Benih Rahasia Mantan Suami

Mommy Helena menatap nanar ke arah putranya. Inikah putranya yang dulu, yang mencintai Selena dan memberikan segalanya tapi putranya sudah berubah dan tidak pernah lagi mendengarkannya.

"Andreas? Kemana sosok kakak yang begitu menyayangi Selena? Dulu kau tidak seperti ini? Kau selalu mendahulukan keinginan Selena."

"Mom, aku menyayangi Selena."

"Tapi kau juga menyayangi Julia dan kau melakukan apa pun untuknya. Bahkan kau mengusik adik mu sendiri Andreas!" Daddy Arnod merasa putranya benar-benar berubah. "Kau mencintai Julia hingga kau mengusik Selena."

Andreas terdiam, ia memang mencintai Julia dan akan memberikan apapun padanya.

"Seandainya jantung Selena cocok untuk Julia kau akan memberikan jantung Selena padanya?" tanya mommy Helena.

"Mommy kenapa bertanya seperti itu? Aku tidak akan melakukannya. Aku sangat menyayangi Selena."

Mommy Helena memalingkan wajahnya. Ia tidak percaya jika putranya menyayangi Selena. "Kita tidak perlu lagi mengurusinya Dad."

Daddy Arnod pun merangkul mommy Helena dan pergi meninggalkan Andreas. Orang tua mana yang tidak kecewa pada putranya yang membela kekasihnya dah harus mengorbankan adiknya.

Andreas melayangkan tinjunya asal. Dia ingin berteriak namun tak bisa meneriakinya.

...

Selena mengusap air matanya. Ia rindu saat bersama dengan kakaknya. Ia merindukan bagaimana dulu kakaknya begitu hangat padanya. Begitu menuruti keinginannya, begitu melakukan apa pun yang ia inginkan. Sebagai seorang adik ia merindukan kakaknya, sangat merindukannya.

"Selena?" Jhonatan menarik sebelah bahu Selena hingga menatap ke arahnya. "Kau kenapa? Siapa yang membuat mu menangis?"

Selena menepis tangan Jhonatan yang ingin mengusap air matanya. "Jangan menyentuh air mata ku Jhonatan, percuma kau menghapusnya. Karena air mata ini mengalir kaulah penyebabnya."

Jhonatan menatap punggung Selena. Memang dialah penyebab Selena menangis, dialah yang membuatnya mengalirkan air mata beningnya. Tetapi ia bersumpah dan berjanji tidak akan menjadikan air mata itu mengalir kembali. Kini dia mengerti, apa sosok Selena untuk dirinya.

"Jika aku tidak bisa memasuki hati mu, maka izinkan aku menjaga hati mu."

Jhonatan menatap kedua anaknya. Dia mencium Kenzo dan Keysa yang berada di tangan Kemal.

"Apa yang akan tuan lakukan pada nona Julia?"

"Aku akan memutuskan hubungan ku dengannya. Aku tidak akan mengambil resiko lagi, bagi ku yang terpenting saat ini kebahagian Selena dan kedua anak ku."

"Tapi untuk sekarang aku tidak bisa menemui Julia. Aku ingin bersama dengan anak-anak ku. Aku ingin tidak melewati sekap saja pertumbuhan mereka."

Jhonatan merasakan bahunya basah, ternyata Kenzo memakan bahunya. "Sayang kau lapar?"

"Tuan sudah waktunya tuan Kenzo meminum asi," ucap bibi Ana.

"Ya sudah, aku akan mengantarkan mu pada mommy mu yang cantik."

Bibi Ana dan Kemal mengekori Jhonatan ke lantai atas. Bibi Ana mengetuk pintu kamar Selena dan mengatakan jika si kembar sedang haus.

Jhonatan pun masuk, dia menyerahkan Kenzo pada Selena. "Keluarlah," ucap Selena. Dia merasa tak nyaman jika harus menyusui Kenzo di depan Jhonatan.

"Aku akan di sini, biar aku yang menggendong Kekey." Jhonatan tak mempermasalahkan dirinya. Dia hanya ingin menemani si kembar.

Selena menatap bibi Ana dan memberikan kode untuk meninggalkan mereka.

Bibi Ana menoleh ke arah Kemal. "Silahkan tuan Kemal keluar."

Kemal mengangguk, dia menunduk hormat. Selena memalingkan tubuhnya. Dia mulai menyusui Kenzo dan terlihat jelas Kenzo yang begitu lahap meminum asinya. Selena mengusap kepala Kenzo yang di penuhi dengan keringat.

