Adinda Khairunisa seorang gadis manis yang berasal dari Desa mencari peruntungan di Kota, setelah lulus kuliah dia mencari pekerjaan kesana kemari, Karena otaknya yang pas-pasan membuat dia sulit di terima di perusahaan manapun
entah nasib baik atau buruk Dinda harus melewatkan sesi wawancara Karena harus menolong seorang wanita yang akan merubah nasibnya.
Bagaimana Nasib Dinda selanjutnya?? sedihkah atau bahagiakah??
yuuk simak terus karya aku yang kedua
selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Mobil Simon memasuki halaman hotel Wijaya dan berhenti tepat di depan lobi, seorang pelayan pria membukakan pintu untuk Dinda
"Terima kasih" ucap Dinda dengan senyum manisnya dan turun dari mobil.
"Sama-sama Nona, selamat datang" Balas pelayan pria.
Simon memberikan kunci Mobil pada pelayan meminta untuk memarkirkan mobilnya.
Simon berjalan terlebih dahulu diikuti Oleh Dinda di belakangnya
"Tuan tunggu aku" seru Dinda "Dia memintaku menemaninya tapi dia meninggalkanku.. Huh Dasar tidak jelas"
"Ck! jalanmu lambat sekali"
"Bukan jalanku yang lambat tapi langkahmu terlalu panjang"
"Aunty.." Simon tersenyum menyapa ibu sahabatnya yang berdiri menyambut para tamu.
"Hai Sim" jawab wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.
"Ekhem.."
Simon merentangkan tangannya memeluk ibu Elvano tapi mendengar suara deheman di sebelah wanita itu berdiri Simon mengurungkan niatnya dan beralih memeluk pria paruh baya yang masih gagah dan tampan.
"Selamat uncle.." ucap Simon pada ayah Elvano.
"hm.. Terima kasih sudah datang Sim" Pria itu membalas pelukan Simon dan menepuk punggungnya "Semoga kau segera menyusul"
"No uncle aku masih terlalu muda" Simon melerai pelukannya.
"Kau datang bersama siapa Sim" tanya ibu Elvano sambil melirik gadis cantik di belakang Simon.
"Ooh dia Asisten ku aunty"
"Benarkah.. Kau cantik sekali" puji Anna ibu Elvano.
"Terima kasih nyonya.. Selamat atas pernikahan putra kalian" ucap Dinda ramah.
"Terima kasih sayang.. Apa kau sudah punya pacar?"
Dinda menatap Anna kemudian menundukkan kepala dan menggeleng malu.
"Waah.. Maukah kau menjadi menantuku"
Simon membulatkan mata menatap mom Anna, dengan segera dia menarik tangan Dinda dan pamit masuk bergabung dengan yang lainnya.
"Maaf aunty uncle.. antrian di belakang sudah ramai sebaiknya kami masuk dulu" ucap Simon dan berjalan menuju Kursi yang sudah di sediakan.
Dinda tersenyum menundukkan wajahnya pada orang tua Elvano.
"Mereka manis sekali" ucap Anna memperhatikan tingkah Simon dan Dinda
"Tuan.. Lepas.. kau menyakitiku" Kata Dinda melepas genggaman tangan Simon dengan kasar.
"Ck! begitu saja kau bilang sakit.. Duduklah jangan kemana-mana.. Jangan bersikap murahan dengan tebar pesona pada pria Kaya yang ada disini" ucap Simon datar tidak peduli dengan perasaan lawan bicaranya.
"Dasar mulut landak kebanyakan di asah jadinya tajam" gerutu Dinda.
"Kau bicara padaku" Tanya Simon.
"Tidak.. Aku bicara dengan nyamuk, dia lebih asik di ajak ngobrol dari pada pria di sampingku" Kata Dinda dengan pandangan lurus ke depan.
"Dasar gadis aneh"
Dinda tidak pedulikan perkataan Simon, Dia di buat terkagum dengan dekorasi pelaminan yang berlatarkan lautan biru yang membentang luas "Indah sekali" gumam Dinda.
Acara pun di mulai Elvano tampak sudah duduk berhadapan dengan penghulu.
"Tuan Elvano benar-benar paket lengkap, keren ganteng, beruntung sekali yang jadi istrinya" puji Dinda.
"Masih Keren aku dimana-mana" celetuk Simon yang risih mendengar Dinda memuji pria lain.
"Ck!" Dinda memutar matanya jengah dan kembali menatap kagum mempelai pria.
Kedua matanya membulat sempurna melihat pengantin wanita yang berjalan dengan anggun "Kiara?" Gumam Dinda.
"Kenapa? Kau juga terpesona dengan wanitanya" ledek Simon
"Ja.. Jadi ini pernikahan Kiara dengan Tuan Elvano CEO DOM Corp. Sahabat Tuan Simon" gumam Dinda lirih tanpa memperdulikan ledekan Simon.
