NovelToon NovelToon
TA'ARUF KELUAR JALUR

TA'ARUF KELUAR JALUR

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Hamil di luar nikah / Selingkuh / Beda Usia / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Keputusan untuk melanjutkan pendidikan atau menikah, menjadi beban sejak aku menerima surat kelulusan SMA. Ditengah kegundahan hati, kepercayaan keluargaku, membawa penerimaan hatiku akan kehadiranmu yang asing.

Meski perkenalan kita hanya singkat, janji yang kamu ucapkan kala itu begitu manis.

"Gpp, aku tungguin kamu sampai lulus kuliah kok. Kita tunangan saja dulu. Nanti aku juga akan membantu biayanya."

"Tapiiii-"

"Udahlah, nduk percaya sama, Rian. Niat nya kan baik mau mengikat kamu. Dari pada kalian pacaran-pacaran yang gak bener, loh."

"Tapi bu, aku masih ingin kuliah."

"Iya kan bener kalian tunangan dulu, kamu lanjut tuh kuliahnya. Itu nak Rian juga mau bantu biayai, benar kan, nak."

"Iya bener, Bude."

Masih kuingat pancaran mata berapi-api tanpa keraguan yang menatapku. Mata itu pula yang membuat aku jatuh hati. Karena seolah hanya aku di matanya. Saat itu aku hanya bisa menggangguk pasrah.

"Baiklah."

Tanpa kutahu badai yang menerpa akan begitu dasyatnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17 KEPUTUSAN KELUARGA

Tiga hari berlalu dengan kompak seluruh keluarga mendiami Ameera. Meski dalam segi makanan telah disediakan. Namun, rasa diabaikan seolah tak ada, rasanya sangat sakit. Bahkan lebih sakit dibandingkan dimarahi secara terang-terangan. Karena itu pula suasana hati Ameera menjadi buruk. Waktu yang seharusnya digunakan sebaik mungkin untuk mempersiapkan ujian menjadi kacau. Tak ada satupun materi yang masuk ke kepala Ameera.

"Hahhh, aku benar-benar tak bisa fokus," keluh Ameera. Kepalanya jatuh telungkup di atas buku yang tengah dibaca. Untuk kesekian kalian ya helaan nafas kembali terdengar di ruangan itu.

Menghadapi pengabaian keluarga, Ameera hanya bisa tinggal di dalam kamar. Dari pagi hingga malam, gadis itu hanya akan keluar saat lapar saja. Bukannya Ameera tak mencoba memperbaiki hubungannya dengan keluarga. Gadis itu selalu mencobanya. Namun, kembali lagi hanya pengabaian yang dia dapat. Maka menghadapi hari ujian yang sebentar lagi akan datang. Ameera pun memutuskan menyibukkan diri dengan belajar. Sayangnya suasana hati memang se begitu pengaruh dengan kinerja otak.

Menegakkan kembali tubuhnya, Ameera mencoba memahami materi sekali lagi. Dengan hati-hati gadis itu membaca kata demi kata di lembar buku.

Ujian masuk universitas jauh berbeda dengan ujian-ujian di masa SMA. Materi yang diuji bukanlah pengetahuan umum biasa. Itu lebih kompleks lagi.

Ditengah keseriusannya, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar.

'Tok Tok Tok'

"Mi, buka pintunya," suara sang kakak ipar memanggil.

Tanpa berpikir apa-apa, Ameera segera membuka pintu.

"Mbak-"

"Langsung ke ruang tamu, bapak memanggil," potong Sarah cepat. Seusai mengatakan itu, tanpa basa-basi lagi, dia langsung bergegas pergi.

Ditengah ketidaktahuan tentang apa yang terjadi. Ameera pun bergerak pelan menuju ke ruang tamu.

----------------

Di ruang tamu. Seluruh keluarga berkumpul, kecuali Ameera yang belum datang, dan Sarah yang pergi ke dapur.

