NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: tamat
Genre:Tamat / Dokter Genius
Popularitas:163.7k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sibuk di Tengah Malam

💐💐💐

Shanum keluar dari kamar mandi dalam setelan handuk kimono terpasang di tubuhnya, lalu handuk persegi panjang mendarat di rambutnya yang basah dengan kedua tangan mengusap-usap, wanita itu tengah mengeringkannya secara manual. Langkah kaki Shanum melambat melihat Divi duduk di atas kasur dengan posisi punggung bersandar di bagian kepala tempat tidur dan sebuah laptop ada di atas pangkuan pria itu. Wajah sedih masih terbaca di wajahnya, tapi kesedihan itu tidak terlalu mendominasi situasi saat itu karena harus menghadapi kerja yang ditinggalkan mendiang ayah pria itu yang harus ditangani. 

Keberadaan Shanum yang baru duduk di tepi kasur, di hadapan Divi tidak menghancurkan fokus pria itu. Matanya masih saja menatap laptop dengan dahi mengerut serius.

“Sudah makan malam?” tanya Shanum. 

“Nanti,” balas Divi tanpa menatap Shanum.

“Makan dulu. Sejak selesai acara doa kamu belum makan sedikitpun. Nanti kamu sakit. Aku tahu, Papa mau kamu meneruskan pekerjaannya dengan baik, tapi dia juga tidak mau kamu sakit,” ujar Shanum dengan kepedulian. 

Divi mengalihkan pandangan dari laptop kepada istrinya itu, menatap wajah wanita itu sesaat dengan datar, dan kembali menatap layar laptop dengan santai, terlihat mengabaikan Shanum. Namun, wanita itu tidak tersinggung, ia tahu kesibukan yang dihadapi sang suami.

Ponsel pria itu yang ada di atas meja berdering. Divi mengambilnya, melihat layar ponsel, di mana tertera nama salah satu rekan kerja ayahnya. Sambungan telepon dijawab dan Divi diam beberapa detik, mendengar orang yang menghubunginya berbicara sampai akhirnya bangkit dari kasur. 

“Baiklah.” 

Divi berjalan keluar dari kamar bersama laptopnya, diikuti Shanum yang akhirnya memperhatikan suaminya itu dari pintu kamar, melihat Divi berjalan memasuki ruang kerja yang ada di pojokan.

“Lebih baik dia sibuk bekerja dibandingkan berlarut-larut dalam kesedihannya. Tapi, kondisinya juga akan terganggu karena gila kerja,” ucap Shanum dengan wajah khawatir. 

Shanum menutup pintu kamar, lanjut berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaiannya, menggantinya dengan baju tidur kimono berbahan licin, berwarna hitam. 

Usai mengenakan pakaiannya, Shanum ke dapur untuk memasakkan semangkuk mie berkuah yang masih panas untuk suaminya itu. Selain itu, segelas kopi juga disiapkan untuk menemani malam menyibukkan Divi. 

Sebelum masuk ke ruangan kerja suaminya itu, Shanum mengetuk pintu karena takut mengganggu. Ia masuk setelah terdengar seruan suara Divi menyuruhnya masuk. 

Setelah melihat wujud orang yang masuk, Divi mengalihkan pandangan ke arah monitor laptopnya. 

“Makan dulu selagi panas.” Shanum menaruh semangkuk mie kuah buatannya ke atas meja bersama secangkir kopi dan segelas air putih. 

“Nanti aku makan. Sekarang kamu bisa kembali ke kamar dan beristirahat,” ucap Divi dalam kesibukannya. 

"Kalau begitu, aku tunggu kamu di sini sana." Shanum berjalan menghampiri sofa yang berada di sudut ruangan, yang menghadap ke arah meja kerja Divi dengan jarak sekitar lima meter.

Wanita itu duduk dengan kedua kaki berada di atas sofa, berbaring di sana sambil memainkan ponsel dan sesekali memperhatikan Divi yang masih berenergi untuk bekerja hingga larut malam.

Jarum jam di dinding, di ruangan itu terus berputar, hingga kini telah menunjukkan pukul satu dini hari. Shanum merasa tidak bisa menahan kantuknya, sejak satu jam lalu ia menguap dan matanya sudah berair menahan kantuk. Berbeda dengan Divi yang masih melotot menatap layar laptopnya dan sedang berbicara bersama seseorang melalui video call-an.

"Sekarang sudah jam satu. Lebih baik tidur dan lanjutkan besok," ucap Shanum sambil berdiri dan menghampiri Divi.

Wanita itu melihat makanan yang dibuat olehnya belum kunjung dimakan oleh sang suami, tapi kopinya sudah habis. Wanita itu dibuat menggeleng, tidak habis pikir dengan kesibukan Divi sampai membuat suaminya itu tidak ada waktu untuk makan.

“Kenapa belum di makan?“ Interogasi Shanum dengan wajah mulai kesal.

“Kamu bisa mundur sebentar, aku sedang bekerja. Nanti aku makan setelah selesai. Tolong kembali ke tempatmu, jika tidak kembali ke kamar dan lanjut tidur,” ucap Divi dengan gigi merapat, menjaga cara bicara dengan berusaha tidak kesal melihat istrinya itu muncul di sampingnya dan ikut terlihat di kamera.

“Tapi ini sudah jam satu,” balas Shanum.