Jhonatan menoleh, seketika wajahnya memerah. Ia melupakan sesuatu, tidak seharusnya ia melihatnya. Ia mengusap lehernya dengan asal. Sekujur tubuhnya terasa panas.

"Oek Oek Oek ..." Terdengar suara tangisan Keysa.

Jhonatan mengambil Keysa yang berada di box bayi. Dia menimang-nimang Keysa agar berhenti menangis. "Sayang kamu kenapa?"

Keysa terus menangis. Selena pun menoleh, sepertinya putrinya juga lapar. "Panggil bibi Ana, biar dia mengurus Keysa."

"Baiklah." Jhonatan memanggil bibi Ana.

Bibi Ana menjelaskan jika Keysa juga haus. Dia pun memberikan sebuah sufor untuk Keysa dan Jhonatan kembali meminta penjelasan bagaimana melakukannya.

Pria itu kembali menimang-nimang Keysa sambil menatap wajah putrinya yang tadinya memerah karena menangis kini perlahan memutih. Putrinya begitu lahap menyedot susunya. Sejenak dia melihat ke arah Selena yang masih menyusui Kenzo.

"Sudah kenyang sayang." Selena kembali merapikan pakaiannya. Dia menaruh Kenzo di atas ranjangnya. Anak imut tersenyum memamerkan giginya yang baru tumbuh.

Jhonatan menghampiri Kenzo dan melihat putranya yang tersenyum ke arahnya. "Wah anak Dad ... Anak Uncle sudah kenyang."

"Biar aku yang mengurus Kekey," ucap Selena.

Jhonatan duduk di samping Selena. "Biarkan saja, dia anteng bersama ku. Kau urus saja Kenzo, sepertinya dia ingin bermain."

Selena mencium kening Kekey dan tangan kecilnya menarik anak rambut Selena.

"Au sayang, sakit Kekey, lepaskan rambut Mommy."

Jhonatan terkekeh kecil, dia perlahan membuka tangan Keysa yang menggenggam erat rambut Selena. "Sayang rambut mommy sakit. Padahal katanya dia wanita yang kuat, tapi di tarik sedikit sama kamu sudah sakit," ucap Jhonatan sambil melirik Selena.

"Kau jangan mengejek ku Jhonatan. Kau tidak tau betapa sakitnya di tarik." Selena kesal, dia pun mengambil Kenzo dan mendekatkan ke bahu Jhonatan.

Sontak kedua tangan Kenzo menarik rambut Jhonatan dengan erat.

"Au sakit sayang."

"Rasakan! Bagaimana sakit kan?" Selena mempertahankan Kenzo berada di samping Jhonatan.

Jhonatan menoleh, ia melihat Kenzo yang menarik beberapa rambut di tangannya. Jika setiap hari rambutnya di tarik sudah pasti ia keluar tanpa rambut.

"Sudahlah aku tidak ingin berdebat dengan mu."

Jhonatan merasakan beberapa rambutnya sudah berhasil di tarik dan benar adanya, anaknya terkekeh melihat rambutnya yang berada di tangannya.

"Untung anak ku," gumam Jhonatan. Seandainya bukan, ia sudah pasti marah habis-habis.

Drt

Jhonatan melihat ponselnya. Dia melihat nama Julia, semenjak berada di Jerman ia tidak pernah menghidupkan ponselnya.

"Wa wa wa .." Keysa merebut ponselnya dan menjatuhkannya ke lantai.

"Sepertinya Keysa juga tau, bahwa barang yang murah harus di jatuhkan ke lantai." Selena terkekeh.

Jhonatan tak menanggapi, terserah Selena mau melakukan apa, yang jelas hari ini ia tidak ingin membuat Selena marah padanya.

"Biar aku saja yang menggendong Keysa, sepertinya kau harus mengangkatnya."

"Tidak biar aku saja." Jhonatan bangkit, ia menggendong Keysa dan mengambil ponselnya.

"Jhonatan kau ada di mana?" tanya Julia.

"Aku lagi sibuk bekerja," ucap Jhonatan sekenannya. "Kalau tidak ada akh tutup dulu."

"Tunggu Jhonatan, apa kau masih mencari Selena?" tanya Julia.

Sontak Selena menoleh ke arah Jhonatan saat Julia menyebut namanya.

"Aku sudah mengatakan, Selena sudah memiliki anak. Kalau kau ingin begitu bertemu dengan Selena, aku bisa membantu mu Jhonatan."