Kiss My Heart
Zayn berpamitan pada kedua mertuanya. Dengan senang hati, pemuda yang memutuskan menikah di usia belia itu membawa pulang istrinya untuk diperkenalkan kepada kedua orang tuanya. Mengingat dirinya menikah tanpa memberitahu keluarga besarnya, Zayn ingin menjadikan ini sebagai kejutan saat pulang.
Zayn di minta kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan meraih gelar doktornya di luar negeri. Karena itu, Zayn memutuskan untuk membawa istrinya tercinta yang baru beberapa bulan ini dinikahinya itu ikut bersamanya. Walaupun sempat tidak diizinkan kedua mertuanya. Tidak ingin terpisah jauh dari wanita yang dicintainya. Demikian pula dengan Khaira yang tidak ingin terpisah jauh dari Zayn.
"Jaga Khaira dan jaga dirimu baik-baik!" ucap Buntala sang ayah mertua, kemudian memeluk menantunya itu.
"Iya, Pak," sahut Zayn membalas pelukan ayah mertuanya.
"Hati-hati di jalan!" ucap Nawang, sang ibu mertua giliran memeluk Zayn.
Setelah Zayn bergantian memeluk kedua mertuanya, kini giliran Khaira yang memeluk kedua orang tuanya.
"Jadi istri yang baik!" pesan Nawang seraya mengelus kepala Khaira.
"Iya, Bu," sahut Khaira tersenyum lembut.
"Ya sudah, kalian berangkatlah! Jangan sampai ketinggalan pesawat," ucap Buntala setelah melirik jam di pergelangan tangannya.
"Setelah kalian sampai di sana, kabari kami, ya, Ra!" pinta Nawang pada putri semata wayangnya.
"Iya, Bu," sahut Khaira seraya bergelayut manja di lengan Zayn.
Sepasang suami-isteri itu masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu mereka. Zayn dan Khaira melambaikan tangan pada Buntala dan Nawang sebelum taksi yang mereka tumpangi melaju meninggalkan rumah sederhana yang terlihat asri itu.
"Aku pasti akan merindukan Khaira," gumam Nawang yang masih bisa di dengar oleh Buntala.
"Mau bagaimana lagi, Bu. Seorang istri memang harus ikut kemanapun suaminya pergi. Lagian, mana betah mereka, jika harus berpisah lama. Kita tidak bisa menghalangi Zayn membawanya," sahut Buntala menghela napas panjang.
Di sisi lain, Khaira yang berada di dalam taksi menyandarkan kepalanya di bahu Zayn. Jemari tangan wanita muda itu menggenggam erat jemari tangan suaminya.
"Kamu kenapa? Kok, kayak nggak tenang gitu?" tanya Zayn seraya mengelus punggung tangan Khaira yang menggenggam jemari tangannya.
"Aku..aku takut kita terpisah," sahut Khaira terlihat tidak tenang.
"Kita akan kuliah bareng di luar negeri. Di universitas yang sama dan jurusan yang sama. Kita nggak bakal berpisah. Tak akan ada yang mampu memisahkan kita. Hanya maut yang bisa memisahkan kita. Kalaupun kamu di panggil-Nya lebih dulu, aku pun tidak ingin hidup lebih lama lagi di dunia ini," ucap Zayn mengelus lembut kepala Khaira kemudian mengecupnya dengan penuh kasih sayang.
"Selamanya kamu akan mencintai aku?" tanya Khaira menatap Zayn dengan tatapan lekat.
"Selamanya. Tidak akan pernah berubah. Aku bersumpah demi ibu yang telah mengandung dan membesarkan ku, hanya kamu satu-satunya wanita yang akan mengisi hati ku. Tidak akan pernah ada cinta yang lain selain kamu," ucap Zayn mengecup lembut kening Khaira.