“Aku tau. Sekarang minggir, aku sedang video call sama rekan kerja Papa,” ucap Divi dan mengarahkan pandangan ke laptop dengan senyuman.

Shanum baru menyadarinya. Wanita itu melangkah dengan senyuman ringan kepada mereka yang terlihat di monitor laptop. Wanita itu menatap Divi dengan wajah kesal dan mengambil makanan yang ada di samping meja, membawa semangkuk mie yang sudah dingin itu keluar dari ruangan tersebut.

Pria itu memperhatikan kepergian Shanum dengan perasaan merasa bersalah, sadar wanita itu marah. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan pekerjaan yang harus diurus terlebih dahulu.

***

Tepat pukul tiga dini hari pekerjaan Divi selesai. Pria itu membereskan meja kerjanya dan keluar dari ruangan itu, beralih ke kamar. Setelah membuka pintu kamar, Shanum dilihat telah tidur di atas kasur. Pria itu tersenyum ringan dan menghampiri istrinya itu, duduk di tepi kasur, dan menarik selimut untuk menyelimuti tubuh istrinya itu.

"Sudah selesai?" Shanum membuka mata, nyatanya belum tidur, dan hanya sekadar memejamkan mata saja. "Sudah makan?" tanya Shanum.

Divi mendaratkan kedua tangannya ke perutnya dan menggelengkan kepala dengan wajah menyedihkan seperti anak kecil. Shanum duduk dan berdiri, menarik tangan suaminya itu keluar dari kamar, mereka ke dapur.

Semangkuk mie kembali dibuatkan Shanum, di mana pria itu duduk di bangku meja makan yang memperhatikannya.

"Makan." Shanum menaruh semangkuk mie itu ke hadapan Divi dan beralih mengambil gelas di rak, ingin memberikan air untuk suaminya itu.

"Terima kasih, Sayang," ucap Divi.

Tangan Shanum berhenti sejenak ketika ingin mengambil gelas dari rak, bibir wanita itu tersenyum. Lanjut ia mengambil gelas itu dan memutar badan ke belakang, menatap Divi lahap memakan mie buatannya.

"Sudah tugasku ada untukmu." Shanum berucap sambil berjalan menghampiri dokter tampan itu.

Shanum duduk di samping Divi, mendaratkan tangan di atas pundak kiri sang suami, dan mengecup pipi pria itu. Sontak Divi kaget dan berhenti menguyah. Kedua pipinya membulat karena mulutnya masih penuh. Pria itu menoleh ke kiri, menatap Shanum dengan gigi menguyah secara perlahan dan mata tidak beralih menatap wajah wanita yang tersenyum manis ke arahnya itu.

“Kita belum melakukannya, kan?“ tanya Divi tiba-tiba.

Senyuman Shanum memudar dan berekspresi bingung.

“Maksud kamu?“

Divi menguyah cepat makanan di mulutnya dan meminum segelas air putih yang baru dituangkan Shanum. Kemudian, pria itu berdiri, membopong Shanum, dan membawa dengan cepat wanita itu keluar dari dapur.

Tingkahnya membuat Shanum tertawa ringan, sudah tahu maksud perkataan suaminya itu.

Dari pintu kamar Medina memperhatikan mereka menaiki tangga menuju lantai atas, mereka tidak sadar dengan keberadaan wanita paruh baya itu yang memandang mereka dengan wajah tidak suka.

1
Esther Lestari
sudah end thor ?
gk ada bonchap gitu😁.
terima kasih utk cerita indah nya thor
Amie Layli
kok udah selesai thor,padahal ceritanya menarik
Amie Layli
ceritanya menarik
Esther Lestari
ternyata Indah dalang semua nya. apakah karena Indah menyukai Divi
Mariyam Iyam
mahen kenapa ???
Suherni 123
Irt nya tuh jadi saksi
Esther Lestari
pasti ada salah paham ini.
Divi pergi dgn Indah utk membelikan perhiasaan Shanum, sedangkan Shanum mengira Divi membelikan Indah. menurutku begitu😁.

lha Divi gk jujur ngomong sama Shanum kalau mau pergi sama Indah, ya pastilah Shanum cemburu
Esther Lestari
kenapa Indah tinggal di rumah Divi ?
wajarlah kalau Shanum cemburu & curiga sama Indah, apalagi skrg rahim Shanum sdh diangkat
Esther Lestari
kenapa dgn kondisi fisik Shanum ?
Esther Lestari
hukum Milka seberat2 nya
Esther Lestari
Milka gila.
apa yg ada dipikiran Divi
Esther Lestari
pasti ulah Medina. Shanum segera lapor polisi jangan terbuai dgn omongan Nesia
Esther Lestari
Nesia ketahuan sudah niatmu, hati2 Shanum.

Divi ketahuan lagi, jangan salahkan Shanum kalau cemburu
Esther Lestari
gemes sama Divi, kurang tegas sama Neisa
Mulyana Jalal
bagus
Esther Lestari
rekam obrolan kalian Mahen.
Nesia manusia ular itu penyebab semua nya
Mariyam Iyam
kaya senetron
Esther Lestari
Divi jangan percaya begitu saja, jangan mengulang kejadian masa lalu yg membuat kamu perpisah dengan Shanum.
Rina Nurvitasari
semoga ada yg membela shanum dan ada yg liat kejahatan'ya si nesia biar masuk penjara
Yanti Amancik
di tinggal shanum lagi baru tahu rasa kamu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!