NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Pintu kaca terbuka. Keempat gadis itu menoleh serentak. Sesosok tubuh laki-laki jangkung dengan wajah dingin menatap mereka tajam. Zeta langsung melompat di belakang Tatiana yang segera berdiri begitu menyadari ada orang lain selain mereka.

Lelaki itu melangkah perlahan. Mengamati keempat gadis itu bergantian. Dan dia bisa merasakan Diza yang jadi komando gadis-gadis itu. Dia berdiri tepat di depan Diza yang memasang sikap waspada sejak tadi.

" Kalian tidak boleh ada di sini! " Lelaki itu bicara seolah bibirnya tak bergerak. Namun suaranya cukup lantang terdengar. Membuat Zeta kian mengkerut.

" Emang tempat ini milikmu? " Tatiana yang memang tak punya rasa takut dengan hal palak memalak_karena dia berpikir lelaki ini hendak meminta jatah setoran pada mereka_menyela.

Lelaki itu mengalihkan tatapannya kepada Tatiana. " Milik kami! " desisnya tampak mulai sengit.

" Kami hanya numpang menikmati angin di sini. Maaf jika kehadiran kami mengganggu kalian. Tapi setauku tempat ini kosong sejak lama. Sejak kapan ada pengalihan kepemilikan? " Mentari bicara.

Si lelaki tampak memicingkan mata. " Perlu dikatakan padamu? " ucapnya sinis. " Sekarang tinggalkan tempat ini! " perintahnya dengan rahang mengeras.

Zeta memeluk sebelah tangan Tatiana dan mengajaknya pergi. Diza yang hendak bertahan mendapat tarikan kuat dari Mentari. Mereka melangkah diiringi tatapan tajam lelaki itu.

Bahkan hingga pertengahan jalan mereka masih tak bersuara. Kecuali Diza, ketiga gadis itu tampak shock. Begitu tiba di rumah, Zeta bergegas mencari air. Menenggak hingga dua gelas membasahkan tenggorokannya yang terasa kering.

" Siapa dia? Kalian sudah pernah bertemu? " Tatiana menatap Diza dan Mentari bergantian. Keduanya menggeleng dengan wajah tegang. Mereka sedang duduk mengelilingi meja makan.

" Hanya waktu itu kami mendengar suara pintu kamar yang dibuka trus ditutup lagi. Dari balkon paling ujung. Tapi kami ngga tau siapa trus ngga ada yang keluar juga soalnya! " terang Mentari perlahan.

" Oh, yang kalian pulang sambil lari tunggang langgang waktu itu? " Zeta menoleh. Mentari mengangguk.

" Makanya aku agak takut ke sana lagi. Tapi juga penasaran. Aku tahu suara itu pasti orang. Ngga mungkin ada hantu siang-siang! " Mentari mengusap wajah.

" Sekarang kita ngapain? " Tatiana menempelkan wajahnya ke kaca meja makan. Pipinya terasa sejuk.

" Tiduran aja lagi ke teras samping, yuk! Cuma di situ banyak anginnya " ajak Diza sambil beranjak. Akhirnya mereka membawa bantal kursi dari ruang tengah juga beberapa cemilan untuk bersantai.

*****

" Mereka sudah pergi? " seorang lelaki dengan wajah tenang menatap keluar jendela.

" Udah, bang Gara! Tadinya cewek yang abang bilang emang mau bertahan. Tapi temen-temennya udah ngeper duluan. " laki-laki jangkung itu menyeringai. Terbayang langkah Zeta yang gemetar sambil menundukkan kepala lewat di depannya.

" Ya, terima kasih! Duduklah, Bren! Ini ada minuman kaleng " Segara menunjuk beberapa kaleng minuman yang tersusun rapi melingkar diatas meja.

" Jaga tempat itu dari orang luar! " Segara menghela napas panjang. Bren mengagguk.