"Dia kenapa?" Simon menggelengkan kepalanya melihat Dinda yang menurutnya aneh seperti tidak pernah melihat wanita cantik saja.
Acara ijab kobul pun berjalan dengan lancar dan kedua mempelai menerima ucapan selamat dan doa dari keluarganya.
"Kau mau kemana?" Simon mencekal tangan Dinda saat melihat Dinda beranjak dari kursinya.
"Ya memberi ucapan selamatlah, memang mau apa lagi" ucap Dinda.
"Aku yang teman Elvano kenapa kau yang bersemangat.. Tunggulah sebentar mereka masih foto keluarga" Cegah Simon.
Dinda tidak peduli dia terus melangkah naik ke atas pelaminan.
"Ck! Gadis itu" decak Simon, diapun beranjak mengejar Dinda.
"Kiaraa!" seru Dinda, dia bahagia bisa menyaksikan pesta pernikahan sahabatnya.
"Dindaa.. Akhirnya kau datang juga" ucap Kiara tersenyum ceria memeluk Dinda "jadi kau membatalkan acara dengan atasanmu" Tanya Kiara.
"Tidak.." ucap Dinda melerai pelukannya
""Jadi kalian saling mengenal" tegur Simon yang berjalan ke arah pelaminan.
"Selamat bro" Simon menjabat tangan Elvano dan memeluknya.
"Thanks Sim" ucap Elvano.
"Jangan bilang atasanmu itu Simon" Tanya Kiara.
"aah itu tidak penting.. Aku tidak menyangka kau menjadi nyonya Elvano, Pantas saja kau terlihat berbeda" ujar Dinda, sahabatnya itu terlihat lebih berkelas saat pertama kali bertemu di butik dari pada saat mereka berada di desa.
"Apanya yang beda, aku masih sama" ucap Kiara.
"Selamat Kiara aku masih tidak percaya bisa hadir di pestamu" ucap Dinda
"Terima kasih Din.. Kau segeralah menyusul"
"Heh kau! lihat dibelakangmu sudah pegal kaki mereka mengantri" bisik Simon di samping telinga Dinda.
Benar saja di belakang mereka sudah antri para tamu yang akan memberikan ucapan selamat.
"Kau jangan terlalu kejam pada Dinda, aku bisa saja membawa dia ke tempatku" Ancam Kiara.
"Bawa saja dia merepotkan" ucap Simon dan menarik Dinda membawanya turun dari pelaminan.
Elvano tertawa melihat tingkah Simon.
"apa yang lucu?" Tanya Kiara.
"Entahlah aku merasa mereka punya semacam cemistri" ucap Elvano.
"Benar juga.. Dasar Simon bilangnya merepotkan tapi di tarik juga" ucap Kiara.
"Syukurlah mereka akhirnya punya pasangan" Elvano bersyukur teman-temannya sudah tidak menjomblo ya walaupun Simon masih samar.
Simon menarik Dinda dan membawanya menjauh.
"Lepas tuan, kenapa Tuan Dari tadi kerjanya menarikku" ketus Dinda.
"Dengar ya apa yang kau lakukan tadi sudah membuatku malu, harusnya kau sadar kita sedang berada dimana" ucap Simon tak kalah ketus "Walaupun Kiara teman baikmu nanti juga ada waktunya kalian ngobrol lebih lama"
"Maaf.. Aku terlalu senang bertemu Kiara, apalagi menyaksikan moment bahagianya dan anda juga terlalu melebih-lebihkan" ucap Dinda mengerucutkan bibirnya "Tapi Kiara beruntung sekali ya bisa bersanding dengan Tuan Elvano, sudah kaya, ganteng paket komplit" Dinda merubah ekpresi menatap kagum ke arah pasangan pengantin.
"Yang ada Elvano yang beruntung, kalau saja Elvano bukan suami Kiara sudah dari dulu aku mendekatinya" ucap Simon bersedekap dada.
"Memang tuan sudah kenal Kiara lama" Tanya Dinda mode kepo.
"Aku jatuh Cinta pada pandangan pertama dengan my Aphrodite, aku pikir dia Janda beranak satu, ternyata ada suaminya" kenang Simon.
"Maksud tuan?" tanya Dinda penasaran.
"Ck kau ini katanya temen tapi tidak tau apa-apa.. sudahlah untuk apa juga aku cerita" Simon berjalan meninggalkan Dinda sendiri.
"Tuan tunggu" Dinda mengejar Simon karena Masih penasaran dengan cerita tentang Kiara.
BUG!
"Akh!" Pekik Dinda lirih. kaki Dinda tersandung ranting yang melintang di jalannya menggores kaki indahnya dan mengeluarkan darah
"Are you oke?"
Bersambung...
Terima kasih Masih setia.. jangan lupa sesajennya biar semangat upnya 🤭🤭
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.