Zayn mengalami kecelakaan di kota lain tempatnya menghabiskan masa-masa SMA-nya. Kecelakaan itu membuat Zayn mengalami amnesia. Sejak kecelakaan itu, Zayn merasa ada yang kosong dalam hatinya, seperti ada yang hilang dari dirinya. Zayn yang dulunya pribadi yang ceria, ramah dan hangat menjadi pribadi yang dingin dan datar. Zayn bahkan tidak tertarik dengan wanita manapun.
Zayn tidak ingat bahwa dirinya sudah menikah dengan wanita yang sangat dicintainya. Pernikahan yang tidak diketahui keluarga besarnya.
Zayn menikah dengan seorang wanita yang mengaku sudah menyelamatkan nyawanya. Tapi Zayn tidak pernah bisa mencintainya, bahkan tidak pernah menyentuhnya. Hingga suatu hari, Zayn jatuh hati pada seorang wanita yang baru sekali ditemuinya, bahkan melakukan one night stand dengan wanita itu dalam keadaan setengah mabuk.
Siapakah wanita itu? Bagaimana kisah cinta Zayn selanjutnya?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Fatamorgana
Dyah menepikan mobilnya, lalu menangis tersedu-sedu. Dyah benar-benar sudah tidak sanggup lagi bertahan dengan Bramasta yang tidak pernah bisa meninggalkan mantan kekasihnya. Tidak menghargai perasaan, perhatian, cinta, kasih sayang dan juga ketulusan yang selama dua puluh sembilan tahun ini dicurahkannya.
Dyah mencoba menghentikan tangisnya saat ada panggilan masuk dari putrinya. Wanita itu berusaha mengatur suaranya agar putrinya tidak tahu bahwa dirinya sedang menangis.
"Halo, ma! Aku sebentar lagi pulang. Akan aku usahakan pulang sebelum jam makan malam, agar kita bisa makan malam bersama. Mama ingin dibelikan apa?" tanya Keira dari sambungan telepon dengan suara yang terdengar lembut.
"Sayang, tiba-tiba mama ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Mama tidak bisa makan malam bersama," ucap Dyah berusaha bersuara senormal mungkin.
"Mama kenapa? Apa papa membuat mama menangis lagi?" tanya Keira dengan nada khawatir, karena suara Dyah yang terdengar serak dan sengau.
Keira tahu, papanya menyukai wanita lain di luar sana. Tepatnya di kota lain. Keira pernah beberapa kali mendengar papanya bicara dengan seorang melalui sambungan telepon dengan sembunyi-sembunyi dari mamanya dan dirinya. Keira juga pernah tanpa sengaja membaca notifikasi pesan di handphone papanya. Pesan dari seorang wanita yang menanyakan kapan Bramasta menemui wanita itu. Bahkan Keira juga pernah mendengar kedua orang tuanya ribut karena masalah wanita lain dalam hidup papanya. Namun Keira merasa tidak sopan, jika ikut campur dalam masalah pribadi kedua orang tuanya.
"Mama nggak apa-apa," sahut Dyah seraya menghapus air matanya yang terus menetes tanpa mau berhenti.
"Ma, jika mama sudah tidak mampu bertahan, jangan dipaksakan. Aku akan selalu ada buat mama," ucap Keira dengan suara lembutnya yang mengalun tenang, hingga membuat Dyah malah tidak sanggup lagi menahan tangisannya. Tangis wanita paruh baya itu kembali pecah.
"Sayang, hanya kamu.. hanya kamu yang mama miliki. Apapun yang terjadi, kamu tidak akan membenci mama, 'kan? Kamu tidak akan pernah meninggalkan mama, 'kan?" tanya Dyah dalam isak tangisnya.
"Bagaimana mungkin aku bisa membenci mama? Walaupun aku tidak bisa mengingat apapun sejak kecelakaan itu, tapi selama sembilan tahun ini, aku bisa merasakan betapa mama sangat menyayangi aku. Mama selalu berusaha memberikan yang terbaik dan selalu ada untuk ku. Dengan alasan apa aku bisa membenci mama?" tanya Khaira dengan suara lembutnya.
Namun semua perkataan yang keluar dari mulut Keira dengan nada lembut dan penuh perhatian itu malah semakin membuat Dyah menangis tersedu-sedu.
"Ma, sudah! Jangan menangis lagi. Aku akan segera pulang dan nemenin mama," ucap Keira yang merasa kasihan pada mamanya.
"Mama nggak di rumah. Mama akan menginap di hotel untuk sementara waktu. Mama sekarang masih di jalan," ucap Dyah seraya menghapus air matanya yang enggan berhenti mengalir itu.
"Ya, sudah. Mama kasih tahu alamat hotelnya dan nomor kamar mama. Nanti aku langsung ke hotel nemuin mama. Mama ngomong aja pengen dibelikan apa, nanti aku bawakan," ucap Keira dengan suara lembutnya yang selalu bisa menenangkan Dyah saat Dyah sedih seperti saat ini.
*
Keira masuk ke dalam sebuah hotel dan berbicara pada resepsionis bahwa dirinya akan mengunjungi mamanya di kamar yang nomornya sudah diberitahu Dyah. Keira tidak menyadari jika ada seseorang yang berdiri tertegun di pintu masuk karena melihat dirinya. Ya, Zayn tertegun saat retina matanya menangkap bayangan Keira.