Pak Fahmi duduk di sofa single yang menghadap ke arah pintu. Di sisi sofa kanannya duduk Bu Dona. Lalu di sisi kirinya ada Reizal yang tengah memangku Kelly. Sedangkan tepat di hadapan Pak Fahmi, dengan berbataskan meja duduk Adrian.

Pemandangan itulah yang disaksikan Ameera saat memasuki ruang tamu.

Ameera datang tanpa mengatakan apa-apa. Gadis itu hanya berdiri diam, sejauh lima langkah di belakang pak Fahmi. Dalam hatinya ragu untuk terus melangkah depan. Atau berbalik kembali ke kamarnya. Karena firasat Ameera benar-benar buruk mengenai situasi saat ini.

"Loh, Mi kenapa malah diam disini," tegur Sarah. Dia baru saja datang dari dapur dengan membawa beberapa cangkir minuman.

Mendengar hal itu semua orang lantas menoleh ke arah Ameera berdiri.

"Duduk sini, nduk," Bu Dona menepuk lembut tempat kosong di samping kirinya.

Mata Ameera memerah saat mendengar panggilan lembut ibunya. Berhari-hari diabaikan sangat ia rasakan. Kini tiba-tiba ibunya berbicara padanya.

Dengan kepala tertunduk gadis itu pun duduk menuruti perintah sang ibu.

Bu Dona mengelus sayang kepala Ameera, sambil berkata. "Sudah besar putri ibu sekarang ya."

"Iyalah bu masak mau kecil terus sih," celetuk Reizal.

"Dulu pas kecil suka banget ngikut kemana kamu pergi. Pulang-pulang cemong semua gara-gara kena lumpur. Kadang sampek luka-luka juga. Entah kemana kamu bawa main," kata Bu Dona menggeleng.

Reizal tersenyum kecut, kata-kata ibunya membangkitkan kenangan masa kecilnya. Hari dimana dia mendapatkan amukan sang bapak. Karena telah membuat sang adik terluka.

Tak memperdulikan keterdiaman putranya, Bu Dona kembali bicara.

"Kalau sekarang sudah besar, sudah dewasa, sudah apa-apa bisa sendiri. Gak lagi butuh ibu dan bapak-"

"Buu, gak gitu," potong Ameera memprotes. Meski tak mengerti apa maksud ibunya mengatakan semua ini. Dengan semua yang terjadi sebelumnya. Entah kenapa hatinya diliputi rasa takut.

Bu Dona hanya tersenyum tipis menanggapi protesan sang anak. Tangannya beralih dari yang semula mengelus kepala Ameera. Kini memeluk bahu ringkih gadis itu.

Tak ada yang menyela tindakan Bu Dona, semua orang mengerti kenapa sang ibu rumah tangga itu bersikap begitu. Tak lama Pak Fahmi yang semula hanya diam dan memperhatikan, mulai bersuara.

"Nduk," panggil Pak Fahmi.

Ameera hanya diam tak berani menatap ayahnya.

Tapi Pak Fahmi tak peduli, ia hanya terus bicara. "Adrian sudah menceritakan semuanya. Perihal kamu yang diam-diam mendaftar kuliah-"

Baru saat mendengar hal itu, pandangan Ameera teralih menatap Ayahnya.

"-Karena gak mau ngecewain Bapak dan Ibu. Bapak dan Ibu mengerti. Sekarang Bapak dan Ibu,, setuju kalau kamu mau meraih mimpimu itu."

"Beneran, Bapak serius izinin Ameera lanjut kuliah," kata Ameera tak percaya. 

Tiga hari seluruh keluarga mendiaminya. Sudah sangat menjelaskan bahwa semua orang menentang tindakannya. Tapi dengan penjelasan Adrian, tiba-tiba seluruh keluarga setuju. Siapa yang bisa dengan mudah percaya hal itu.

"Iya, tapi Bapak punya syarat."

Kening Ameera berkerut, "Syarat apa, Pak?"

"Bapak ingin kamu menikah dengan Adrian," kata Pak Fahmi tanpa basa-basi.