" Sepertinya mereka anak baru, bang! Aku baru kali ini melihat mereka " Bren meletakkan kaleng yang habis diminumnya keatas meja.

" Ya! Mereka memang akan melanjutkan kuliah di kampus yang ada di jalan Sulawesi itu. " sahut Segara sambil memainkan korek gas di tangannya.

" Abang menyelidiki mereka? " Bren menatap takjub. Segara selalu penuh perhitungan. Lelaki dengan wajah jantan itu mengangguk samar.

" Aku sedang di sana saat dua diantaranya datang. Terlalu berani untuk gadis-gadis muda seperti mereka. Untung mereka tidak iseng memeriksa semua kamar yang ada di sana " Segara menarik miring sebelah bibirnya.

" Kamar-kamar di bawah memang terkunci, bang! Mungkin mereka sudah membuka satu dua, karena tak ada yang terbuka jadi mereka malas memeriksa lainnya " ujar Bren lalu kembali menenggak isi kaleng. Segara diam.

Dia sedang mematri wajah Diza dibenaknya. Mata lentik yang khas itu. Mata di masa lalu. Menimbulkan detak-detak baru di dadanya. Detak bahagia, yang berbagi dengan denyut kesakitan dan membuatnya melenguh beberapa kali.

" Abang tidak apa-apa? " Bren terkejut. Segara menekan dadanya dengan mata mengernyit menahan sakit.

Lelaki itu buru-buru mengangkat tangan. Dia menarik napas panjang menenangkan gejolak di hatinya. Lalu memberi isyarat agar Bren segera berlalu.

Walau sedikit cemas Bren melangkah pergi setelah meraih sekaleng lagi diatas meja. Segara berjalan tertatih menuju kamar. Berdiri menatap jendela yang tampak terang di tempatnya. Namun gelap jika berdiri diluar. Tempat pertama kali dia melihat kehadiran Diza.

Mata lentik yang berdiri dengan wajah penuh hasrat. Menatap hamparan rumput jepang dan perasaan yang juga dimiliki Segara. Tempat itu seperti kuil kedamaian. Tak semua hati bisa merasakannya. Halaman belakang yang lapang, terhampar tenang di antara pagar tinggi di kiri dan kanannya.

Tadinya dia tak peduli saat matanya menangkap sekelebat bayang yang berjalan lambat di gang itu. Memperhatikan rumahnya dengan wajah berbinar. Namun dia meletakkan kembali baju yang hendak dipakainya saat sosok itu berdiri tepat di depan jendela kamarnya. Saat matanya menangkap mata lentik di sana.

Hatinya meleleh. Segara mendekat ke tepian jendela. Wajah cantik di depannya tak menyadari bahwa semua tingkahnya diluar bisa dia lihat. Segara masih mengenalinya. Diza. Dan bayang Arya ikut menghuni kepala.

Sosok Diza menghilang. Segara mengejarnya tunggang langgang. Tak ingin kehilangan jejak. Namun tubuh gadis itu lenyap di ujung jalan. Segara terus mengikuti jalan setapak yang mengarah ke jalan raya. Dan dia hampir putus asa saat matanya menangkap gerakan pintu kaca tertutup milik gedung kosong itu.

Segara berbalik ke rumah. Dia tak bisa membiarkan Diza di sana. Dan kesibukannya berubah sejak hari itu. Segara mengawasi Diza diam-diam. Mencari tahu kegiatan gadis itu dan tempat tinggalnya.

Setelah merasa cukup baik, Segara bergegas keluar. Dia memutuskan menemui Diza hari ini. Entahlah apa gadis itu masih mengenalinya atau tidak. Dia juga harus tahu keadaan Arya. Sejak mengawasi kediaman Diza beberapa hari belakangan dia tidak menemukan Arya di sana.

Segara duduk di kursi panjang tepi jalan. Mengenakan masker dan topi. Dengan ponsel di tangan, dia tampak sebagai manusia masa kini yang apatis dengan sekeliling.

