Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APAKAH MASIH ADA KESEMPATAN, UNTUKKU?
"Apa kau lupa, kau tidak boleh sembarang masuk ke kamar pribadi Saya !!" desis suara bariton itu yang dapat membuat Naraya merinding,"
Seketika rasa amarah yang wanita itu bawa berubah menjadi rasa takut, tapi dengan cekatan dia dapat menyembunyikan tanpa di ketahui oleh sang Mafia.
Walaupun dalam kondisi membelakangi Naraya, aura sang Mafia terasa begitu menyeramkan, apalagi kini pria tersebut hanya terdiam di posisinya.
Mereka berdua memang sudah lama menikah, namun bukan berarti membuat mereka mengenal sangat baik, apalagi Naraya dia seakan-akan tidak mengenal pria yang berstatus sebagai suaminya itu.
Dengan gerakan maskulin, Darren membalikan badannya menghadap Naraya yang sedang terpaku di tengah-tengah ruangan.
Seperti biasa Naraya selalu terlihat sangat rapuh di depan Darren. Dengan menggunakan piama katun yang melihatkan tubuh indah dan juga belahan buah melon nya yang begitu sexy, namun tak dapat sedikit pun memancing gairah sang Mafia bangkit.
"Apa yang kau lakukan dikamar Saya," tanya Dareen dengan tatapan tajam yang seakan akan ingin membunuh Naraya.
Ketika mendapatkan aura yang sangat menakutkan dari pria tersebut, Naraya merasa kakinya lemas.
Ya lemas, namun sekuat tenaga ia menopang tubuh nya agar tidak terjatuh.
"Apa yang kau mau," tanya Dareen sekali lagi dengan sedikit menaikkan oktaf suaranya.
Naraya menelan salvina nya dengan keras, pertanyaan Dareen kembali membuat nyalinya menciut.
Tak mendapat respon dari sang istri, Dareen melatakan segelas wine itu diatas meja .
Tuhan menciptakan Dareen dengan begitu tampan dan tanpa ragu. Rambut pirang yang sedang kusut, kulit putih, tinggi semapai, hidung mancung, saat ini pria itu menggulung kemaja hitamnya hingga siku yang menampilkan urat-urat tangannya yang begitu intens, serta kedua kancing atas yang sengaja ia buka yang sedikit menampilkan dada bidang nya, semakin memancarkan ke tampanan sang Mafia.
Dengan malas Darren melangkahkan kaki panjangnya menuju sang istri yang masih terdiam di tengah-tengah ruangan kamar pribadinya.
Tepat di depan hadapan sang istri, Dareen hanya menanti jawaban dari Naraya.
"Dareen, Aa-aku aku," ucap Naraya tergagap karena bergidik ngeri.
Saat ini bibirnya terasa sangat kelu untuk mengutarakan semua kekesalannya yang ingin dia utarakan sebelum datang ke kamar Dareen.
Namun, hanya karena mendapatkan respon yang mengerikan membuat pikirannya kosong seketika.
"Jika tidak ada yang ingin kau katakan maka keluarlah dari sini!" Ucap Dareen tepat didepan wajah mulus Naraya, namun dengan nada memerintah.
Karena tidak mendapatkan jawaban Dareen menarik pergelangan tangan Naraya menuju pintu.
Karena merasakan sakit di lengannya Naraya tersadar dari lamunannya, kini posisinya sudah berada di luar ruangan.
Ketika Darren hendak menutup pintu besar itu ,
"DAREEN!!"
"DAREEN!!"
Panggil Naraya sambil menyeimbangkan badan yang di sempat di hempaskan Dareen.
"Ada apa lagi !!" tanya Darren dingin, dengan tangan yang bersidekap didada bidangnya.
"Aku tidak setuju !! Bagaimana bisa aku merawat anak dari wanita lain," Protes Naraya yang hanya mendapatkan senyuman miring dari sang suami.
"Jika kau tidak setuju, maka segeralah hamil," To the point Dareen tanpa memperdulikan perasaan Naraya.
Wanita itu diam seribu bahasa, dia sangat marah didalam hati selalu saja menyumpahi pria yang ada dihadapannya. Suaminya begitu egois, hanya mengambil keputusan sepihak.
Tetapi imbasnya selalu dia yang menerima semuanya.
Dareen berdiri tegap, dia begitu jengah dengan wanita yang berstatus istri ini.
"Harusnya kau bersyukur! Saya tidak menuntut cerai kepada mu. Bisa saja Saya menikah lagi untuk mendapatkan keturunan, setiap detik yang kau habiskan berdampak buruk bagi perusahaan keluarga Ryzadrd dan bisnis senjata Saya," Ucap Dareen datar. Namun, begitu menakutkan.
Berhasil membuat Naraya kembali merinding tapi berusah ia tutupi, Naraya tak ingin selalu nampak lemah dihadapan Darren.
Sekuat tenaga ia mengepal kedua tangannya untuk meredam amarah yang sudah mulai menguasai tubuh wanita itu.
"Setidaknya beri aku satu kali kesempatan," Ujar Naraya, ia membanting harga dirinya kembali di depan Darren, setelah berhasil menahan amarahnya.
Di hatinya sendiri, wanita itu terkejut memiliki amarah yang sangat besar hingga hampir tak bisa ia kendalikan.
Sebelum menikah dengan Seorang Dareen Arshad Ryzadrd, ia dikenal sebagai seorang gadis yang lemah lembut nan ramah.
Namun, setelah menikah dan menghadapi sikap Darren yang egois membuat Naraya menemukan sisi lain dalam dirinya.