"Aku sudah tidak waras. Dia itu bekerja di hotel yang ada dipinggir pantai yang ada di kota tempat tinggal ku. Tapi sekarang aku malah melihat dia di hotel ini, di kota lain. Ini hanya fatamorgana. Ya, hanya fatamorgana," gumam Zayn lirih mengusap wajahnya kasar. Menganggap apa yang dilihatnya itu hanyalah fatamorgana semata. Apalagi sekarang Zayn sudah tidak melihat Keira lagi.
Fatamorgana dalam bahasa gaul berarti hal yang bersifat khayal dan tidak mungkin dicapai.
Zayn berjalan menuju resepsionis dan memesan sebuah kamar. Setelah itu Zayn bukannya langsung ke kamar yang di pesannya, tapi malah pergi ke bar yang ada di hotel itu.
Bar adalah suatu counter untuk menjual dan menghidangkan minuman berkadar alcohol, atau yang tidak berkadar alcohol (soft drink).
Keira ke kamar mamanya menggunakan lift dengan beberapa macam makanan, minuman, dan juga obat yang dipesan mamanya di tangannya.
"Kenapa mama harus pergi ke hotel yang ada di kota lain? Padahal mama bisa menginap di hotel tempat ku bekerja. Apa mama takut papa mencari mama?" gumam Keira dalam hati.
Memerlukan waktu tempuh perjalanan selama dua jam, jika dari hotel tempat Keira bekerja ke hotel tempat mamanya menginap saat ini.
Dyah langsung membuka pintu kamarnya setelah mengintip dari lubang pintu dan melihat putrinya di depan pintu.
"Sayang," ucap Dyah langsung memeluk putrinya.
"Apa mama merasa lebih baik?" tanya Keira menatap wajah mamanya. Mata wanita paruh baya yang sangat mencintai dirinya itu nampak sembab. Entah berapa lama wanita itu menangis.
"Hum," sahut Dyah dengan wajah sendu.
"Mama makan dulu, ya! Setelah itu minum obat," ucap Keira seraya menuntun mamanya ke arah sofa.
Dyah dan Keira makan bersama. Dyah nampak tidak bernafsu untuk makan, tapi Keira menyuapinya, hingga Dyah pun makan, walaupun cuma sedikit.
Dyah menceritakan pada Keira kenapa dirinya bertengkar dengan Bramasta. Dyah juga mengatakan pada Keira bahwa dirinya ingin berpisah dengan Bramasta.
"Maaf. Mama sudah tidak bisa lagi bertahan dan memaafkan papa kamu. Semakin ke sini mereka semakin sering berhubungan. Mama tidak tahu, berapa banyak uang yang sudah di keluarkan papamu untuk perempuan itu. Mama tidak rela, uang mama dipakai untuk membiayai hidup selingkuhan papamu," ucap Dyah dengan sorot mata kesedihan dan kekecewaan yang dalam.
"Apapun keputusan mama, aku akan mendukung mama," ucap Keira seraya menggenggam lembut jemari tangan Dyah.
"Terima kasih," ucap Dyah menatap Keira dengan tatapan yang sulit untuk di deskripsikan.
"Sekarang sebaiknya mama minum obat dan istirahat dulu," ucap Keira seraya menyodorkan obat dan air mineral pada Dyah.
Setelah Dyah meminum obatnya, Keira pun mengantar Dyah untuk berbaring. Tak lama kemudian, Dyah pun terlelap.
"Apa kelebihan wanita itu, hingga papa tega melakukan hal ini sama mama?" gumam Keira menghela napas panjang seraya mengusap lembut punggung tangan mamanya.
"Aku tadi terlalu buru-buru ke sini karena mendengar mama menangis. Aku sampai tidak sempat membawa pakaian ganti. Aku akan membeli pakaian ganti dulu," gumam Keira, lalu memutuskan membereskan bekas makanan mereka tadi sebelum keluar untuk membeli pakaian.
Di sisi lain, Zayn masih berada di dalam lift menuju lantai tempat kamarnya berada. Zayn merasa kepalanya pusing. Jujur, pengaruh parfum yang dipakai Agnia tadi membuat libidonya naik. Untungnya masih bisa dikendalikannya. Dan Zayn malah minum minuman beralkohol setelah melihat Keira yang disangkanya hanyalah fatamorgana. Karena sejak bertemu dengan Keira waktu itu, Zayn memang selalu terbayang wajah Keira.
Libido adalah hawa naffsu atau keinginan untuk melakukan s3ks secara emosional.
Saat keluar dari lift, Zayn membuang napas kasar, karena lagi-lagi Zayn melihat Keira. Walaupun jarak mereka cukup jauh, tapi Zayn yakin, yang dilihatnya adalah bayangan Keira. Ya, Zayn menganggap itu adalah bayangan Keira. Mungkin karena efek dirinya yang selalu melihat bayangan Keira dan juga di mimpinya Keira selalu hadir akhir-akhir ini, hingga membuat Zayn menganggap yang dilihatnya saat ini adalah fatamorgana.
"Shift! Kenapa dia seperti hantu? Dia menghantui aku setiap waktu. Haruskah aku menangkap mu, agar kamu tidak berkeliaran menghantui ku?" umpat Zayn melangkah keluar dari lift.
Zayn terus melangkah hingga tiba di depan pintu kamarnya dan membuka pintu kamarnya .Setelah meletakkan cardlock kamar yang berbentuk kartu itu di kotak tempat cardlock untuk menyalakan lampu, Zayn tidak segera masuk ke dalam kamarnya. Pemuda itu berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka setengah menunggu Keira yang dianggapnya fatamorgana itu melewati kamarnya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued