Fatima seorang gadis yang sering main jailangkung. Suatu saat yang datang di permainan jailangkung nya adalah roh Dewantara mahasiswa di kampusnya yang hilang saat naik gunung, sudah hampir satu tahun lalu dan tidak ditemukan jasadnya. Ada perkiraan jasad Dewantara dimakan binatang buas, namun juga ada yang mengira Dewantara tersesat di kerajaan jin.
Roh Dewantara terus meneror Fatima namun perjalanan waktu dua makluk beda alam itu justru saling menaruh rasa kasih dan lama kelamaan rasa cinta.
Berkat rasa cintanya pula Fatima pergi ke gunung yang berada di luar jawa itu untuk memenuhi permintaan roh Dewantara . Di sebersit hati Fatima ada harapan jasad Dewantara ditemukan bahkan ada harapan lebih dari pada itu.
Fatima :
“Hmmm ada yang bilang jika tersesat di kerajaan jin bisa kembali pulang roh dan raganya...”
Benarkah yang masuk di jailangkung roh Dewantara? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi pada Dewantara, satu tahun lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30.
Beberapa menit kemudian mobil sudah memasuki halaman hotel termegah di kota kecil yang tidak jauh dari bandara. Pungki tampak tersenyum lebar. Sedangkan Fatima masih saja berdebar debar jantungnya. Baru kali ini juga dia memasuki hotel. Dia teringat akan Lani, dan lamaran pekerjaan tukang pijat yang tidak jadi dia ambil, karena memang tidak ada tukang pijat khusus wanita di hotel tempat Lani bekerja.
“Kita beristirahat di sini, besok siang kita berangkat.” Ucap Pak Hasto sambil turun dari mobil, yang pintunya sudah dibukakan oleh Hananta yang lebih dulu turun. Ketiga pemuda itu pun turun dari mobil sambil menggendong tas ransel, mereka terus mengikuti langkah kaki Hasto yang masuk ke gedung hotel.
Petugas hotel mengantar mereka menuju ke kamar yang sudah dipesankan oleh Ndaru, anak Pak Hasto yang ikut mantan istri Pak Hasto. Syahrul dan Pungki sudah memasuki satu kamar untuk mereka berdua.
“Silakan Nona.” Ucap petugas hotel pada Fatima setelah membukakan kunci pintu kamar buat Fatima.
Fatima masih berdiri di depan pintu dan mengintip ruangan di dalam kamar yang terlihat hanya remang remang penyinaran lampunya. Tampak tempat tidur yang sangat bagus tertutup oleh bed cover bagus pula.
“Masuklah, jangan takut.” Suara bariton dengan nada lembut terdengar di telinga Fatima.
Fatima pun melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar hotel itu. Aroma harum lembut tercium oleh hidung Fatima.
“Tutup dan kunci pintu Fat...” suara bariton itu lagi mengingatkan Fatima yang terlihat masih terbengong bengong antara takut dan kagum dengan bagusnya kamar yang dia masuki. Fatima pun segera menutup dan mengunci pintu kamar.
“Kamar ini bagus tetapi kenapa lampunya hanya remang remang, apa memang dibuat begitu ya? Buat pijat pijat petik mangga seperti Andien bilang...” gumam Fatima di dalam hati sambil melangkah dan menaruh tas ransel nya pada lemari yang ada di dalam kamar itu.
Akan tetapi tiba tiba..
BYAAAAARRRR
Ruang kamar hotel itu kini tampak terang benderang, sebab lampu yang menyala sudah berganti.
“Sudah terang sekarang Fat, kamu tidak usah berpikir mesum.” Suara bariton itu lagi di dalam kamar itu.
Fatima pun tersenyum, lalu dia melangkah menuju ke tempat tidur, dia dudukkan pantatnya di tepi tempat tidur itu. Fatima pun merasakan tempat tidur itu sangat nyaman.
“Terima kasih ya Fat, akhirnya kamu bisa mengantarku ke sini.” Suara bariton itu terdengar sangat dekat di telinga Fatima.
“Aku juga terima kasih Mas Dewa, aku bisa bayar kost dan punya pengalaman naik pesawat dan tidur di hotel yang bagus banget macam begini.” Ucap Fatima, sesaat mata Fatima berkaca kaca... Fatima lalu mengambil nafas dalam dalam.. Air mata mulai menggenang di kedua pelupuk mata Fatima, dan di saat dia mengedipkan matanya, air mata itu pun tumpah dan meleleh di pipi nya.
“Kenapa kamu menangis?” suara bariton itu dengan nada lembut.
“Aku takut.." ucap Fatima lirih, dan air mata semakin deras mengalir.
“Takut apa? Aku tidak akan menampakkan wujudku jika kamu masih takut.” Suara bariton itu lagi. Fatima menggeleng geleng kepalanya sambil terisak isak.
“Apa Mas Dewa masih mau berteman dengan aku...” suara lirih Fatima yang menyadari jika kehidupannya dengan keluarga Dewa bagai langit dan bumi.
“Hmmmm.. “ suara bariton itu hanya bergumam tidak ada kata kata atau kalimat yang didengar oleh telinga Fatima. Hal itu semakin membuat air mata Fatima mengalir dengan deras dan mulai terdengar isak tangis Fatima Dia merasakan setelah roh Dewa bertemu dengan raganya, maka hubungan Fatima dan Dewa selesai. Juga hubungan Fatima dan Papanya Dewa.
“Aku suka kamu Fat, tapi...” kini suara bariton itu terdengar di telinga Fatima dan tidak berlanjut terdengar ada nada sedih di sana.
“Aku tahu Mas, kita berbeda...” ucap Fatima dan wajahnya masih berlinang air matanya, dia paham betul karena dia dari keluarga petani miskin tidak akan bermimpi terlalu tinggi.
“Masih terus bisa berteman saja aku sudah bersyukur...” ucap Fatima lalu tangan Fatima menghapus air mata yang terus meleleh. Dia benar benar takut berpisah dengan Dewa.
“Aku takut Mas... takut kita berpisah setelah ini... hiks.. hiks... hiks....” ucap Fatima sambil menangis terisak isak hingga kepala Fatima pun menunduk karena air mata terus meleleh dan kedua tangannya terus sibuk menghapus air matanya.
Namun tiba tiba...
DEG
Jantung Fatima terasa berhenti saja, saat merasakan ada yang memeluk tubuhnya, akan tetapi bukan kehangatan yang didapat namun tubuh Fatima merasakan ada benda dingin yang menempel di tubuhnya.
Fatima pun menegakkan kepalanya dan menoleh ke arah samping..
DUG
DUG
DUG
Jantung Fatima berdetak lebih keras.
“Mas Dewa!” ucap Fatima saat melihat sosok memakai kemeja flanel motif kotak kotak berwarna dominan biru dongker itu memeluk tubuhnya. Entah mengapa dia tidak merasakan takut, tangan Fatima pun memeluk tubuh sosok yang selama ini suaranya terus di dengar namun tidak ada wujud nya. Mungkin karena begitu takut akan adanya perpisahan setelah ini maka Fatima memeluk erat sosok itu, yang terasa dingin di tubuh dan tangan Fatima.
“Aku juga takut berpisah dengan kamu Fat, beberapa hari bersama kamu aku tahu kamu gadis yang baik, berkat kamu juga mungkin masalah keluarga ku akan teratasi...” suara bariton terdengar di telinga Fatima.
Dua sosok berbeda itu saling berpelukan, keduanya takut jika setelah ini akan ada perpisahan di antara mereka. Mereka berdua belum rela untuk itu....
Fatima merasakan ada dingin dingin menempel di keningnya. Sosok itu mencium lembut kening Fatima. Jantung Fatima semakin berdetak lebih kencang....
DUG
DUG
DUG
Akan tetapi tiba tiba Fatima dikagetkan oleh suara dering telepon yang ada di dalam kamar itu.
KRING
KRING
KRING
...
kring..kring :
😎 : halooo selamat siang..
bisa bicara dgn Mae Moon Ahh
👩🏻 : iya sy sendiri
😎 : haaa ,sendirian ,jomblo donk 🤣😂😂 kasian deh looee
👩🏻 : 😤😤😤😤😤😤😤
bukan Anoman obong ya Fat 🤗