"Brakk"
"Brakk"
"Brakk"
"Brakk"
Tiba-tiba terjadi sebuah kecelakaan antara truk tanki bermuatan BBM yang ditabrak truk bermuatan kayu. Di tengah padatnya lalu lintas, kecelakaan beruntun pun tidak dapat di hindarkan. Dua kendaraan besar itu sama-sama terguling. Aroma bensin menyeruak di sekitar tempat itu. Para pengendara yang masih sadar pun bergegas menjauh dari tempat itu. Para warga yang ada di sekitar tempat itu juga berusaha menolong para korban kecelakaan menjauh dari tempat percikan api yang mulai menjalar tanpa bisa di cegah.
"Cepat! Tolong yang masih bisa di tolong!"
"Cepat menjauh dari lokasi kecelakaan!"
"Bantu yang lainnya!"
Suara-suara orang-orang yang panik berusaha menyelamatkan korban kecelakaan terdengar. Hingga..
"BOOM"
Ledakan hebat pun terjadi. Beberapa kendaraan ikut terbakar bersama truk tanki bermuatan BBM yang meledak.
Satu setengah jam kemudian..
Buntala nampak berlari di koridor rumah sakit. Saat tiba di depan ruangan jenazah, langkah kakinya berhenti. Bersama seorang perawat, pria paruh baya itu masuk ke dalam ruangan jenazah dengan langkah yang terasa berat. Kakinya terasa digantungi batu yang begitu besar. Napasnya memburu dan jantungnya berdegup kencang.
Perawat yang masuk bersamanya membuka kain putih penutup jenazah di hadapan pria paruh baya itu.
"Khaira.." ucap Buntala dengan bibir yang bergetar.
Tanpa terasa air mata pria paruh baya itu luruh begitu saja. Buntala masih ingat, satu setengah jam yang lalu putrinya pamit pergi bersama menantunya yang akan pulang ke rumah kedua orang tuanya. Buntala tidak menyangka, kalau dirinya akan mendapatkan telepon bahwa anak dan menantunya mengalami kecelakaan. Bahkan putri semata wayangnya tewas dalam kecelakaan itu.
Tubuh Buntala luruh terduduk di lantai seolah tubuhnya tidak bertulang. Buntala tidak menyangka, kalau putri semata wayangnya akan pergi begitu cepat meninggalkannya. Bagaimana dirinya harus menyampaikan kabar ini pada istrinya?
*
Buntala berdiri di depan ruangan operasi dengan wajah tertunduk. Menunggu menantunya ditangani oleh dokter. Hanya kesedihan yang terlihat di mata pria paruh baya itu.
Saat pintu ruangan operasi terbuka, Buntala bergegas menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaan putra saya, Dok?" tanya Buntala nampak khawatir.
"Putra bapak sudah melalui masa-masa kritisnya. Sementara waktu, akan dipindahkan ke ruangan ICU," sahut dokter itu terlihat lega, walaupun wajah lelahnya terlihat jelas.
Setelah melihat keadaan Zayn sudah lebih baik, akhirnya Buntala membawa pulang jenazah putrinya untuk dimakamkan. Nawang nampak sangat terpukul menerima kenyataan bahwa putri semata wayangnya telah tiada.
Karena masih khawatir dengan keadaan Zayn, Buntala menitipkan istrinya pada tetangganya, lalu kembali ke rumah sakit.
Saat Buntala ingin melihat keadaan Zayn, ternyata Zayn sudah dipindahkan ke ruangan lain. Saat akan menemui dokter yang menangani Zayn, perawat mengatakan bahwa orang tua Zayn sedang menemui dokter. Akhirnya Buntala memilih menengok Zayn.
Buntala membuka salah satu pintu ruangan VIP di rumah sakit itu. Perawat yang mengenali Buntala saat menunggu Zayn di depan ruangan operasi pun membiarkan Buntala masuk dan meninggalkan Buntala di ruangan Zayn.
Buntala duduk di kursi yang ada di samping ranjang pasien. Dengan hangat, Buntala menggenggam jemari tangan Zayn. Pemuda yang sudah dianggapnya sebagai putranya sendiri.
"Zayn, kamu harus ikhlas. Khaira.. Khaira sudah tidak bersama kita lagi," kata yang tidak terucapkan oleh Buntala, hanya tertelan di tenggorokannya.
"Ceklek"
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Buntala menoleh ke arah pintu dan melihat seorang pria tampan nan gagah dan seorang wanita cantik yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.
