1. Kecelakaan fatal yang tanpa sengaja di alaminya saat dirinya akan melaksanakan pertunangan dengan kekasihnya. Kecelakaan itu sampai membuat gadis yang di tabraknya menjadi lumpuh dan kehilangan masa depan hingga dirinya harus bertanggung jawab ( Selingan pembuka kisah )
2. Persahabatan dan persaudaraan di masa lalu antara Letnan Sakti dan Letnan Jatmiko membuat Letnan Jatmiko menikahi seorang gadis dalam keluarga tersebut namun gadis itu teramat sangat membencinya hingga dirinya memilih untuk pergi dan mengalah daripada keluarga yang telah membesarkan namanya menjadi tidak harmonis.
Seiring berjalannya waktu, luka menganga di hati Bang Jatmiko perlahan terobati dengan hadirnya tambatan hati namun sang mantan kembali di tengah mereka.
SKIP bila tidak sanggup bersinggungan dengan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Menahan diri.
Bang Gorga pun sekuatnya menahan amarah juga malu atas kejadian ini. Tak menyangka selama ini gadis yang begitu di cintainya adalah istri orang.
Niar pun turut didatangkan agar masalah bisa secepatnya di selesaikan. Air matanya masih mengalir deras menganak sungai. Bibirnya masih terasa kelu.
"Kalau saya tau Niar adalah istri dari senior saya, tentu saya tidak akan berani mengambil resiko." Jawab Bang Gorga tegas dan jelas. "Tidak ada satupun niat saya untuk menikung Bang J ataupun menikam pisau di belakang punggungnya."
"Yang salah memang saya Bang." Bang Sakti turut mengakui andilnya dalam mendekatkan sang adik dengan Letnan Gorga.
Malam itu juga Papa Arma ikut dalam pertemuan melalui video.
"Saya merestui hubungan yang terjadi antara Jatmiko dan Niar sudah sangat lama. Lamaran itu terjadi setelah Jatmiko pelantikan dan pernikahan itu terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu." Sambar Papa Arma tak lagi menutupi kenyataan.
"Dan saya menjalin hubungan dengan Niar juga dua tahun yang lalu." Jawab Bang Gorga dengan wajah sendu penuh kegelisahan dan kekecewaan.
"Niar nggak mau pisah sama Bang Gorga." Pekik Niar masih belum bisa menerima kenyataan.
Bang Gorga tidak bisa banyak bicara karena pada kenyataannya Niar telah menjadi istri orang lain.
"Baaang, Abang nggak mau perjuangkan Niar????" Tanya Niar menuntut keseriusan Bang Gorga.
"Kamu duduk dulu, Niar. Kita sedang membahas masalahmu ini." Kata Bang Sakti.
"Masalah Niar?????? Ini masalah yang Bang JJ buat. Bang JJ hanya sekedar Abang dalam hati Niar, tidak lebih. Kenapa Abang tidak pernah bilang semua ini sama Niar. Niar juga punya perasaan." Pekik Niar.
"Niar, tidak semuanya salah Bang JJ. Papa juga salah karena Papa yang memberi restu atas hubungan kalian berdua. Saat itu Papa hanya berpikir kalau kamu akan hidup tenang bersama laki-laki yang sudah jelas Papa kenal siapa orangnya." Kata Papa Arma di seberang sana.
"Tapi menikah dengan pria yang tidak Niar cintai juga bukan penyelesaian yang baik kan, Paa." Niar sesenggukan sampai gemetar.
Refleks Bang Jatmiko dan Bang Gorga panik dan hendak menolongnya tapi keduanya sama-sama saling menahan diri hingga akhirnya Bang Sakti yang harus menenangkan sang adik.
"Kalau kalian memaksa Niar untuk terus hidup bersama Bang JJ, lebih baik Niar mati saja.." Ancam Niar.
"Jangan.. jangan dek..!!!! Oke, Abang pergi..!!" Bang Jatmiko panik, dirinya tidak mungkin mengambil resiko apapun sebab di dalam perut Niar ada calon buah hatinya.
"Saya juga pamit dulu..!!" Bang Gorga ikut undur diri karena merasa tidak enak juga di hadapkan dalam situasi tidak menguntungkan seperti ini.
...
Hari sudah beranjak petang. Bang Gorga dan Bang Jatmiko pergi bersama. Mereka duduk dan nongkrong di warung kopi perbatasan kota.
Tidak ada kata yang terucap, hanya rokok dan kopi hitam pekat yang seakan lebih mengerti perasaan mereka saat ini.
Bang Jatmiko mengusap titik air di sudut bingkai matanya sedangkan Bang Gorga membendung air mata dan sesekali menarik nafas panjang sekedar untuk melonggarkan paru-paru yang terasa menyesakan dada.
"Pulanglah Bang..!! Niar butuh Abang..!!" Kata Bang Gorga.
"Kalau Niar butuh Abang, Niar tidak akan menangis karena menjadi istri Abang." Jawab Bang Jatmiko kemudian menghisap rokoknya dalam-dalam.
"Niar sedang hamil, Bang. Saya yakin niatnya tidak seperti itu, hatinya menjadi lebih sensitif karena kehamilannya saja."
"Tidak perlu menghibur Abang. Abang bisa merasakan antara kekecewaan dan ketulusan." Kata Bang Jatmiko. "Kau tau, sejak Abang menyadari bahwa kami bukan lagi saudara, semua terasa berubah. Hidup Abang bagai tidak punya nyawa. Lahir di tolak, setelah dewasa, menikah dan mau punya anak pun masih juga di tolak. Sebenarnya.. untuk apa juga saya lahir di dunia ini ya Gor?"
"Tidak boleh bicara begitu Bang. Manusia hidup sudah pada garisnya masing-masing. Abang adalah laki-laki yang kuat, saya saja belum tentu sanggup menjalaninya." Hibur Bang Gorga.
Bang Jatmiko pun tersenyum mendengar ucapan juniornya.
"Eehh.. Gor..!! Kau tertarik dengan janda?" Tanya Bang Jatmiko tiba-tiba.
"Yaaa.. kalau memang jodohnya, mau bagaimana lagi Bang." Jawab Bang Gorga kemudian menghisap rokoknya dalam-dalam lalu membuangnya asal. Ia tidak begitu menanggapi ocehan seniornya yang sedang kalut karena dirinya pun sedang kalut. "Ngomong-ngomong janda mana Bang?"
.
.
.
.
dibaca aja udh seru bgt apalagi dijadikan film