"Nggak Amy gak mau," bantah Ameera cepat. Itu pernyataan paling tak masuk akan menurutnya. "Amy mau kuliah pak bukan menikah.... Mas! mas Rian kan tahu cita-cita Amy. Amy selalu percaya sama Mas Rian selama ini. Kenapa Mas Rian mau menghancurkannya."

"Huss, bicara apa kamu ini," tegur Pak Fahmi.

"Kamu tuh salah paham, Mi. Rian itu niatnya mau serius sama kamu ke jenjang pernikahan. Istilahnya Ta'aruf,, kamu ngerti kan," timpal Reizal ikut bicara.

Ameera dibuat terdiam, tentu saja ia mengerti maksud masnya itu. Emosinya seketika meluap. Dia mulai mengerti apa yang dimaksud ayahnya.

"Memang Mas Rian mau menungguku sampai lulus kuliah," kata Ameera berkompromi.

Adrian akhirnya bisa tersenyum lega, perkataan Ameera jelas lampu hijau untuknya. Dan tentu dia tak akan menyia-nyiakan itu.

"Gpp, aku tungguin kamu sampai lulus kuliah kok. Kita tunangan saja dulu. Nanti aku juga akan membantu biayanya."

"Tapiiii-"

"Udahlah, nduk percaya sama nak Rian. Niat nya kan baik mau mengikat kamu. Dari pada kalian pacaran-pacaran yang gak bener, loh," Bu Dona berusaha membujuk.

"Tapi bu, aku masih ingin kuliah."

Ameera masih tak percaya rasanya. Kecurigaan di hatinya sangat besar. Tak mungkin seorang pria matang seusia Adrian mau menunggu disaat teman-teman sebayanya telah memiliki anak. Ameera terlalu takut jika saat pendidikannya tengah berlangsung. Tiba-tiba semua orang akan memaksanya menikah.

"Iya kan bener kalian tunangan dulu, kamu lanjut tuh kuliahnya. Itu nak Rian juga mau bantu biayai, benar kan, nak."

"Iya bener, Bude," jawab Adrian.

"Mi, percaya sama Bapak dan Ibu. Kami gak mungkin salah memilihkan jodoh buat kamu," kata Pak Fahmi tegas.

Mendengar keyakinan dari sang kepala rumah tangga membuat Ameera ragu. Penolakan dalam dirinya tak sekeras tadi.

Dengan bingung gadis itu menatap ke arah Adrian.

Pada saat itu pria itu juga tengah menatapnya. Mata jujur penuh akan ketegasan. Mengingatkan Ameera tentang apa saja yang telah pria itu lakukan untuknya. 

Selama ini Adrian selalu baik padanya. Padahal Ameera sempat menolaknya. Tapi pria itu tak mendendam sedikitpun.

Seiring waktu dengan pendekatan Adrian terus-menerus. Sebenarnya benih-benih rasa suka juga lama telah hadir di hati Ameera. Namun, gadis itu selalu menampiknya. Kini dibawah keyakinan seluruh keluarganya, Ameera pun memutuskan.

"Baiklah."

1
cerry
Yang penting up/Shhh/
cerry
Tanpa sadar seminggu gak up/Grievance//Hammer//Smug/
cerry: Hehehe/Blush/
Ig : moon.moon9921: emang kok, othornya sungguh annu /Grievance/
total 2 replies
cerry
Detail yg hampir terlupa/Toasted/. Adrian sdh pernah melihat Amy tanpa kerudung/Facepalm//Pray/
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf
tolong /Facepalm/... minum air putih dulu
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf: lagi cari hiburan /Facepalm/
cerry: Han kok ad disini 👀👀
total 2 replies
NurAzizah504
Hai, Kak. Ceritanya keren. Mau saling dukung ga, Kak?
cerry: Semangat berkaryanya/Determined/
NurAzizah504: Oalah, baiklah, Kak /Joyful//Good/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!