Sesekali dia mendongak. Rumah dua tingkat berwarna putih dan pink lembut itu tampak sepi. Segara kembali menatap layar ponselnya yang menampilkan data mahasiswa baru universitas di jalan Sulawesi.

Senyumnya terbit. Nama Khadeezaa ada di sana. Juga Mentari Senja. Nada Alzeeta . Tatiana Sukma. Meretas data seperti ini mudah saja baginya. Informasi orang tua, keluarga, semua yang berhubungan dengan Diza dan gadis-gadis itu tertera. Dan perkiraan Arya tinggal di lain kota terjawab.

Segara hendak beranjak, saat sebuah motor berhenti di depan pagar. Seorang gadis berjilbab turun dari sebuah ojek. Diza berbalik memasuki halaman setelah membayar ongkos. Dia tidak memperhatikan kehadiran Segara yang masih asyik melihatnya dengan mata berkabut.

Terbayang saat mereka berjalan cepat menembus malam waktu itu. Arya memegang erat tangan adiknya. Mereka meninggalkan panti tanpa menoleh. Saat tiba di persimpangan, Segara mengambil jalan yang berlawanan arah dengan Arya.

" Kamu mau kemana, Gara? " bisik Arya agar keras. Terkejut karena tak mengira Segara akan melakukan hal diluar rencana mereka selama ini. Arya juga khawatir ada yang mendengar suara mereka jika dia berteriak.

" Aku ada rencana lain, Ar! Pergilah! Bawa adikmu pergi jauh dari sini. Jangan kembali! " Segara memberi kode agar Arya bergegas.

" Ini bukan rencananya, Gara! " Arya mengatupkan rahang. Matanya terasa panas. Segara berlari dan memeluk Arya erat.

" Ini jalan yang kupilih, Arya! Terima kasih sudah menjadi temanku selama ini! Jaga dirimu baik-baik! Jaga Diza! " Segara mengusap hidungnya yang kedat.

" Apa harus berpisah di sini? " bisik Arya lemas. Dia masih tak percaya.

" Janji jangan kembali, Ar! Jangan pernah mencariku! " desak Segara sambil memukul punggung Arya keras.

" Kau juga berjanji untuk tidak kembali ke sini, Gara! " Arya melepas pelukan. Segara tidak menyahut.

" Pergilah! " Anak laki-laki dua belas tahun itu mendorong Arya melangkah. Diza hanya menatap mereka bergantian. Tak bersuara. Hanya tangan kecilnya tak pernah melepas genggaman pada jemari kakaknya.

Segara berlari kembali ke seberang jalan. Arya menarik adiknya kembali menuju arah yang ditinggalkan Segara untuknya. Dalam kegelapan malam, Segara menatap kepergian Arya dan Diza memasuki markas Pratama. Dan hubungan mereka terputus sejak saat itu.

Segara memejamkan mata. Berusaha menahan sakit yang kembali menusuk seluruh dadanya. Kebencian, sesak, kehilangan, bertalu jadi satu dalam hati. Segara mengeluh sambil menebah dadanya erat.

" Anda tidak apa-apa? " seorang gadis buru-buru mendekati Segara dari seberang jalan. Membuat lelaki itu terkejut.

1
Iza Kalola
Ada lucunya juga padahal jantung lagi dag dig dug mikirin Diza...😃
Iza Kalola
nenek lucnut, 😡🔥
Iza Kalola
Akhirnya mulai terungkap dalangnya.
Iza Kalola
Rekomendasi untuk cerita ini. keren kerenn bangeet
Iza Kalola
makin tegang, makin seru. /Smile//Determined//Kiss/
Pecinta Bunga
Wah, bakalan bertemu nih Arya dan Segara dengan Tama. Mereka memang harus bersatu supaya bisa menyelamatkan Diza
Pecinta Bunga
Wah, bakalan ketemu Arya Segara dan Tama. Mereka memang harus bersatu supaya bisa menyelamatkan Diza
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!