.
"Yeah."
"Hei Liam! kenapa kamu gak bilang kalau klien pentingnya adalah CEO Leonhard?" Bisikku dengan kesal menginjak sepatu Liam.
"Anda tidak bertanya pada saya nona"jawab Liam dengan santainya.
Ingin rasanya menimpuk wajah santainya itu dengan heels yang aku gunakan saat ini.
Apa dia gak tau kalau klien pentingnya adalah seorang pria berbahaya?
Cih awas aja kamu nanti, Liam!
"Baik kita mulai saja, nona Wiranata dan tuan Liam!"
"Jadi sesuai yang ada dikontrak yang kita sepakati kemarin, pembangunan hotel
ini perusahaan kami ingin keuntungannya 65% karena apa? Pertama perusahaan kami memiliki barang dan yang desain yang mengerjakannya adalah dari perusahaan kami. Kedua dengan adanya kerja sama ini hotel itu akan terkenal. Jadi kami meminta keuntungan yang lebih dari yang kontrak kita bicarakan kemarin dengan tuan Liam."
"Saya tidak setuju, tuan Roy"Bantahku memotong jawaban yang akan Liam
ucapkan.
Pastinya Liam akan setuju dengan itu, yah kapan lagi bisa kerja sama dengan
perusahaan besar.
"Apa alasannya, nona?"tanya Roy menaikkan alisnya.
"Saya tau kalau dengan kerja sama ini hotel yang akan kita rencanakan akan terkenal, tetapi setelah saya mendengarkan tentang rencana pembangunan hotel dan desainnya saya rasa hotel akan kurang banyak minat bagi tamu"
"Apa nona meremehkan desain dari perusahaan kami?"
Bukan Roy yang bertanya tetapi Xavier pria berbahaya itu.
Aku berdehem untuk menghilangkan rasa gugupku atas pertanyaan Xavier.
Suaranya memang bagus cocok untuk jadi penyanyi tetapi wajahnya dan aura nya sangat menyeramkan.
"Saya tidak meremehkan hasil desain nya tetapi desain yang saya lihat itu terlalu
pasaran, maaf"
"Oh, kalau gitu apa nona bisa membuat desain nya tidak menjadi pasaran?"
"Saya kurang bisa mendesain, tetapi saya tau cara mendesain nya karena dulu saya ada ikut kelasnya."
"Ikut kelas? Maksud nona kelas arsitektur? Bukannya nona masih seorang siswi?"
Deg
Sial aku lupa tentang itu.
Aku memang dulu ada ikut jurusan arsitektur karena itu cuma iseng aja sebelum masuk kejurusan bisnis dan IT.
Kalau dulunya si gak apa apa aku bicara seperti itu tetapi kalau sekarang dirinya hanya seorang siswi yang tidak tau apa apa soal bisnis.
Harusnya tadi aku diam dan tenang aja.
"Em itu...itu maksudnya saya dulu ada ikut ekstrakurikuler menggambar dan mendesain saat masih dibangku menengah pertama."
"Kalau begitu bagaimana bisakah nona menunjukkan desain arsitektur yang tidak
pasaran seperti desain punya saya?"
Xavier menyeringai kecil menatap gadis cantik didepannya.
Aku memalingkan wajahku,
"Ya baiklah tetapi beri saya waktu untuk mengerjakannya."
"Dua Minggu dan berikan desainnya langsung di perusahaan saya."
Xavier memberikan kartu namanya
kepada perempuan.
"Baiklah."
Aku mengambil kartu nama Xavier
menyimpannya di dalam tas.
"Kalau gitu kami pergi dulu karena kami ada urusan lagi"ucap Roy mewakili tuannya berbicara.
"Huft akhirnya selesai juga"
"Ayo pulang."
Aku mengambil tasku bersiap pulang.
"Tunggu nona."
Liam menahan nona nya.
"Ada apa?"
Aku menatap Liam dengan tajam.
"Nona harus ke perusahaan dulu, ada banyak berkas yang harus nona periksa dan tandatangan"ucap Liam tidak takut dengan tatapan tajam dari nona nya.
"What? Gak mau!"Tolakku.
Liam menarik tangan nona nya masuk kedalam mobil yang dibawa, meminta kunci mobil kepada nona nya itu.
*****
MALAM HARI
Aku masuk kedalam kamarku membaringkan tubuhku diatas kasur dengan kasar. Lelahnya hari ini.
Tok tok
Cih mengganggu saja!
"Apa?"
Menatap malas wanita paruh baya didepannya.
"Eliza ayo makan malam"ajak wanita itu dengan lembut.
Aku mengangguk melewatinya turun
menggunakan lift bersamaan dengan wanita itu.
Aku melihat satu pria yang duduk disamping tempat dudukku, pria itu menatapnya penuh arti tetapi aku membalasnya dengan tatapan dingin.
Aku melihat menu makanan hari ini dan aku mengernyit kenapa semuanya tentang kerang? Apa mereka gak tau kalau dia alergi terhadap kerang? Eliza dan aku sama memiliki alergi terhadap kerang menghindari semua menu makanan yang memiliki bahan utama kerang.
Dan sekarang semua menu bahan utamanya kerang, what?
Mereka ingin aku mati kah supaya harta milikku menjadi milik mereka?
"Kalian ingin membunuhku?"
Aku menatap tajam mereka.
"Apa maksudnya, Eliza?"tanya ayahnya.
"Kalian gak tau kalau aku memiliki alergi terhadap kerang? Dan kalian menghidangkan semua makanan yang bahan utamanya adalah kerang? Do you want to kill me?"
Aku masuk ke dapur mengambil bahan makanan ayam dan berberapa bumbu
untuk membuat ayam goreng.
Memotong bahan yang sudah aku siapkan dan memasaknya hingga harum.
"Nona biar kami saja yang buatnya"ucap kepala koki ingin mengambil alih makanan
yang sedang dibuat nona nya.
"Tidak, mulai sekarang aku yang akan membuat makananku sendiri"tegasku
sambil fillet ayam menjadi beberapa potong dan memasukkan kedalam bumbu yang sudah tidak berbau
mentah.
Aku sudah biasa memasak saat masih menjadi Elisabeth karena sang mommy yang memaksaku untuk membantunya dan aku mengiyakan walau malas.
***
Alur aku suka, soalnya nggak terlalu banyak romannya. nggak sabar buat nunggu season keduanya