"Anda siapa?" tanya pria yang tidak lain adalah Rayyan, ayah dari Zayn yang bersama dengan istrinya, Aurora.
Buntala melepaskan genggaman tangannya pada tangan Zayn, lalu bangkit dari duduknya menghadap ke arah Rayyan dan Aurora.
"Saya bapak angkatnya Zayn," sahut Buntala berusaha tersenyum di tengah hatinya yang hancur karena kehilangan putri semata wayangnya.
"Oh, begitu. Perkenalkan, saya Rayyan, ayah Zayn dan ini istri saya, Aurora," ucap Rayyan menyalami Buntala. Aurora pun ikut menyalami Buntala.
"Bagaimana keadaan Zayn?" tanya Buntala pada Rayyan.
"Kata dokter, terjadi benturan keras di kepalanya. Ada kemungkinan, Zayn akan mengalami amnesia," ucap Rayyan menghela napas panjang.
"Akan lebih baik, jika Zayn mengalami amnesia. Agar dia tidak merasa kehilangan Khaira," gumam Buntala lirih.
"Apa yang bapak bilang?" tanya Rayyan yang tidak mendengar jelas gumaman Buntala.
"Tidak apa-apa. Saya hanya mengatakan, terkadang ada beberapa hal yang lebih baik dilupakan atau terlupakan, agar tidak membuat hati terluka," jawab Buntala kemudian menghampiri Zayn.
Buntala mengusap lembut kepala Zayn, "Lupakan apa yang seharusnya kamu lupakan. Semoga kamu bahagia," ucap Buntala, kemudian kembali menghampiri Rayyan dan Aurora, "saya permisi. Semoga suatu hari nanti, kita bisa bertemu kembali dalam suasana yang bahagia," pamit Buntala pada Rayyan dan Aurora.
Rayyan tersenyum tipis seraya mengangguk kecil pada Buntala, demikian pula dengan Aurora.
"Sayang, kenapa aku merasa orang itu sangat dekat dan menyayangi putra kita? Aku juga melihat kesedihan yang begitu dalam dimatanya," ujar Aurora setelah Buntala keluar dari ruangan itu.
"Aku juga merasa seperti itu, sayang. Tapi, sepertinya saat ini dia tidak ingin bicara terlalu banyak," sahut Rayyan.
Pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan itu. Dokter dan perawat itu memeriksa Zayn.
"Bagaimana kondisi putra saya, Dok?" tanya Rayyan setelah dokter dan perawat itu selesai memeriksa Zayn.
"Sudah lebih baik. Maaf, sebenarnya orang tua Zayn ini Anda berdua atau Pak Buntala?" tanya dokter itu, karena tiga orang itu sama-sama mengakui bahwa Zayn adalah putra mereka.
"Kami adalah orang tua kandung Zayn. Pak Buntala adalah bapak angkat Zayn," sahut Rayyan sesuai pengakuan Buntala.
"Oh, begitu. Zayn beruntung sekali mendapatkan bapak angkat seperti Pak Buntala, Dia begitu mengkhawatirkan Zayn dan berusaha keras mencari donor darah buat Zayn. Jika Pak Buntala tidak mendapatkan donor darah tepat waktu untuk Zayn, entah apa yang akan terjadi pada Zayn," ujar dokter itu membuat Rayyan dan Aurora terkejut.
Usai memeriksa Zayn, dokter dan perawat itupun keluar dari ruangan itu.
"Om, Tante, bagaimana keadaan Zayn?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba masuk.
...🌟...
...Mungkin tidak ditakdirkan bersama untuk saat ini, tapi akan bersama lagi suatu hari nanti....
...Hanya Tuhan yang tahu, jalan takdirmu dan siapa jodoh dunia akhirat mu....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Astri
apakah dia yang menyelamatkan zayn?
2024-08-07
0
Astri
apakah jenazah it kaira?bs saja bukan khaira jk jenasah itu hangus
2024-08-07
0
Astri
khaira aku yakin dia jg selamat hanya gak tau apkah dia jg akan manesia sprt zayn😭
2024-08-07
0