NovelToon NovelToon
Dewa Setan Perbatasan Utara

Dewa Setan Perbatasan Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Muda, tampan, kaya, tidak berguna! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Huan Wenzhao. Namun…

Siapa sebenarnya Huan Wenzhao tak ada yang tahu.

Mau tahu identitas lain Huan Wenzhao?

Ikuti kisahnya di sini!
Hanya di: Noveltoon/Mangatoon.

~Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode¹⁷

“Aneh sekali!” Seorang perwira bergumam di tepi balkon. Tatapannya menerawang ke dalam hutan dengan mata terpicing dan dahi berkerut-kerut. “Sudah tiga jam lebih. Kenapa Mata Dewa belum kembali?”

Para tentara di belakangnya bertukar pandang.

Mata Dewa adalah elang malam milik Li Asoka.

Penyihir itu tetap bergeming di tepi balkon dengan kepala tertunduk. Satu tangannya mencengkram pagar pembatas, tangan lainnya mencengkeram tombaknya semakin ketat hingga gemetar.

Tak ada yang menyadari!

Wajah pucatnya tersembunyi di bawah tudung jubahnya. Mata dan mulutnya terkatup dan mengernyit. Sebulir keringat menggelinding di pelipisnya.

“Tampaknya… malam ini kita akan menganggur!” Kelakar salah satu tentara.

“Ini jarang terjadi,” komentar tentara lainnya dengan raut wajah serius. “Mungkinkah terjadi sesuatu?”

Tak ada yang berkomentar!

Siapa yang akan percaya seekor raja burung dari ras dewa mendapat kesulitan?

Terutama karena pemiliknya juga seorang dewa.

Suku iblis bukanlah ancaman.

Kecuali…

“Dewa iblis!” Pekik Huan Wenzhao di atas sebuah bukit.

An Zuya mendarat di belakangnya.

Beberapa puluh meter di depan mereka, benturan energi besar-besaran menggelegar disertai ledakan cahaya berkilat-kilat. Pertarungan sengit sedang terjadi.

Hampir mencapai batas hidup dan mati.

“Sudah kuduga ini tak sederhana,” gumam Huan Wenzhao.

“Kenapa? Kau belum makan?” Suara serak yang dalam menggelegar seperti auman singa. “Pukulanmu lemah sekali!”

Seorang pria bersayap emas berbalut seragam ksatria pemburu iblis---tak jauh lebih tua dari Huan Wenzhao—berjalan terhuyung menyeret tombaknya di depan sesosok iblis setinggi delapan kaki.

Lengan dan perut ksatria itu sudah carut-marut oleh luka sayatan di sana-sini.

An Zuya mengawasi ksatria itu dengan dahi berkerut-kerut. “Itu…”

“Tubuh asli Mayor Li!” Jawab Huan Wenzhao memotong perkataannya.

Mayor Li adalah penyihir buta di markas mereka—Li Asoka, dewa mata-mata yang sedang menjalani misi di dunia fana. Meski wajahnya terlihat seperti baru tiga puluh tahun, tapi usianya sudah ratusan ribu tahun.

Li Asoka adalah salah satu dewa purba generasi kedua yang memiliki kekuatan kuno yang sangat langka. Membelah diri adalah salah satunya.

Tujuan dari membelah diri itu adalah untuk menjaga keseimbangan alam semesta, dan mengurangi tekanan bagi dunia fana.

Dikatakan pijakan kaki seorang dewa purba yang turun ke bumi bisa meratakan satu benua.

Untuk mengurangi tekanan itu, Li Asoka terpaksa membagi kekuatannya menjadi dua. Ia bahkan menyegel penglihatannya untuk memperkecil risiko, karena kekuatan terbesarnya terletak pada matanya.

Elang malam itu adalah tubuh utamanya. Penyihir buta berpangkat mayor hanya tubuh kedua.

“Ternyata dia masih begitu muda!” An Zuya berdecak takjub.

“Oh…?” Huan Wenzhao tersenyum miring. “Menurutmu, ratusan ribu tahun terbilang masih begitu muda?” Cebiknya sembari menghentakkan sebelah kakinya dan memantulkan diri. Kemudian melesat ke arah lembah di mana pertarungan sengit sedang berlangsung.

An Zuya tertegun mengerutkan keningnya. “Ratusan ribu tahun?” Gumamnya. Lalu mengerjap dan menyusul Huan Wenzhao.

“Sebenarnya kau punya kemampuan atau tidak?” Hardik si dewa iblis dengan suara parau yang menggelegar. “Membuat kesal saja,” rutuknya sambil melayangkan tinju ke arah Mayor Li.

BUUUUUUUMMMM!

“AAAAAAAAAAAAARRRRRRGH!” Li Asoka terpental. Tombaknya terlempar dari tangannya.

“Dengan kemampuanmu yang seperti ini, masih berani datang ke wilayahku! Apa kau cari mati?” Iblis itu menggeram lagi. “Kalau begitu akan kukabulkan!”

GROAAAAAAARRR…

Iblis itu meraung sambil mengepalkan kedua tangannya dan membungkuk dengan sikap mengancam.

Tubuhnya seperti manusia, namun berbulu seperti kucing. Kepalanya seperti puma namun memiliki simbol kuno pada dahinya. Sejenis gambar cahaya berbentuk mata tombak trisula. Sebuah mahkota bertengger di puncak kepalanya seperti ikat rambut dari emas dengan permata di tengah-tengah.