"Kesempatan satu kali ?" Ucap Dareen mengulang permintaan Naraya.
"Sudah delapan tahun aku menunggu, selama itu aku memberimu kesempatan! Tapi apa? Nihil!" Sambung Darren dengan menekan kata terakhir.
"Kau menikah dengan Saya, karena kerja sama perusahaan, namun satu hal yang harus terus kau ingat, perusahaan mana yang paling membutuhkan?" pekik Daren dengan senyum licik.
"Jika kamu tidak setuju maka ada kesempatan lain nyaitu bercerai, tapi apakah kau masih ingat dengan ucapan Saya barusan? "
"Jika kau pintar maka pilih lah opsi pertama dan setuju," Desis Darren di telinga milik Naraya.
Dareen melangkah memasuki kamar pribadinya dan membanting pintu besar itu dengan sangat kuat.
Dentuman keras tersebut sangat kers sehingga membuat Naraya terkejut.
Setelah kembali kekamar Darren dengan kesal mengumpati perilaku Naraya tersebut, hal ini lah yang membuatnya malas berurusan dengan istrinya itu.
Baginya istrinya itu amatlah mengganggu, dalam pemikiran Darren tugas seorang istri hanyalah melahirkan katurunannya, jika tidak sanggup maka tak cocok menyadang senambagai Nyonya Ryzadrd.
🥀🥀🥀
Jam 2 dini hari Ziya baru menyelesaikan pekerjaannya .di club.
Menyusuri gang sempit di dinginnya dini hari, serta keadaan yang gelap karena lampu jalan yang kebanyakan padam, untuk menuju pulang ke kontrakan.
Seperti biasa tubuh gadis itu terasa begitu lelah, namun Ziya selalu bersyukur. Setidaknya, satu hari dilalui dengan begitu baik. Walaupun ada kejadian yang membuat gaji nya di potong setengah.
...
Setibanya di rumah kontrakan.
"Kenapa begitu gelap? Tumben ayah mematikan seluruh lampu," Ucap Ziya penasaran.
Padahal biasanya ayahnya tersebut selalu menghidupkan lampu yang ada dirumah kontrakan tersebut.
Gadis itu melangkah kedalam sambil menghidupkan lampu ruangan.
"Ayah,"
"Yah," Panggil nya sedikit berteriak.
Tak mendapatkan respon dari sang ayah, Ziya sedikit berlari kekamar ayah nya, tidak didapatinya sang ayah membuat perasaannya tak tenang.
Seluruh ruangan sudah diperiksa oleh Ziya, yang terakhir adalah kamar mandi, dengan cepat Ziya berlari ke arah kamar mandi dan membuka pintu kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi benar saja ayahnya telah tak sadarkan diri .
Hal pertama yang dilakukan Ziya adalah mengangkat tubuh kurus ayahnya, dan gendongnya di punggung.
Walaupun tubuh Ziya sama kurus dan mungilnya tetapi gadis itu memiliki tenaga yang sangat besar. Karena setiap harinya dia habiskan dengan bekerja fisik yang berat.
Ziya menelusuri gang sempit dan gelap tersebut menuju jalan raya yang berada di depan.
Syukurlah masih ada taksi yang beroperasi Ziya tanpa berpikir panjang langsung membuka pintu taksi dan memasukkan tubuh sang ayah bersamanya.
"Hei apakah ayahmu, sudah mati," tanya sopir taksi itu sedikit kesal kepada tindakan Ziya.
"Tidak!! Tapi jika bapak tidak membawa taksinya ke rumah sakit sekarang mungkin saja hal itu akan terjadi," Jawab Ziya dengan nafas yang memburu.
"CK, SIAL" umpat sopir itu yang tengah kesal mendapatkan pelanggan seperti Ziya.
Dipanjang perjalan Ziya selalu berdo'a agar sang ayah tidak kenapa-kenapa , karena didunia ini tinggal sang ayah lah yang dia miliki.
Raut wajah Ziya memang lesu namun tak ada setetes pun air mata yang jatuh, bukan tak merasa sedih atau pun tak berperasaan.
Namun, baginya menangis hanyalah hal yang konyol dan tak berguna, mungkin karna telah terbiasa mengalami hal yang buruk, sehingga membuat hatinya kuat, terakhir kali gadis itu menangis saat sang ibu meninggal dunia.
Taksi sampai di depan pintu rumah sakit, Ziya langsung turun dan memanggil suster untuk membawa brankar dorong.
Setelah mendapati suster yang membawa brankar, .Ziya berlari dan menggendong kembali ayah ..nya itu dan meletakkannya diatas brankar tak lupa gadis itu membayar taksi tersebut.
"Apa yang sebenarnya terjadi, nona?" tanya seorang perawat sambil mendorong brankar.
"Ii-ini buku riwayat perawatan ayah ku. Ayah ku di tangani oleh salah satu dokter spesialis ginjal di rumah sakit ini, ayahku memiliki gangguan ginjal," jelas Ziya sambil menyodorkan buku riwayat pasien.
" Seharusnya nona menelpon pihak rumah sakit atau dokter yang menangani, agar sang dokter dapat segera datang" ucap perawatan tersebut, sambil berlari ke meja resepsionis, agar sang dokter segera di hubungi.
Ziya mengganggap bahwa dia tidak perlu sebuah ponsel, karna keadaan yang pas-pasan dan lebih cenderung kekurangan membuatnya memilih untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu.
.
Sesampainya di ruangan UGD, para perawat seluruh menarik tirai yang berada di ruangan tersebut. Gadis itu hanya berdiri membeku sambil memandangi para perawat yang berlari berhamburan, kesana kemari.