Iblis itu juga memakai jubah seperti kaisar manusia, dan di belakang kepalanya terdapat cakra—pertanda bahwa makhluk tersebut sudah mencapai kedewaan.

Li Asoka sudah tak sanggup menarik bangkit tubuhnya ketika iblis itu menerjang ke arahnya sembari mengayunkan tinjunya lagi.

Huan Wenzhao melesat ke tengah-tengah pertarungan dan meledakkan energi cahaya berbentuk kubah dari tubuhnya.

GLAAAAARRRR!

Ledakan cahaya membuncah bersama gelegar halilintar dan gelora angin ribut.

Iblis itu tersentak. “Siapa?” Hardiknya.

Huan Wenzhao bergeming di udara, melayang diam dengan kedua tangan tertaut di belakang tubuhnya. Jubah sutra dan hanfu putihnya melecut-lecut bersama rambutnya seperti terkena badai. Sosoknya menyala seperti bulan. Mulutnya terkatup dalam ekspresi datar. Matanya berkilat-kilat mengintimidasi.

Li Asoka mendongak dan terperangah.

“Lagi-lagi tentara langit!” Gerutu iblis di depannya. “Semakin hari kalian semakin muda saja!”

Huan Wenzhao tetap bergeming dengan ekspresi dingin. Angin kencang berpusar di sekelilingnya.

Li Asoka mengerjap dan tertunduk dengan raut wajah muram. Kemudian tersenyum getir. “Tuan Muda,” gumamnya sedikit miris. Sebenarnya sedikit terpukul dan merasa rendah diri mengingat persaingan ketat mereka di dunia atas. Tak disangka… dalam kondisi kritis seperti ini, satu-satunya orang yang menolongku adalah dia, batinnya getir.

“Kenapa? Kau terharu?”

Li Asoka terperanjat.

Huan Wenzhao tahu-tahu sudah membungkuk di atas kepalanya sembari menyeringai.

“Cih!” Li Asoka mendelik.

Huan Wenzhao terkekeh tipis.

“Bocah! Kau tidak memedulikanku?” Iblis itu menggerung di belakangnya.

Huan Wenzhao mengerling melewati bahunya. “Kau begitu ingin diperhatikan?” Semburnya mencemuh.

“Sebutkan siapa namamu?” Seloroh iblis itu dengan suara sengak. “Biar kuukir sebagai tropi setelah memenggal kepalamu!”

Huan Wenzhao menarik sudut bibirnya membentuk senyuman miring. “Dijadikan tropi?” Gumamnya dalam bisikan rendah menderu seperti debur ombak. Lalu berbalik menghadap ke arah iblis itu. “Ide bagus!” Desisnya bernada ironis. “Sayangnya, kepala kucingmu itu… tidak menarik.”

“Siapa yang kausebut kucing?” Hardik iblis itu bernada garang. “Aku dewa iblis pilar ketujuh puluh yang bermartabat!”

“Oh?!” Huan Wenzhao menyeringai tipis. Raut wajahnya tetap datar dengan tatapan dingin. “Pilar ketujuh puluh?”

“Ekspresi apa itu?” Geram si iblis.

Huan Wenzhao tersenyum miring.

“Kau meremehkanku?” Gertak si iblis sambil memasang kuda-kuda dan mengeluarkan teknik spiritual melalui kedua telapak tangannya.

GROAAAAAAARRR…

Angin kencang bergemuruh meliputi iblis itu bersama ledakan cahaya berwarna merah dari tubuhnya. Setiap pijakan kakinya meninggalkan bunyi mendentum seperti tambur.

DUNG, DUNG, DUNG!

“Membuat kehebohan seperti itu… apakah ada gunanya?” Desis Huan Wenzhao tanpa ekspresi.

“Biar kutunjukkan apa itu kekuatan pilar dewa!” Iblis itu menggertak sekali lagi. Kemudian menerjang ke arah Huan Wenzhao sambil mengayunkan cakarnya.

SLASH!

Cakar itu mengais udara kosong.

“Mana orangnya?” Iblis itu terpekik dan terbelalak. Kemudian menoleh ke sana kemari dengan waspada.

“Konyol!” Terdengar desisan tipis yang membahana seperti crash cymbal---bagian dari drum---alat musik modern.

“Hah?” Iblis itu terperanjat. Huan Wenzhao tahu-tahu sudah berdiri di hadapannya. Cepat sekali! Pikirnya panik. Ia mengayunkan cakarnya sekali lagi, tapi lagi-lagi hanya mencabik udara kosong.

Huan Wenzhao berpindah-pindah tempat dalam sekejap di sekeliling iblis itu seperti roh halus.

Iblis itu mulai tersulut emosi dan lepas kontrol. Ia mencakar-cakar ke sana kemari dengan membabi-buta. “Biar kulihat, mana yang lebih tajam? Mulutmu atau cakarku?”

“Hmh!” Huan Wenzhao mendengus dan tersenyum miring. Kemudian mendaratkan telapak tangannya di dahi iblis itu.

“AAAAAAAAAAAAARRRRRRGH!”

DUAAAAARRRR!

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Shi
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Klik
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Sembilαn βenuα
😂😂😂😂😂
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hentooopz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Bagus....
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!